TRAGEDI AREMA VS PERSEBAYA
Perjuangan Petugas Medis saat Tragedi Stadion Kanjuruhan, Bekerja dalam Keterbatasan dan Kekacauan
Perjuangan Petugas Medis saat Tragedi Stadion Kanjuruhan, Bekerja dalam Keterbatasan dan Kekacauan
SURYAMALANG.COM - Dalam Tragedi Stadion Kanjuruhan yang menewaskan ratusan nyawa, kehadiran petugas medis di lapangan memiliki peran yang sangat penting.
Petugas medis harus berjuang di tengah keterbatasan dan kekacauan saat peristiwa memilukan itu terjadi selepas laga Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022) malam.
Dalam hitungan menit setelah laga Arema FC vs Persebaya Surabaya berakhir dengan skor 2-3, ratusan nyawa melayang meninggalkan raga yang sejatinya ingin pulang.
Mereka barangkali tak pernah menyangka akan kehilangan nyawa di stadion sepak bola yang katanya menawarkan kebahagiaan.
Bukannya menghadirkan kebahagiaan, stadion sepak bola, dalam kasus ini, terlihat seperti kuburan massal.
Baca juga: Tragedi Stadion Kanjuruhan : Suporter Turun Lapangan, Aparat Arogan, dan Kuburan Massal di Malang
Baca juga: Dugaan Aremania Menyerang Barracuda Persebaya Diselidiki, Polri Temukan 46 Botol Miras di Kanjuruhan
Berdasarkan laporan terakhir, terdapat 131 orang meninggal dunia dan ratusan korban lainnya mengalami luka-luka dalam Tragedi Stadion Kanjuruhan.
Banyaknya korban jiwa dalam tragedi ini tak lepas dari kepanikan yang terjadi setelah ada rentetan tembakan gas air mata dari aparat kepolisian.
Efek dari gas air mata itu membuat para korban panik hingga berdesak-desakan di sejumlah titik pintu keluar.
Suasana mencekam dan situasi berisiko tinggi tak terelakkan.
Bahkan, anak-anak ikut terjebak di dalamnya.
Petugas medis yang bertugas pada saat kejadian menjadi saksi kepanikan tersebut.
Mereka berjuang menangani para korban di tengah keterbatasan.
Dr Isabella Anjelin selaku kepala unit gawat darurat Rumah Sakit Wava Husada di Kepanjen, Kabupaten Malang, menceritakan situasi ketika insiden terjadi.
"Sebagian besar tenaga kesehatan kami berada di ruang medis untuk membantu orang-orang yang dibawa ke sana," kata dr Anjelin, dikutip Kompas.com dan SURYAMALANG.COM dari The Athletic.
"Kami juga terkendala keterbatasan peralatan dan obat-obatan."