Berita Surabaya Hari Ini

2,5 Jam Geledah Rumah Terduga Teroris di Surabaya, Densus 88 Temukan Buku Bertema Jihadis

proses penggeledahan tersebut berlangsung kurun waktu sekitar 2,5 jam, yang dimulai sekitar pukul 09.00-11.30 WIB.

Penulis: Luhur Pambudi | Editor: rahadian bagus priambodo
dok.ist
rumah berlokasi Jalan Sido Rukun Gang 6 No 6, Dupak, Krembangan, Surabaya, yang digeledah Anggota Densus 88 Mabes Polri, Rabu (24/5/2025) 

SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Anggota Densus 88 Mabes Polri menggeledah kediaman seorang terduga teroris, berlokasi Jalan Sido Rukun Gang 6 no 6, Dupak, Krembangan, Surabaya, Rabu (24/5/2023) siang. 

Wakil Ketua RW 01, Gandhi Setyo Purnomo (52) mengatakan, sepanjang melakukan proses penggeledahan tersebut, anggota kepolisian juga mengamankan sejumlah barang bukti. 

Informasinya, proses penggeledahan tersebut berlangsung kurun waktu sekitar 2,5 jam, yang dimulai sekitar pukul 09.00-11.30 WIB.

Setahunya, ada beberapa tumpukan buku dan beberapa benda lain yang disita. Sejumlah benda yang menjadi barang bukti tersebut, diamankan dalam wadah kardus. 

Kemudian, barang bukti tersebut dibawa ke dalam salah satu mobil yang dikendarai anggota kepolisian. 

Seingatnya, Gandhi, para anggota kepolisian yang melakukan penggeledahan dan penyitaan tersebut mengendarai empat mobil jenis SUV warna hitam. 

"Yang dibawa banyak sih. Saya enggak seberapa spesifik. Iya itu ada (Buku-buku), cuma yang lainnya saya engga seberapa tahu. (Pistol atau senjata laras panjang) gak ada," ujarnya pada awak media di lokasi. 

Berdasarkan informasi yang dihimpun Gandhi. Penggeledahan yang dilakukan oleh anggota kepolisian berkaitan dengan salah satu penghuni rumah tersebut, berinisial YR (48), yang disebut-sebut sebagai terduga teroris

Namun, sosok YR diketahui sudah tidak tinggal di rumah tersebut, sejak beberapa tahun lalu. Sehingga, kedatangan anggota kepolisian tersebut, menurut Gandhi, sebatas melakukan penggeledahan dan penyitaan sejumlah barang bukti. 

"Hanya penggeledahan aja," ungkapnya. 

Rumah tersebut, ditempati kedua orangtua YR yang telah berusia senja. Kemudian, istrinya, dan dua orang anak kandung YR. 

Setahu Gandhi, YR pernah membuka bisnis toko penjualan bahan plastik di salah satu ruko di Kota Surabaya. Entah, bisnis tersebut masih berjalan atau tidak. 

"Dia itu jarang sekali ada di rumah. Kalau katanya keluarga, keluar gitu, keluarga juga gak terbuka," katanya. 

Menurut Gandhi, sosok YR selama ini, dikenal sebagai pribadi yang tertutup dan sekadarnya saja saat berkomunikasi tatkala berjumlah warga sekitar rumah. 

YR diduga memiliki pemikiran dan paham keagamaan tersendiri mengenai agama yang dianutnya. 

Namun, produk pemikiran dan paham keagamaan yang dimiliki YR, diakui Gandhi, kerap bertabrakan dengan paham keagamaan mayoritas warga setempat. 

"Kalau saya, YR orangnya gak pernah ada di rumah. Kurang lebih 6 tahun gak ketemu. Kalau ketemu say hello," jelasnya. 

"Sering kontak sama saya juga. Dan diskusi soal agama juga. Dan saat itu saya juga tidak seberapa respon sama dia. Karena ujung-ujungnya dia memecah belah," tambahnya. 

Saat bertemu dan menyempatkan diri ngobrol singkat berbalut diskusi dengan dirinya. Gadhi menyebutkan, YR cenderung secara serius membahas persoalan mengenai konsep 'Jihad'. 

Apalagi, dirinya tahu bahwa pemahaman tentang konsep tersebut, diperoleh YR dari mengikuti pengajian di salah satu tempat ibadah. 

"Ya sampean tahu sendiri. Saya sudah curiga. Saya bukan menuduh. Tapi saya sudah curiga. Karena memecah belah, karena masalah jihad. Kalau membidahkan dia belum pernah. Tapi kalau mengajak jihad gitu," katanya. 

"Dia juga ceramahnya ada di Masjid At Taubah. Karena tahu ngaji di sana, ya saya males, karena  apa ceramahnya ya provokasi tadi," jelasnya. 

Di singgung mengenai partisipasi YR untuk menghadiri undangan pengajian untuk Yasin dan Tahlil, yang diselenggarakan oleh beberapa orang warga. 

Gandhi mengatakan, YR tak pernah tampak hadir meskipun telah diundang secara resmi dan tertulis oleh pihak tetangga yang memiliki hajat acara. 

"Kalau yasin tahli, enggak seberapa. Enggak datang mengikuti yasin tahlil. Perbedaannya ya maaf ya, unsurnya kan ke (sebut ormas), kalau masalah yasin tahlih, enggak diperbolehkan, enggak melakukannya. Di sini kan rata-rata orang NU. Orang nasionalis. Jadi mereka mengadakan yasin tahlil," terangnya. 

Menurutnya, lanjut Gandhi, YR merupakan warga biasa di perkampungan permukiman padat tersebut. 

Perubahan sikap dan pemikiran keagamaan yang memiliki kecenderungan tertentu tersebut, terjadi pada diri YR diketahui sejak rampung berkuliah di salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Kota Surabaya, tahun 1993 silam. 

"Setelah sempat kuliah di Unesa, jurusan bhs Inggris kalau gak salah. Dia lulus tahun 1993. Tapi setelah itu enggak tahu. Kita sendiri juga gak tahu. Cuma, ya itu tadi, kalau debat," pungkasnya. 

Pantauan TribunJatim.com di lokasi, beberapa orang anggota kepolisian dari kesatuan Samapta bermotor tampak membubarkan barisan meninggalkan area pengamanan di depan gang permukiman tersebut. 

Tampak juga anggota kepolisian berseragam dinas luar, menaiki kembali motor yang diparkiran di ujung gang untuk pergi meninggalkan lokasi. 

Sementara itu, ayahanda YR, berinisial DA sempat keluar dari rumah yang menjadi lokasi utama penggeledahan. 

DA mengakui bahwa sejak setahun lalu anak pertamanya itu, berinisial YR, tidak tinggal di rumah bersama dirinya. 

Bahkan mengenai penggeledahan dan penyitaan yang baru saja terjadi di kediamannya. DA mengaku, tidak mengetahui sama sekali. Karena sejak pagi hingga siang hari, dirinya menjemput sang cucu dari sekolah. 

"Sudah ada setahun tidak tinggal di sini. Saya enggak tahu penggeledahannya. Saya jemput cucu saya, dan baru pulang," ujarnya saat ditemui TribunJatim.com di depan rumahnya. 

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved