Berita Viral

Sosok Lukas Guru SMP di NTT Tidak Digaji 10 Tahun Tapi Dituntut Kreatif, Harus Nyambi Jualan Hewan

Inilah sosok Lukas guru SMP tidak digaji 10 tahun namun dituntut kreatif sebab fasilitas sekolah sangat minim. Harus nyambi jualan hewan.

Penulis: Frida Anjani | Editor: Dyan Rekohadi
Tribunnews
Sosok Lukas Guru SMP di NTT Tidak Digaji 10 Tahun Tapi Dituntut Kreatif, Harus Nambi Jualan Hewan 

Hal tersebut demi menghemat biaya transportasi dari rumahnya di Bakitolas yang jaraknya sekitar 25 kilometer ke SMP Negeri Wini.

“Pulangnya kalau ada keperluan saja. Ya kadang satu bulan sekali. Yang menginap di mes ada tiga guru, termasuk saya,” ungkapnya. 

Lukas mengaku harus membuat alat peraga karena tak memiliki lab bahasa.

“Sejauh ini, kami hanya bisa pakai alat peraga. Kami kreatif sendiri untuk membuat gambar atau poster. Kami sediakan dan kami paparkan agar mereka tahu tentang apa,” tuturnya.

Nasib serupa juga dialami Frederikus Tnepu Bana (34) guru Bahasa Inggris di SMP Negeri Wini. 

Frederikus dituntut kreatif dalam melakukan kegiatan belajar mengajar karena keterbatasan fasilitas.

Saat praktik listening atau praktik mendengarkan percakapan Bahasa Inggris, Frederikus menggunakan speaker atau pengeras suara kecil yang disambungkan ke ponsel.

Frederikus mengungkap SMP Negeri Wini tidak memiliki proyektor untuk mengajar.

Bahkan terkadang Frederikus meminjam proyektor ke SD Katolik Wini yang tak jauh dari sekolahnya.

“Kami kadang kalau mau pakai Infocus (merek proyektor) harus pinjam dari SD Katolik Wini. Karena kan mereka ada. Kalau ada pertemuan orangtua dan urgent, ya harus pinjam,” ujar Frederikus.

Guru Bahasa Inggris di SMP Negeri Wini, Frederikus Tnepu Bana
Guru Bahasa Inggris di SMP Negeri Wini, Frederikus Tnepu Bana (Kompas.com/Baharudin Al Faris)

Di sisi lain, setiap guru harus membeli buku referensi tambahan dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk siswa.

“(Kalau ada tambahan belajar, guru) harus beli. Terkadang, buku referensinya disiapkan oleh guru, lalu mereka fotokopi,” ucap Guru Bahasa Indonesia, Aryance Paulina Thake Kolo.

Lukas pun meminta Pemerintah Indonesia memperhatikan tenaga pengajar di pelosok negeri yang jauh dari kata sejahtera.

Apalagi di wilayah perbatasan banyak tenaga guru honorer.

“Karena di sini banyak guru honorer. Tentunya pemerintah harus membuka mata. Karena, tanpa guru, dunia bisa mati. Guru yang bisa mencerdaskan bangsa,” katanya.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved