TRAGEDI AREMA VS PERSEBAYA

Ini yang Membuat Kesediaan Autopsi Dicabut, Devi Atok Yulfitri 'Parno' Didatangi Polisi

Rasa takut menjadi alasan utama Devi yang akhirnya memilih mencabut kesediaan autopsi.Ia berharap Aremania mendukung agar banyak yang diautopsi

Penulis: Kukuh Kurniawan | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/Purwanto
Devi Atok Yulfitri menunjukkan foto kedua putrinya yang telah meninggal dunia, jadi korban Tragedi Kanjuruhan di kediamannya, Rabu (19/10/2022). 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Alasan intimidasi mengemuka ketika autopsi Aremania korban Tragedi Kanjuruhan batal .

Devi Atok Yulfitri, warga Desa Krebet, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang yang mencabut pernyataan kesediaan melakukan autopsi kedua jenazah putrinya yang menjadi korban Tragedi Kanjuruhan pun sudah angkat suara.

Rasa takut menjadi alasan utama Devi yang akhirnya memilih mencabut kesediaan autopsi.

Baca juga: Autopsi 2 Aremanita Korban Tragedi Kanjuruhan Berpeluang Bisa Dilakukan, TGIPF Beri Dukungan

Ia merasa takut ketika selalu didatangi polisi semenjak ia menyatakan bersedia jenazah putrinya diautopsi.

Ketakutannya makin menguat ketika merasa tak ada dukungan.

Devi yang kurang memahami proses hukum dan proses autopsi merasa bingung.

Di saat ia memerlukan dukungan dari masyarakat yang selalu menyuarakan #Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan, ia justru merasa sendiri saat ketakutan didatangi polisi silih berganti.

Terkait 'intimidasi' yang dirasakan, Devi membenarkan kedatangan polisi ke rumahnya

Ia mengaku sudah merasa takut ketika polisi datang ke rumahnya.

Ia nampaknya masih trauma karena keluarganya meninggal dunia dalam tragedi yang diduga disebabkan oleh penembakan gas air mata oleh polisi.

Devi akhirnya tak bisa berbuat banyak hingga akhirnya dituntun untuk membuat pernyataan pencabutan kesediaan autopsi jenazah dua putrinya, Natasya Ramadani (16) dan Naila Angraini (14).

Padahal sebelumnya, ia memiliki keinginan autopsi untuk mengetahui penyebab pasti kematian kedua putrinya itu.

Devi mengaku didatangi oleh sejumlah anggota kepolisian yang langsung datang ke rumahnya dalam beberapa hari.

Seingat Devi, ia setidaknya mendapat kunjungan dari pihak kepolisian sebanyak tiga kali.

Polisi yang datang ke rumahnya disebut selalu datang dalam rombongan.

Ada yang dari Polres Malang, ada yang dari Polda Jatim hingga dari Mabes Polri.

Ia mengakui kedatangan aparat kepolisian ini bukan dalam rangka pengancaman. Namun, mereka menanyakan soal maksud keinginan melakukan autopsi .

Dengan kondisi mental yang masih 'parno' pada polisi pasca Tragedi Kanjuruhan, Devi makin ketakutan.

"Tiga kali (didatangi polisi). Mereka datang rombongan. Enggak ada perkataan pengancaman, tapi kan didatangi saja takut," jujurnya.

Akhirnya, pada tanggal 17 Oktober 2022, ia pun memutuskan mencabut kesediannnya untuk autopsi terhadap kedua jenazah putrinya.

Dimana keputusan mundur dari autopsi tersebut, disampaikan melalui surat yang ia tulis ketika pihak kepolisian datang ke rumahnya.

Baca juga: KRONOLOGI Autopsi Jenazah Aremania Korban Tragedi Kanjuruhan Gagal, Kapolda Jatim Bantah Intimidasi

Seperti diketahui, Devi telah kehilangan kedua anak perempuannya yakni Natasya Ramadani (16) dan Naila Angraini (14) beserta mantan istrinya yakni Debi Asta (35) dalam tragedi Kanjuruhan.

Mereka bertiga meninggal di Pintu 13 Stadion Kanjuruhan.

Devi Atok Yulfitri mengungkapkan ia sebenarnya berharap jenazah dua putrinya bisa diautopsi karena merasa kematiannya tak wajar.

Ia ingin mengetahui secara pasti apa yang membuat anaknya meninggal dunia.

Terlebih dia melihat sendiri kondisi jenazah kedua putrinya yang disebutnya secara fisik wajahnya membiru, bahkan salah satu jenazah putrinya kala itu terus mengeluarkan darah dari bagian hidung.

Tapi niatan untuk meminta autopsi jenazah putrinya jadi kendor.

Ada dua alasan mengapa ia akhirnya memutuskan mencabut pernyataan kesediaan melakukan autopsi tersebut selain ketakutan dengan kedatangan polisi ke rumahnya.

"Yang pertama, kalau dilakukan autopsi, yang terlibat tidak hanya dari pihak polisi saja, melainkan juga ada pihak luar (yang ikut dilibatkan). Kalau enggak ada hal itu, ya enggak usah (dilakukan autopsi)," ujarnya kepada TribunJatim.com, Rabu (19/10/2022).

Devi yang tidak terlalu faham prosedur autopsi, sejauh ini belum mendapat penjelasan teknis pelaksanaan autopsi jenazah anaknya nanti.

Ia perlu mendapat kepastian siapa saja pihak yang  bisa ikut dalam proses autopsi?

Sebagai orangtua yang saat ini tengah 'parno' pada polisi, Devi perlu mendapat kepastian adanya unsur di luar polisi yang bisa ia percaya, yang bisa turut serta dalam proses autopsi jenazah putrinya.

Alasan yang kedua, Devi merasa dukungan dari sesama Aremania dan korban Tragedi Kanjuruhan mulai kendor.

Ia heran karena tidak ada keinginan dari para keluarga korban meninggal Tragedi Kanjuruhan yang lain untuk melakukan autopsi.

"Kenapa pihak keluarga dari korban meninggal Tragedi Kanjuruhan yang lainnya tidak ada yang ikut mengajukan autopsi ?" ungkap Devi.

Ia berharap para Aremania yang selama ini berteriak #Usut Tuntas juga menunjukkan dukungan dan upaya konkret supaya banyak korban meninggal Tragedi Kanjuruhan yang diautopsi.

Menurutnya Aremania perlu membantu dorong agar makin banyak keluarga korban yang bersedia izinkan autopsi dan mengawal para keluarga korban yang bersedia autopsi itu.

Karena autopsi jenazah korban Tragedi Kanjuruhan merupakan salah satu cara utama untuk mengusut tuntas Tragedi Kanjuruhan.

Penyebab kematian Aremania di dalam stadion Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 bisa diketahui secara pasti hanya dengan melakukan autopsi.

Dampak gas air mata, apakah berdampak kematian atau tidak pada korban kala itu bisa diketahui melalui autopsi.

Panpel Arema FC, Abdul Haris sebagai tersangka kasus Tragedi Kanjuruhan sebelumnya juga menyerukan dilakukan autopsi korban untuk mengetahui kandungan gas air mata yang berbahaya.

"Kalau (teriak) usut tuntas, ya harus berkorban dan jangan hanya bicara. Yang saya sesalkan sampai sekarang ini, kok cuma saya yang bikin pengajuan autopsi, yang lainnya kemana kok tidak ikut bikin pengajuan autopsi ?," ungkap Devi.

TGIPF ke rumah Devi athok autopsi
TGIPF ke rumah Devi athok autopsi (SURYAMALANG.COM/Purwanto)

 

KontraS sebut Ada Intimidasi

Batalnya agenda autopsi jenazah Aremania korban Tragedi Kanjuruhan langsung dikaitkan dengan adanya tindak intimidasi.

Dugaan adanya intimidasi dari kepolisian pada keluarga korban Tragedi Kanjuruhan itu diungkap secara terbuka oleh Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS).

Sekjen Federasi KontraS, Andy Irfan mengatakan, keluarga korban yang sebelumnya bersedia melakukan autopsi terhadap jenazah kedua putrinya yang meninggal akibat tragedi Kanjuruhan akhirnya mencabut kesediaannya.

Beberapa hari ke belakang, keluarga korban didatangi pihak kepolisian secara terus menerus.

"Akhirnya, keluarga korban merasa terintimidasi. Mereka (polisi) datang ke rumah dalam rangka meminta agar ayah korban itu untuk mencabut pernyataan siap autopsi," ujar Andy Irfan  , Rabu (19/10/2022).

Dari tindakan tersebut, akhirnya keluarga korban membuat surat pernyataan mencabut rencana kesediaan autopsi.

"Sampai sudah dibuatkan sama pihak aparat (pernyataan mencabut autopsi) di rumahnya," tambahnya.

Andy menyebut, keluarga korban yang sebelumnya bersedia melakukan autopsi, yakni bernama Devi Athok asal Bululawang, Kabupaten Malang.

Devi Athok bersedia kedua anaknya yang meninggal dunia akibat tragedi Kanjuruhan Malang di autopsi, untuk dapat membuktikan penyebab pasti kematiannya.

"Jadi, Devi itu sebelumnya didampingi pengacara lain, tetapi tidak dapat pendampingan hukum yang cukup. Akhirnya, ia mengadu ke kami," ungkapnya.

KontraS pun menyayangkan tindakan pihak kepolisian yang terus menerus melakukan intimidasi.

KontraS akan berkirim surat kepada pihak kepolisian agar menghentikan berbagai bentuk intimidasi kepada korban tragedi Kanjuruhan.

"Nanti, kita akan diskusi lagi dengan pihak keluarga. Kita juga akan masukkan hal ini ke program LPSK dan kami segera koordinasi dengan LPSK," pungkasnya

 

 

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved