Travelling

Kafe Golekan di Malang, Menikmati Makanan Rumahan di Antara 1500 Koleksi Boneka Spirit Doll

Di Kafe Golekan pengunjung bisa melihat lebih dari 1500 boneka spirit doll. Lusiana Febriani, pemilik kafe itu mengoleksi boneka sejak 9 tahun lalu

SURYAMALANG.COM/Sylvianita Widyawati
Pengunjung Kafe Golekan bernama Sandi Resi Maulana bermain dengan boneka Samanta saat datang ke kafe itu beberapa waktu lalu. Ada 1500 koleksi boneka milik Lusiana Febriani, pemilik kafe.  

SURYAMALANG.COM , MALANG -Kafe Golekan di Jl Bunga Kecilung Kota Malang sedang hits karena koleksi boneka yang jadi ciri khasnya.

Sesuai namanya, Kafe Golekan menampilkan lebih dari 1500 boneka koleksinya.

Lusiana Febriani, pemilik kafe itu mengoleksi boneka sejak sembilan tahun lalu.

Awalnya hanya dinikmati sendiri. Ketika suaminya meninggal dunia pada dua tahun lalu, ia menggerakkan ekonomi rumah tangganya dengan membuat kafe yang buka sore hari mulai pukul 16.00 WIB.

"Kafenya baru setahun ini," jelas Lusiana pada suryamalang.com beberapa waktu lalu.

Kafe Golekan berada di lantai dua rumahnya.

Saat tamu datang, bisa masuk galeri bonekannya di lantai satu.

Sedang lokasi kafenya di lantai dua

Di lantai satu yang sudah dilengkapi cctv, ada banyak boneka termasuk boneka Anabelle dan boneka tertua usia 100 tahun. .

Koleksi boneka bukan hanya ada di lantai satu, tapi banyak juga koleksi boneka yang dipajang di kafe.

Koleksi boneka ada yang dimasukkan di etalase dan ada juga yang ditempatkan di tempat duduk, sehingga pengunjung bisa bermain dengan boneka sambil menunggu Lusiana menyiapkan makanan dan minuman pesanan.

Untuk menu yang bisa dinikmati, Kafe Golekan menyajikan makanan rumahan seperti sup merah dan mie nyemek.

"Kalau untuk kulinernya, saya masak makanan rumahan," papar Lusiana.

Ada open kitchen di kafe, jadi pengujung bisa melihat Lusiana memasak.

Menunya antara lain sup merah dan bakso yang dibanderol Rp 20.000.

Ada mie goreng dan mie nyemek Rp 10.000. Isinya mie berkuah, sayur sawi dan telor orak-orak arik.

Ada juga menu Ayam Tar Tar.

Sedang minumannya seperti jamu kencur, matcha dan lainnya.

Di Kafe Golekan juga ada camilan jadul yang dijual Rp 1000 an.

Ada permen rokok-rokokan, permen karet dan lainnya.

Pengunjung yang datang ke kafe ini tak hanya anak muda tapi juga dari kelompok orang tua.

Mereka biasanya datang barengan teman atau anggota keluarga lainnya. 

Salah satu pengunjung Kafe Golekan adalah Sandi Resi Maulana.

Warga Sawojajar Kota Malang ini sudah lebih dari dua kali ke kafe ini.

"Tahunya dari tiktok ada kafe ini," kata Resi yang datang bersama temannya.

Resi mengaku untuk makan dan minum bisa menghabiskan sekitar Rp 50.000/orang. Tapi tergantung yang dipesan apa.

Ia suka ke Kafe Golekan karena bisa bermain boneka karena sejak kecil suka main boneka.

"Saya kalau di sini suka main dengan boneka Samanta," ungkap Resi.

 

Boneka Spirit

Terkait koleksi boneka yang dimilikinya, Lusiana menyebut jika hampir semua boneka miliknya merupakan boneka spirit.

"Cuma bedanya, boneka saya tidak menangkap arwah. Mereka yang singgah sendiri. Kapan saja mereka pergi ya pergi," kata dia. Ia tidak ada kewajiban memberi makan.

Lusiana lalu menerangkan satu Boneka spirit miliknya yang bernama Samanta. 

"Saya adopsi di Kediri. Di sana dia ngganggu satu keluarga. Di sini nggak. Kadang ia njawil-njawil minta foto. Dia di sini baik dan mungkin karena banyak temannya," ceritanya.

Dikatakan Lusi, koleksi boneka Indonesia belum banyak.

"Saya ingin menambah koleksi boneka The Doll tapi belum nemu.

Alasan Lusi mengoleksi banyak boneka karena balas dendam.

Sebab awalnya ada boneka koleksinya yang ia titipkan pada keluarga hilang.

Setelah ia bisa mencari uang sendiri, ia banyak membeli boneka.

Untuk perawatan boneka dalam etalase mudah karena jarang berdebu.

Sedang untuk boneka yang dikeluarkan, boneka itu harus dimandikan dan keramas. Baju-bajunya juga ia ganti.

Koleksi bajunya juga dirolling bagi yang punya ukuran sama.

Sedang nama-nama boneka sudah ada sejak dibeli.

"Pada boneka yang buatan Jerman sudah ada nama di sertifikat lahirnya," paparnya. 

Pada boneka-boneka yang sering diajak interaksi, ia hafal namanya. Sejauh ini, meski sebagian rumahnya sudah dijadikan tempat umum, namun tidak ada bonekanya yang hilang.

"Gak berani juga ngambilnya," pungkasnya. 

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved