Mudik Lebaran
Mobil Gran Max Misterius di Kecelakaan Maut di KM 58 Tol Jakarta-Cikampek, Identifikasi Juga Sulit
Diketahui dalam STNK, pemilik mobil berpelat nomor polisi B 1635 BKT tersebut bernama Yanti Setyawan Budidarma
SURYAMALANG.COM, JAKARTA - Mobil Gran Max yang terlibat dalam kecelakaan maut di KM 58 Tol Jakarta-Cikampek , Senin (8/4/2024) pagi masih misterius.
Mobil yang penumpangnya berjumlah 12 orang tewas di lokasi kejadian ini sejauh ini belum terungkap siapa pemiliknya.
Mobil Gran Max yang dinilai sebagai penyebab kecelakaan maut itu diduga merupakan travel gelap.
Sejauh ini belum semua penumpang mobil Grand Max yang terbakar itu teridentifikasi.
Mobil Gran Max nomor polisi B 1635 BKT itu jadi misterius ketika identitas pemiliknya tidak terlacak.
Nama dan alamat pemilik mobil maut seperti yang tertera dalam STNK mobil ternyata tidak ditemui.
Penghuni rumah di alamat yang tertera di STNK mobil Gran Max yang terlibat dalam kecelakaan maut di KM 58 Tol Jakarta-Cikampek mengaku tak pernah punya mobil Grand Max.
Diketahui dalam STNK, pemilik mobil berpelat nomor polisi B 1635 BKT tersebut bernama Yanti Setyawan Budidarma dengan alamat Jalan Duren Nomor 16 RT003/009 Kelurahan Utan Kayu Utara, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur.
Namun, saat alamat tersebut didatangi pemilik rumah bernama Setiawan Budidarma justru bingung karena ia tidak pernam memiliki mobil Gran Max.
Hal yang membuatnya tambah heran adalah nama dirinya tercantum di belakang nama Yanti, "Yanti Setiawan Budidarma".
Jikalaupun dihubungkan, Setiawan Budidarma pernah menikah dengan wanita bernama Irma Damai Yanti dan berpisah tahun 2010 silam.
Setahu dirinya, mantan istrinya tersebut tinggal di Bekasi.
"Tapi orang-orang mengenal nama dia Irma. Tidak pernah Yanti. Makanya aneh, ini namanya Yanti Setiawan Budidarma," kata Setyawan Budidarma saat ditemui dikediamannya dilansir dari wartakotalive.com, Senin sore.
Setiawan sendiri tinggal di Utan Kayu sejak 2011 silam.
Setahu dirinya, pemilik lama pun tak memiliki nama Yanti Setiawan Budidarma.
Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo menduga mobil Gran Max tersebut merupakan travel ilegal.
Hal tersebut dikarenakan mobil mengangkut penumpang dengan asal dan tujuan berbeda-beda.
"Itu sedang kita dalami karena informasinya dari keluarga korban ada yang menyatakan bahwa memang mereka ada memesan travel dan sempat dilarang keluarga," kata Kapolri di RSUD Karawang pada Senin (8/4/2024).
Kapolri mengungkapkan, pihaknya bakal mendalami kronologi dan penyebab pasti insiden kecelakaan tersebut.
Namun, sejauh ini penyebabnya karena kelalaian pengemudi GranMax yang keluar jalur contraflow sehingga menyebabkan kecelakaan tersebut.
"Tadi sudah saya jelaskan penyebab terjadinya kecelakaan sedang didalami dan saya belum bisa menjelaskan," katanya.
"Namun yang jelas ada proses dimana kendaraan itu keluar dari contraflow masuk jalur yang sebenarnya bukan jalur yang diperuntukkan oleh kendaraan tersebut," katanya.
Kronologi Kecelakaan Maut Gran Max vs Bus dan Rush di KM 58 Tol Jakarta-Cikampek
Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri Irjen Pol Aan Suhanan mengungkap kronologi kecelakaan maut yang terjadi di KM 58 Tol Jakarta-Cikampek, Karawang, Jawa Barat pada Senin (8/4/2024) pagi ini.
Diketahui sebelumnya, kecelakaan melibatkan tiga kendaraan. Ketiga kendaraan tersebut yakni mobil Rush, Gran Max melawan Bus Primajasa.
Tigaa kendaraan yakni Bus Primajasa nopol B 7655 TGD, Daihatsu Gran Max nopol B-1635-BKT dan Daihatsu Terios nopol E 1399 MF, terlibat kecelakaan saat diberlakukan contraflow arah Jakarta-Cikampek.
Dijelaskan Aan, insiden maut tersebut bermula saat mobil Gran Max yang datang dari arah Jakarta arah Cikampek menggunakan jalur contra flow.
"Gran Max ini datang dari Jakarta, dari arah Jakarta menuju ke Timur menggunakan contra flow di TKP itu ini menurut pantauan sementara dari CCTV," ucap Aan kepada wartawan di RSUD Karawang, Jawa Barat pada Senin (8/4/2024) pagi ini.
Dari pemantauan CCTV itu, kata Aan, terlihat mobil Grandmax mendadak tidak bisa mengendalikan kendaraannya hingga oleng ke kanan atau jalur lawan, Cikampek-Jakarta.
Akibatnya, mobil Gran Max itu menabrak sebuah bus Primajasa hingga terbakar.
Sedangkan, mobil Rush turut terlibat kecelakaan karena menabrak bodi belakang bus.
"(Mobil Grandmax) itu oleng ke kanan sehingga menabrak bis dan menabrak kendaraan lainnya yang ada di belakang bis," katanya.
Ia menjelaskan supir bus maupun mobil Terios dalam kondisi dalam kondisi selamat tanpa luka.
"Sopir bis Alhamdulillah sehat, kemudian sopir rush juga sehat tidak ada luka. kalau yang Gran Max belum diketahui, masih diidentifikasi," katanya.
Usai mengalami benturan hebat, mobil Gran Max dan Terios terbakar hebat di lokasi kejadian. Sejumlah penumpang pun masih berada di kedua mobil tersebut saat api berkobar.
Sopir bus Primajasa rute Bandung-Jakarta yang selamat, Heri juga mengungkapkan detik-detik kronologi kecelakaan maut itu dipicu mobil Gran Max yang secara tiba-tiba masuk jalurnya saat diberlakukan contraflow.
Ia menyebutkan, kejadian itu bermula ketika ia mengendarai bus Primajasa dari arah Bandung menuju Jakarta.
Saat itu, jalur dari arah Cikampek menuju arah Jakarta tengah dilakukan contraflow. Dua lajur yang digunakan pemudik dari arah Jakarta menuju Cikampek.
Sesampainya di Kilometer 58, ia mengaku kaget karena secara tiba-tiba ada kendaraan Gran Max max di jalur contraflow masuk ke jalurnya dan berada di depannya, hingga menabrak bagian depan bus.
Ketika itu, ia langsung menghindar dengan membanting setir mobil ke arah kiri hingga menabrak kendaraan lainnya. Sehingga bus mengalami kerusakan bagian depan mobil dan juga bodi kiri mobil.
"Saya coba menghindari ke kiri, Lalu di bagian belakang seperti ada kendaraan lain juga dan menabrak bagian kiri," ujar Heri.
Tak lama kemudian, mobil Terios menabrak bus dan Gran Max hingga mobil itu ikut terbakar.
Identifikasi Korban Tewas
Kapolri mengatakan pihaknya masih melakukan identifikasi terhadap jenazah korban.
Dalam peristiwa tersebut diketahui 12 orang meninggal dunia, terdiri dari 7 orang laki-laki dan 5 orang wanita.
"Kita sedang melakukan upaya untuk mendapatkan ciri-ciri dari korban yang meninggal. Karena memang kondisi lukanya cukup berat sehingga tentunya perlu dilakukan langkah-langkah post mortem dan dari 12 jenazah terdiri dari 7 laki-laki dan 5 wanita," ucap Kapolri.
Ia mengatakan semua jenazah kini sedang dalam pengambilan sampel jaringan di dalam tubuh.
Nantinya, sampel itu akan dicocokan dengan keluarga korban.
"Kita harus melakukan pengecekan terkait dengan DNA ataupun juga mengecek dari properti yang ada sehingga kemudian nanti pada saat match bisa kita serahkan kepada keluarga korban," katanya.
Sejauh ini, kata Kapolri, sudah ada dua KTP yang didapatkan pihak kepolisian dari jenazah korban. Kedua korban itu berasal dari Ciamis dan Bogor.
"Dua KTP yang didapatkan yang kemudian dikenali identitasnya itu sudah kita hubungi pihak keluarga ada yang satu berasal dari Ciamis dan satu berasal dari Bogor," katanya.
"Kemudian saat ini untuk upaya selanjutnya adalah melakukan pemberian pelayanan dan proses antemortem yaitu pengambilan jenazah yang nanti akan diambil keluarga," sambungnya.
Lebih lanjut, Kapolri menambahkan pihaknya kini sudah menerima 4 keluarga korban yang sudah datang ke RSUD Karawang.
Mereka kini sedang diambil ante mortem untuk mencocokan dengan identitas jenazah.
"Saat ini sedang berlangsung sudah ada 4 keluarga yang saat ini sedang melaksanakan kegiatan antemortem dan sisanya tentunya sedang kami tunggu dan kami berupaya untuk segera menghubungi pihak keluarga korban," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com
Ikuti updatenya di Google News SURYAMALANG.COM
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.