Kuliner Khas Sunda Ada di Malang, Seporsi Nasi Tutug Oncom Cukup Rp 11.000

SURYAMALANG.COM, MALANG – Anda tidak perlu jauh-jauh ke Tasikmalaya untuk menikmati Nasi Tutug Oncom atau Nasi TO.

Anda bisa menikmati Nasi OT di Jalan Joyo Tambaksari, Kota Malang.

Pasangan suami istri (pasutri) Mohammad Syaiful (36) dan Qurotu Ak Yoenita (37) membuka usaha kuliner Nasi Tutug Oncom sejak tahun 2021.

Tutug berasal dari Bahasa Sunda yang berarti menumbuk. Sedangkan oncom merupakan makanan yang sudah difermentasikan terdiri dari kacang tanah, ampas tahu, ampas kedelai, dan ampas kelapa.

Qurotu berinisiatif membuka usaha kuliner ini karena tidak ada penjual Nasi Tutug Oncom di Kota Malang.

Qurotu mendatangkan langsung bahan baku oncom dari Tasikmalaya.

"Adik saya yang mengirim bahan oncom dari Tasikmalaya. Agar tidak basi saat pengiriman, oncom dimasak dahulu sampai benar-benar matang. Kalau proses masaknya baik, oncom dapat bertahan sebulan," tutur Qurotu kepada SURYAMALANG.COM, Rabu (7/12/2022).

"Pengiriman butuh waktu tiga hari. 1 kilogram (Kg) oncom seharga Rp 150.000," tuturnya.

Qurotu menjajakan Nasi Tutug Oncom secara online dan offline.

"Kalau offline, pembeli datang langsung ke rumah saya. Kalau online, pengemudi ojek online yang datang ke rumah saya," imbuhnya.

Cara penyajian Nasi Tutug Oncom sangat mudah dan sederhana.

Oncom yang sudah dimasak dengan campuran kencur, cabai, dan garam diaduk dengan nasi hangat.

"Lauknya bisa sesuai selera masing- masing. Saya pakai sambal goang khas Sunda," tuturnya.

Pembeli bisa memilih lauk ayam, dan tempe. Pembeli juga bisa memilih lauk tersebut dibakar, digoreng, atau dibacem.

Qurotu menjual seporsi Nasi Tutug Oncom seharga antara Rp 11.000 sampai Rp 30.000.

Menurutnya, menu favorit pelanggan adalah Nasi Tutug Oncom Ayam (bakar, bacem, goreng). Sehari menu ini terjual sampai 211 porsi melalui aplikasi online.

Juga ada menu Nasi Tutug Oncom Kulit Goreng.

Sehari Qurotu mampu menghabiskan Nasi Tutug Oncom sampai 5 kilogram (Kg).

"Penghasilan tergantung dari pesanan," tuturnya.(Septyana Cahyani Eka Saputri)