Korban Erupsi Gunung Marapi
Alhamdulillah Fadli Selamat di Puncak saat Gunung Marapi Erupsi, Sempat Mengalami Hujan Batu
Alhamdulillah Fadli selamat ketika berada di puncak saat Gunung Marapi Erupsi, Minggu (3/12/2023). Alami hujan batu dan kepungan asap.
Penulis: Frida Anjani | Editor: Adrianus Adhi
SURYAMALANG.COM - Alhamdulillah Fadli selamat ketika berada di puncak saat Gunung Marapi erupsi, Minggu (3/12/2023).
Kala itu, Fadli bersama teman-temannya tengah berada di sekitar puncak saat erupsi Gunung Marapi.
Fadli pun mengalami hujan batu hingga kepungan asap hitam hingga membuat dirinya alami luka-luka.
Dia tidak menyangka akan terjadi erupsi karena tidak merasakan tanda-tandanya.
Gemuruh dari kawah Gunung Marapi serta guncangan pada Minggu siang (03/12), membuat Muhammad Fadli dan 17 rekannya terkejut.
Pria berusia 20 tahun ini langsung mencari tempat berlindung di balik bebatuan cadas. Saat itu ia berada di sekitar puncak gunung dengan ketinggian 2.891 meter dari permukaan laut (Mdpl).
"Saat mendengar gemuruh dan merasakan guncangan itu, saya langsung bersembunyi bersama tiga teman saya," kata Fadli di RSUD Padang Panjang saat ditemui wartawan Halbert Caniago yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Senin (4/12/2023).
Suara gemuruh ini hanya awal dari proses erupsi Gunung Marapi.

Baca juga: Kisah Novi Live Facebook Sebelum Tewas Kena Erupsi Marapi, Mendaki Bersama Anaknya yang Juga Korban
Baca juga: Kesaksian Irvanda Pendaki Selamat Gunung Marapi Tiba-tiba Ada Ledakan, Panik Cari Perlindungan
Saat bersembunyi di balik batu, ia melihat batu berukuran kepalan tinju orang dewasa melayang-layang.
"Saat salah satu batu menuju ke saya, saya menepisnya dengan tangan kosong yang mengakibatkan jari saya patah," katanya.
Batu selanjutnya kemudian mendarat di bagian kaki kiri Fadli, yang membuat tulangnya patah.
Tak lama kemudian, asap hitam menyelimuti langit. Lalu asap hitam dan debu pekat membekap mata Fadli. Ia benar-benar tidak bisa melihat di sekitarnya.
"Saat itu kami tetap bersembunyi di balik batu dan saya tidak mengetahui lagi tentang teman-teman saya yang lain," lanjutnya.
Batu yang beterbangan juga menghantam bagian kepala salah satu temannya sehingga hampir kehilangan kesadaran.
Di tengah situasi asap hitam dan debu disertai hujan batu, Fadli yang saat itu masih bersama tiga rekannya, perlahan-lahan bergerak turun. Mereka berusaha menghindari awan panas.
"Kami terus mencoba bergerak ke arah bawah dengan terus mencari tempat bersembunyi di bebatuan," katanya.
"Saya mencoba bergeser ke bawah itu, untuk mencari jaringan (sinyal) untuk menghubungi pihak pos penjagaan dan meminta agar kami dijemput," lanjutnya.
Setelah mendapat beberapa batang sinyal di layar ponsel, Fadli langsung menghubungi pihak Basarnas dan menyampaikan situasi dan keadaannya.
"Pihak Basarnas meminta agar saya menunggu di sebuah pertigaan dan nanti katanya akan dijemput ke sana," lanjutnya.
Setelah menunggu kurang lebih delapan jam, akhirnya yang ditunggu pun sampai di tempat yang sudah dijanjikan untuk penjemputan.

"Saat tim evakuasi sampai di tempat itu, akhirnya saya bisa lega. Karena saya dan tiga teman saya akhirnya bisa selamat walaupun dalam keadaan luka-luka," lanjutnya.
Saat dievakuasi, Fadli mengalami luka patah tulang, besut, dan luka bakar di punggungnya. Kondisi ini membuatnya harus digendong anggota tim penyelamat yang melakukan penjemputan. Tapi lukanya terasa perih, sehingga ia harus ditandu.
"Setelah tiga jam ditandu, akhirnya saya sampai ke pos evakuasi dan akhirnya saya bawa menggunakan ambulans ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) ini," lanjutnya.
"Tidak ada tanda-tanda erupsi"
Fadli menceritakan bahwa dirinya bersama 17 orang temannya yang terdiri dari 12 pria dan lima perempuan, memutuskan untuk naik ke Gunung Marapi pada Sabtu (02/12).
Ia mengatakan “tidak ada firasat” apa pun saat mendaki Gunung Marapi di Sumbar dengan ketinggian hampir setara dengan Gunung Merbabu di Jawa Tengah. "Kami naik hari Sabtu dan bersama-sama mendaki dan saling membantu dalam segala hal," katanya.
Pada Minggu (03/12) ia bersama belasan temannya langsung menuju puncak untuk melihat matahari terbit dan menikmati pemandangan.
"Sebelum menuju puncak, kami sempat makan terlebih dulu. Karena pagi itu kami cukup lapar," lanjutnya.
Di puncak Gunung Marapi, ia bersama temannya berfoto dan bersenda gurau sembari menikmati pemandangan yang indah.
"Sungguh tidak saya sangka gunung akan erupsi. Karena tidak ada tanda-tanda yang kami rasakan," katanya.
Artikel TribunStyle.com 'KISAH Pendaki yang Selamat dari Letusan Gunung Marapi'.
Orang tua sempat kehilangan
Ibunda Fadli, Meri Deswati, mengaku baru mengetahui keberadaan anaknya Minggu malam (3/12/2023).
“[Saya tahu] dari jam setengah delapan malam. setelah dihubungi oleh kakaknya yang berada di Pekanbaru [Provinsi Riau] yang menyatakan bahwa nama Fadli ada dalam daftar korban erupsi Gunung Marapi," katanya.
Meri terkejut, karena Fadli tidak memberitahu akan naik gunung. Padahal anaknya itu sudah berkali-kali mendaki gunung, dan selalu izin dengan orang tua.
"Dia sudah sering melakukan pendakian dan kali ini dia tidak meminta izin kepada saya saat akan melakukan pendakian," katanya.
Dari malam itu, Meri bersama keluarganya terus mencari tahu keberadaan anaknya, sampai mendapat lokasi tempat ia dirawat di RSUD Padang Panjang. “Saya lihat ada [Fadli] tanda di hape itu yang sudah dievakuasi,” katanya.
Menurut Fadli, dirinya sudah melakukan pendakian sebanyak 10 kali dan pada pendakiannya yang ke 10 itu ia mendapatkan sebuah pengalaman yang sangat berharga.
"Saya sudah mendaki Gunung Marapi ini beberapa kali, Gunung Talang dan Gunung Singgalang," tuturnya.
Berdasarkan data Basarnas, setidaknya 75 pendaki sempat terjebak saat Gunung Marapi mengalami erupsi. Sebanyak 11 ditemukan meninggal dunia, dan 12 lainnya belum ditemukan.
Fadli selamat ketika berada di puncak saat Gunung
pendaki selamat Gunung Marapi
korban erupsi Gunung Marapi
erupsi gunung Marapi
Muhammad Fadli
pendaki Gunung Marapi
Gunung Marapi
SURYAMALANG.COM
Akhir Perjuangan Zhafirah Viral Pendaki Gunung Marapi Minta Tolong, Meninggal Usai 13 Hari Dirawat |
![]() |
---|
Harapan Terakhir Zhafirah, Korban Erupsi Gunung Marapi Meninggal Usai 13 Hari Dirawat di Rumah Sakit |
![]() |
---|
Kisah Siska Alfina, Mahasiswi Pecinta Alam UNP yang Jadi Korban Erupsi Gunung Marapi Jelang Wisuda |
![]() |
---|
Kisah Novi Live Facebook Sebelum Tewas Kena Erupsi Marapi, Mendaki Bersama Anaknya yang Juga Korban |
![]() |
---|
UPDATE Korban Erupsi Gunung Marapi, 23 Pendaki Dinyatakan Meninggal Dunia dan Kemungkinan Bertambah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.