Bahaya Glaukoma Menyerang Adul Tak Bisa Melihat, Pengidapnya Tak Sadar, Kebutaan Bersifat Permanen
Bahaya glaukoma menyerang pelawak Adul tak bisa melihat, pengidapnya tak sadar dan kebutaan bersifat permanen.
Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Sarah Elnyora Rumaropen
SURYAMALANG.COM, - Intip sejumlah fakta mengenai penyakit glaukoma yang kabarnya menyerang pelawak Adul hingga tidak bisa melihat.
Kondisi yang dialami Adul membuat rekan artis prihatin hingga mendoakan pelawak berusia 40 tahun itu agar cepat sembuh.
Lalu sebahaya apa sebenarnya penyakit glaukoma hingga membuat Adul tidak bisa melihat.
Glaukoma adalah kondisi medis berupa gangguan penglihatan yang disebabkan oleh kerusakan saraf mata.
Umumnya kerusakan saraf mata tersebut terjadi karena adanya tekanan tinggi pada bola mata.
Namun, ada beberapa kasus glaukoma yang terjadi walau tekanan pada bola matanya masih dalam batas normal sekali-pun.
Berbeda dengan katarak, kebutaan yang disebabkan oleh glaukoma bersifat permanen dan tidak dapat diperbaiki alias menjadi buta.
Semakin dini glaukoma ditemukan dan diikuti tindak lanjut yang tepat maka semakin minim risiko penderita terhindar dari kebutaan.
Jenis glaukoma terdiri dari 2 yakni glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup.
Gejala umum glaukoma terbuka, paling umum adalah hilangnya penglihatan secara perlahan.
Glaukoma sudut tertutup, meskipun jarang namun termasuk keadaan medis darurat dan gejalanya termasuk sakit mata disertai mual dan gangguan visual yang tiba-tiba.
Baca juga: Kondisi Pelawak Adul Kabarnya Tak Bisa Melihat Diduga Glukoma, Para Artis Prihatin: Cepat Sehat Bang
Artikel Tribunnews.com 'Mengenal Glaukoma, Gangguan Syaraf Mata yang Dialami Komedian Adul'.
Diketahui Glaukoma merupakan penyebab kedua kebutaan di Indonesia setelah katarak.
Di sisi lain, angka kejadian glaukoma akan terus meningkat.
Hal ini diungkap oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Dr. Eva Susanti.
"Angka kejadian glaukoma diperkirakan meningkat seiring dengan peningkatan harapan hidup masyarakat Indonesia," ungkap Eva pada laman resmi Kementerian Kesehatan dilansir, Rabu (27/3/2024).
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO memperkirakan 57,5 juta orang di seluruh dunia terkena glaukoma.
Setidaknya 50 persen orang (penderita glaukoma) di negara maju tidak menyadari menderita glaukoma.
"Dan jumlah ini dapat meningkat menjadi 90 persen di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia,” ungkap Eva.
Lebih lanjut, Eva pun menekankan pentingnya melakukan pemeriksaan mata secara teratur agar glaukoma dapat dideteksi sedini mungkin.
Bila ditemukan tanda atau gejala maka dapat ditindaklanjuti dengan pengobatan yang tepat.
“Secara ideal sumber daya yang berkualitas harus bebas gangguan panca Indera termasuk bebas dari gangguan penglihatan dan kebutaan. Karenanya, penanggulangan gangguan penglihatan perlu mendapatkan perhatian," tutup Eva.
Jangan Diremehkan
Prof. Dr. dr. Widya Artini Wiyogo, Sp.M(K) Ketua glaukoma Service dan juga dokter spesialis mata yang berpraktek di JEC Eye Hospitals and Clinics mengatakan, penyakit glaukoma jangan diremehkan dan deteksi dini sangatlah diperlukan bagi masyarakat sebelum terlambat.
Glaukoma bisa bersifat kronik maupun akut.
Glaukoma kronik biasanya tidak memiliki gejala awal yang khas dan pasien baru sadar mengalami glaukoma saat sudah terjadi kebutaan dan ini yang menyebabkan glaukoma sering disebut sebagai ‘pencuri penglihatan’.
Dengan sifat glaukoma yang asimtomatik, besar kemungkinan penderita tidak menyadari terjadinya penurunan fungsi penglihatan mata.
Lalu pada glaukoma akut, terjadi gangguan penglihatan yang mendadak dan biasanya menyebabkan pasien segera berobat.
Melansir JEC Eye Hospitals and Clinics, berikut tanda-tanda untuk mewaspadai penyakit glaukoma:
1. Merah, Nyeri dan Buram
Pada glaukoma yang akut, terjadi peningkatan tekanan bola mata yang mendadak. Mata menjadi merah disertai dengan rasa nyeri di mata dan penglihatan menjadi buram mendadak.
2. Sakit Kepala, Mual dan Muntah
Tekanan yang tinggi pada bola mata kemudian menyebabkan timbulnya sakit kepala pada pasien yang sering juga disertai dengan rasa mual dan muntah.
3. Kornea Mata Mengeruh
Adanya penyumbatan pada sudut antara iris dan kornea yang mengakibatkan cairan mata tidak dapat terbuang ke drainase (tempat pembuangan cairan pada mata) dengan baik. “Hal ini yang memperkeruh warna kornea,” jelas Prof. Dr. dr Widya
4. Pandangan Seperti Melihat Pelangi atau Cahaya
Akibat kornea keruh, timbul pembiasan cahaya akibat berubahnya indeks bias. Hal ini menyebabkan pasien seperti melihat pelangi atau cahaya yang berpendar.
5. Sensitif Terhadap Cahaya Terang
“Kerusakan saraf mata menyebabkan mata penderita tidak nyaman ketika melihat cahaya terang, sehingga penderita terkadang menyipitkan matanya ketika hal ini terjadi”, ungkap Prof. Dr. dr Widya
6. Mata Sering Berair
Mata mengalami iritasi dan menjadi lebih sering berair dibandingkan keadaan normal
7. Rasa Pegal Atau Tidak Nyaman di mata
Pada kondisi tekanan bola mata yang kronik, pasien sering tidak menyadari bahwa tekanan bola mata nya tinggi. Namun apabila tekanan sudah cukup tinggi, pasien bisa merasakan bahwa matanya menjadi terasa pegal dan tidak nyaman.
8. Bintik Buta Pada Penglihatan Samping
“Penderita glaukoma berpotensi mengalami penyempitan lapang pandang mata sehingga penderitanya hanya bisa melihat objek seolah dari lubang kunci. Apabila hal ini sudah terjadi, sangat sulit disembuhkan,” ujar Prof. Dr. dr Widya. Efek dari gangguan lapang pandang ini bisa menyebabkan pasien menjadi sulit melihat dan sering tersandung saat berjalan.
Lantas apa penyebab glaukoma?
Melansir Kompas.com melalui Glaucoma.org, penyebab glaukoma kebanyakan disebabkan oleh sistem drainase mata yang tersumbat sehingga cairan bening di dalam bola mata (aqueous humour) tidak dapat mengalir.
Saat cairan menumpuk, hal itu membuat tekanan di dalam mata meningkat, sehingga lambat laun serabut saraf optik rusak dan mengakibatkan kehilangan penglihatan secara bertahap.
Sebagai informasi, tekanan intraokular normal mata atau tekanan bola mata rata-rata yaitu 12-21 mm Hg.
Apabila tekanan pada mata melebihi 21 mm Hg maka seseorang didiagnosis mengalami hipertensi atau peningkatan tekanan.
Peningkatan tekanan yang terlalu tinggi dalam waktu yang lama juga dapat menyebabkan komplikasi glaukoma berupa kehilangan penglihatan secara permanen.
Menurut WebMd, ada beberapa faktor risiko penyebab glaukoma di antaranya:
1. Usia, glaukoma menjadi lebih umum seiring bertambahnya usia.
2. Riwayat keluarga, seseorang lebih berisiko mengalami glaukoma jika memiliki orang tua atau saudara kandung dengan kondisi glaukoma.
3. Kondisi medis seperti rabun jauh dan diabetes dapat meningkatkan risiko terkena glaukoma.
4. Faktor lainnya seperti cedera karena terkena benda tumpul, terpapar zat kimia pada mata, infeksi mata parah, penyumbatan pembuluh darah di dalam mata, atau peradangan mata.
Sosok Affan Kurniawan Ojol yang Tewas Dilindas Rantis Brimob Masih 21 Tahun, 7 Polisi Ditangkap |
![]() |
---|
Prakiraan Cuaca Malang dan Kota Batu Hari Ini Jumat 29 Agustus 2025, Siap-siap Hujan Dingin 16°C |
![]() |
---|
Berita Arema FC Hari Ini Populer: Perhatian Erick Thohir pada Achmad Maulana, Siasat Tekuk Persijap |
![]() |
---|
NASIB Dwi Hartono Otak Pembunuhan Kacab Bank Dinonaktifkan UGM, Pernah Terjerat Kasus Ijazah Palsu |
![]() |
---|
LINK NONTON Drama Korea See You in My 19th Life Full Episode 1-12 Tamat Sub Indo, Baca Sinopsisnya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.