Berita Tuban Hari Ini

2 Desa di Tuban Menjadi Desa Devisa Berkat Batik Tulis dan Tenun Gedog

Desa Margorejo Kecamatan Kerek dan Desa Kedungrejo Kecamatan Kerek memiliki kekayaan karya Batik dan Tenun Gedog. 

Penulis: Mochamad Sudarsono | Editor: Yuli A
mochammad sudarsono
Perajin batik dan tenun Gedog asal Desa Margorejo, Tuban, Nanik Hari Ningsih. 

Desa Margorejo Kecamatan Kerek dan Desa Kedungrejo Kecamatan Kerek memiliki kekayaan karya Batik dan Tenun Gedog. 

SURYAMALANG.COM, TUBAN - Dua desa di Kabupaten Tuban masuk sebagai desa devisa, dari enam desa di Jawa Timur. 

Hal itu berdasarkan peresmian yang dilakukan Gubernur Jawa Timur, Khofifah didampingi Direktur Pelaksana Bidang Hubungan Kelembagaan LPEI, Chesna F. Anwar, pada Awal November lalu. 

Dua desa tersebut yaitu Desa Margorejo Kecamatan Kerek dan Desa Kedungrejo Kecamatan Kerek yang memiliki kekayaan karya Batik dan Tenun Gedog. 

Perajin batik dan tenun Gedog asal Desa Margorejo, Nanik Hari Ningsih, mengaku bangga dan bersyukur atas capaian tersebut.


Melalui proses kurasi yang dilakukan oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) selama beberapa bulan, membuat desanya terpilih menjadi Desa Devisa. 


Tim LPEI melihat proses awal sampai akhir dalam memproduksi batik tulis dan tenun gedog.


Mulai tanam kapas sendiri, membuat benang, sampai proses menenun dan membatik.


"Alhamdulillah senang dan bangga atas capaian sebagai desa devisa," ujarnya kepada wartawan, Minggu (20/11/2022). 


Perempuan yang telah menggeluti usaha batik tulis dan tenun gedog puluhan tahun itu menjelaskan, usaha yang dijalankan telah menyerap tenaga kerja dari tetangga sekitar. 


Tak hanya dari kalangan ibu-bu hingga lansia, banyak anak muda juga ikut menenun. 


Ia sadar jika usahanya adalah wujud pemberdayaan masyarakat dan telah berdampak pada perekonomian tetangga sekitar. 


"Ada 35 orang pekerja harian tetap dan 60 lebih harian lepas, yang bisa memproduksi 400 potong gedog polos putih. Hasilnya Lumayan, untuk membantu perekonomian ibu-ibu," ungkapnya.


Pemilik usaha Melati Mekar Mandiri (nama tenun gedog milik Nanik, red), menerangkan hasil gedog putih polos lalu disetor ke eksportir untuk pemasaran ke luar negeri. 


Banyak pesanan untuk di ekspor ke Negara Sakura Jepang, gedog polos dijadikan sebagai bahan dasar kimono di sana. 


Adapun di dalam negeri, biasanya memasarkan produk di galeri miliknya, juga melalui pameran di berbagai kota. 


Menurutnya, saat ini para pengrajin sudah adaptif dengan perkembangan busana, mulai dari motif hingga bentuk karya, sehingga banyak yang tertarik.


"Kami dapat pelatihan terkait pemasaran, seperti bagaimana, jenis media apa dan lewat kerjasama, seperti apa agar pasar kita lebih meluas," terang Nanik.


Nanik yang sudah memulai usaha sejak 1998 itu berharap, desa kelahirannya bisa berkembang di bidang batik tulis tenun gedog dan dapat merajai pasar Indonesia hingga manca negara. 


Ia mengungkap dalam dua tahun terakhir merupakan cobaan berat bagi pengrajin, sebab covid-19 membuat pesanan jauh berkurang.


Namun semangat dari semua pihak serta berhasilnya Desa Kedungrejo menjadi Desa Devisa, membuatnya bangkit. 


"Kita semangat karena niatnya untuk kesejahteraan, juga misi untuk melestarikan tenun ini bersama masyarakat," pungkasnya. 


Foto 1: Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa didampingi Bupati Tuban Aditya Halindra saat berada di sanggar milik Nanik Hari Ningsih di Desa Margorejo, Kecamatan Kerek.


Foto 2: Pengrajin batik dan tenun Gedog asal Desa Margorejo, Nanik Hari Ningsih

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved