Siswa SMP Tewas Dikeroyok di Kota Batu

FAKTA Pengakuan RKW Kepada Sang Ibu, Ada Ketakutan Sebelum Siswa SMP Itu Hembuskan Nafas Terakhir

Ibu korban, RKW,  Nurul Noviana mengisahkan bagaimana sikap anaknya saat terakhir bersamanya yang meratap kesakitan di bagian kepalanya tapi ketakutan

Penulis: Dya Ayu | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/Dya Ayu
Nurul Noviana (pakai jaket), bu korban siswa SMP Kota Batu yang dikeroyok teman sekelas hingga tewas saat bertemu Pj Wali Kota Batu.  

SURYAMALANG.COM, BATU - Kasus perundungan disertai tindak kekerasan hingga menyebabkan kematian seorang  siswa SMPN 2 Kota Batu yang tinggal di Jalan Bromo Batu menyisakan duka keluarga.

Ibu korban, RKW,  Nurul Noviana mengisahkan bagaimana sikap anaknya saat terakhir bersamanya yang meratap kesakitan di bagian kepalanya tapi ketakutan .

Baca juga: Inilah Peran 5 Pelaku Pengeroyokan Berujung Kematian Siswa SMP Kota Batu, Ancaman Hukuman 15 Tahun

Seperti diketahui pengeroyokan pada korban RKW yang terjadi di Jalan Cempaka Pesanggrahan Kota Batu pada Rabu (29/5/2024) lalu itu dilakukan teman sekelas RKW dan teman bermainnya berinisial MA (13), KA (13), AS (13), MI (15) dan KB (13).

Sebelum meninggal dunia RKW sempat dirawat di Rumah Sakit Hasta Brata Kota Batu karena mengeluh pusing dan muntah pada sang ibu Nurul Noviana, Jumat (31/5/2024).

Ibu korban Nurul Noviana mengatakan saat kejadian pengeroyokan anaknya tak berani jujur karena mendapat ancaman dari pelaku akan dipukuli lagi jika bilang mengadukan kejadian tersebut pada orangtuanya.

“Kalau tepatnya saat anak saya dipukul saya tidak tahu karena saya kerja. Kata adiknya (saudara kembarnya RKW,red) hari Rabu dipukuli tapi anak saya tidak bilang ke saya. Saya baru tahu hari Jumat pagi bangun tidur itu ngeluh sakit kepalanya,” kata Nurul Noviana, Minggu (2/6/2024).

Kepada sang ibu, RKW mengeluh kesakitan dan menuturkan jika dirinya sudah tak kuat lagi menahan sakit.

“Dia nangis, bilang kalau kepalanya pusing dan sudah tidak kuat. Saya pikir itu sakit biasa karena kalau dia sakit juga seperti itu,” ujarnya.

Kemudian Nurul memberikan obat pada RKW agar pusing yang dialami anaknya sembuh.

Setelah minum obat RKW baru mengaku jika ia sakit kepala karena dipukul pelaku.

“Saya kasih obat, habis minum obat dia ngaku kalau kepalanya habis dipukul temannya. Dia tidak berani bilang sama saya sebelumnya karena diancam. Habis itu dia muntah terus langsung saya bawa ke rumah sakit. Sampai rumah sakit pihak rumah sakit bilang kalau anak saya sudah kritis,” tuturnya.

Dari hasil pemeriksaan awal ketika tiba di rumah sakit, RKW mengalami pendarahan otak dan harus menjalani operasi. Sayangnya sebelum dioperasi nyawa RKW tak dapat tertolong.

Selain itu Nurul mengatakan dari penuturan anaknya pengeroyokan dilakukan karena persoalan tugas kelompok.

“Kalau kata anak saya dipukuli karena kerja kelompok. Ada tugas kelompok buat keripik pare itu. Sehari sebelum dipukuli itu sama anak saya si pelaku ini disuruh ngeprint kayak cara membuatnya, tidak mau. Dia marah-marah. Adiknya dulu pernah laporan ke saya kalau pelaku ini pernah nendang kakaknya. Persoalannya apa gak tahu. Makanya saya larang jangan berteman dengan pelaku,” pungkas Nurul.

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved