Berita Malang Hari Ini
Hasil Diskusi KAHMI FORUM, Masih Ada Ego Sektoral untuk Membangun Malang Raya Bersama
Dari hasil pemaparan, permasalahan memang pada ego sektoral, adahal Malang Raya saling terkoneksi
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: rahadian bagus priambodo
SURYAMALANG.COM|MALANG- Kegiatan diskusi rutin "KAHMI FORUM" oleh Majelis Daerah Korps Alumni HMI (KAHMI) Malang Raya mengangkat tema "Meneropong Arah Pembangunan Malang Raya & Perkembangannya menuju Kota Metropolitan di Masa depan", Rabu (21/12/2022) di Hotel Pelangi Kota Malang.
Hadir sebagai narasumber Wakil Bupati Malang Didik Gatot Subroto dan Alie Mulyanto, Staf Ahli Pembangunan Kesejahteraan Rakyat dan SDM Pemkot Malang, Zainuddin sebagai Ketua AJI Malang Raya dan lain-lain.
Acara juga dihadiri sejumlah akademisi di Malang Raya. Dari yang dipaparkan, permasalahan memang pada ego sektoral. Padahal Malang Raya saling terkoneksi.
Misalkan kemacetan ke arah Kota Batu, dampaknya juga pada masyarakat lokal.
"Kata kunci pada stakeholder. Kita masih ambigu pada bendera. Proses ini yang ternyata tidak mudah. Kemauan publik mudah diterjemahkan tapi sulit dilakukan. Banyak hal kecil yang menjadikan kebuntuan dari setiap kolaborasi," kata Didik Gatot Subroto, Wabup Malang dalam acara itu. Hal ini karena ego sektoral personal yang masih sama kuatnya.
"Saya coba tanpa henti melalui pemprov agar bagamana Malang Raya bisa duduk bersama. Indikator metropolitas sudah kita dapatkan yakni kemacetan," kata Didik.
Maka sebaiknya memang ada kita perlu duduk bareng dengan menghadirkan Bappeda di masing-masing pemda. Tujuannya saling memaparkan untuk kebersamaan Malang Raya.
Dan tiga kepala daerah mempersiapkan blueprint bersama dalam bentuk kegiatan nyata dalam rangka pengembangan ekonomi bersama.
Ia menyebut, selain infrastruktur jalan, layanan kependudukan juga bisa terintegrasi di Malang Raya. Sebab layanan kependudukan ada di ibukota Kabupaten Malang di Kepanjen.
Yang cukup jauh aksesnya dari wilayah lain di Kabupaten Malang. "Sudah habis biaya besar untuk ke Kepanjen," katanya.
Sedang indikator metropolitan harus disiapkan terutama pada wilayah RT-RW yang bersinggungan. Problem kecil terhadang maka dampaknya pada hal besar.
Ia mencontohkan pada kebutuhan air yang menjadi kepentingan hajat hidup orang banyak.
Pertumbuhan ekonomi di tiga daerah di Malang Raya juga berbeda. Ada ketimpangan. Maka kedepannya ada kolaborasi dan sinkronisasi.
"Kalau sudah ada grand design, maka pembiayaannya bisa bersama," kata dia. Ia mencontohkan pembangunan Bandara Abd Saleh yang dikolaborasikan bersama.
Terpisah, Dekan FIA Universitas Brawijaya Andy Fefta Wijaya PhD pada suryamalang.com menjelaskan jika Malang Raya terintegrasi jadi satu kolaborasi pentahelix untuk bersama membangun Malang Raya.
"Maka perlu kolab memajukan Malang Raya ke depan. Salah satunya lewat program terpadu," kata dia.
Sehingga tidak bisa jalan sendiri karena ada misi misi yang beririsan.
"Misalnya pengembangan wisata, bagaimana keterpaduan pengembabgan wisata ke daerah ini. Sebab pariwisata memiliki daya tarik dan income tertinggi bagi pemda," katanya.
Kota Batu berkembang dengan wisata pegunungan, wisata buatan pasti mulai jenuh.
Maka Kabupaaten Malang bisa menjual wisata pesisir pantai. "Nah bagaimana mobilitas orang sehingga mudah ke Kota Batu, Kabupaten Malang dan Kota Malang harus dipikirkan," kata dia.
Ketiga daerah ini harus menjamin konektivitas yang mudah dan meninggalkan ego sektoral.
"Ini akan menguatkan daya tarik ketiganya," jawabnya.
Ia merasa forum ini sangat urgent untuk bagaimana mendudukan mereka bersama supaya kolaborasi yang sifatnya lebih tinggi daripada kerjasama.
"Komunikasi tiga kepala daerah di Malang Raya ini saya lihat masih tahap kerjasama atau ego sektoral," kata Andy.
Meski ada kerjasama tetapi keterpaduan program belum. Ia menyarankan ada inisiasi dari ketiga kepala daerah untuk kebutuhan masyarakat lokal.
Misalkan bidang pendidikan terkonsentrasi di Kota Malang mungkin disebar di Kota Batu. Sedang pertanian perikanan dll di Kabupaten Malang.
"Ini bisa dibicarakan terintegrasi. Sehingga jika ada yang invenstasi membangun lembaga pendidikan, maka bisa membangunkan infrastrukturnya. Kalau kampus bisa membangun gedungnya. Tapi jalan ke arah kampus harus dipikirkan karena anggaran membangun jalan ke kampus harus pakai APBD, misalnya," katanya.
Alie Mulyanto juga berharap ada rekom-rekom yang diberikan dari forum untuk kepentingan bersama di Malang Raya.
Ia juga mengakui adanya ego sektoral sehingga masih berjalan sendiri-sendiri. Sedang Koordinator KAHMI Forum, Harianto mengatakan mengangkat tema diskusi ini karena H\hampir niscaya Malang Raya jadi kota metropolitan.
Contohnya dari perkembangan penduduk dan lain-lain.
"Oleh sebab itu kita angkat tema ini dengan harapan semakin berkembang namun tidak meninggalkan masyarakat mana pun. Mereka bisa terangkat secara ekonomi maupun sosial," jelas dia.