Berita Surabaya Hari Ini

Mahasiswa ITS Kembangkan Alat Daur Limbah Plastik Jadi Bahan Bakar Ramah Lingkungan

Satu diantara solusi mengatasi permasalahan sampah plastik yakni dengan menggunakan teknik pirolisis untuk mendaur ulang limbah menjadi bahan bakar.

Editor: rahadian bagus priambodo
Mohammad Zainal Arif
Mahasiswa yang tergabung dalam Tim Fuchelia dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil mengembangkan gagasan tepat guna melalui sebuah inovasi alat bernama Smart Reducer Gas Pyrolysis. 

SURYAMALANG.COM|SURABAYA - Satu di antara solusi mengatasi permasalahan sampah plastik yakni dengan menggunakan teknik pirolisis untuk mendaur ulang limbah menjadi bahan bakar. 

Hal inilah yang tengah di kembangkan oleh Tim Fuchelia dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Mereka berhasil mengembangkan gagasan tepat guna melalui sebuah inovasi alat bernama Smart Reducer Gas Pyrolysis.

Salah satu anggota Tim Fuchelia, Immanuel Nathanael Lumban Gaol menjelaskan, seiring berkembangnya industri pertanian, saat ini bahan bakar fosil masih menjadi pilihan utama sejumlah petani. Sedangkan, ketersediaannya semakin menipis hingga berdampak pada harga yang mahal. 

“Dengan itu, perlu adanya bahan bakar ramah lingkungan, seperti bahan bakar hasil pirolisis limbah plastik,” ujar Nuel sapaan akrabnya kepada SURYA.co.id, Rabu (3/5/2023).

Berdasarkan permasalahan tersebut, tim yang melibatkan tujuh mahasiswa Departemen Kimia ITS ini merancang teknologi tepat guna dengan teknik pirolisis limbah. 

Alat yang dirancang merupakan sebuah teknologi untuk mengubah limbah plastik menjadi bahan bakar minyak yang tersusun atas beberapa bagian, yaitu reaktor 18 liter, pipa penghubung, kondensor, dan penampung produk.

Nuel memaparkan, konsep pirolisis yang diterapkannya ini merupakan proses pemanasan bahan padat dalam keadaaan oksigen yang terbatas atau bahkan tanpa oksigen. 

“Alat yang kami kembangkan ini menggunakan plastik Polyethylene Terephthalate (PET) sebagai bahan baku dengan produk luarannya berupa minyak,” imbuhnya.

Sedangkan dari segi teknis, lanjutnya, cara kerja dari Smart Reducer Gas Pyrolysis ini dimulai dengan memilah dan memisahkan sampah plastik yang akan dicacah sampai diperoleh ukuran terkecil. 

Dilanjutkan dengan proses pirolisis dengan memasukkan 5-10 kilogram plastik ke dalam reaktor, dan dipanaskan menggunakan Liquefied Petroleum Gas (LPG). 

“Maka, plastik akan meleleh dan mengalami proses perengkahan menjadi hidrokarbon rantai yang lebih pendek,” terangnya.

Dengan panas yang ditambahkan terus-menerus dalam reaktor tersebut membuat lelehan plastik menguap. Uap hasil pemanasan akan dialirkan menuju kondensor untuk didinginkan, sehingga diperoleh cairan berupa minyak hasil. 

“Minyak pirolisis ini yang dimanfaatkan untuk bahan bakar mesin diesel untuk menghidupkan alat-alat pertanian,” ungkap Nuel.

Guna mengurangi emisi karbon, Nuel dan tim juga menambahkan zat aditif berupa minyak kayu putih ke dalam minyak pirolisis dengan target hasil minyak yang lebih jernih. Lebih lagi, pada knalpot mesin diesel dengan penggunaan minyak pirolisis juga akan ditambahkan karbon aktif. 

“Dengan demikian, di saat penggunaannya diesel tidak akan menimbulkan bau menyengat,” ujarnya.

Halaman
12
Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved