Sebelum Dokter Aulia Tewas, UNDIP Sudah Dilaporkan Dugaan Bully Senior ke Junior, Dinner dan Cek In

Sebelum Dokter Aulia tewas, UNDIP dan RSUP Kariadi sudah pernah dilaporkan atas dugaan bully senior ke junior, dari dinner, belanja dan cek in hotel.

|
Youtube Tribun Jateng/TribunnewsWiki.com
Dokter Aulia (kanan) tewas, UNDIP dan RSUP Kariadi sudah pernah dilaporkan atas dugaan bully senior ke junior, dari dinner, belanja dan cek in hotel. 

SURYAMALANG.COM, - Sebelum kasus dokter Aulia diduga mengakhiri hidup ternyata Universitas Diponegoro (UNDIP) program pascasarjana Kedokteran dan RSUP Kariadi sudah pernah dilaporkan.

Laporan itu terkait dugaan bully yang dialami beberapa mahasiswa kedokteran spesialis (ppds) gizi klinis angkatan-26 dengan mahasiswa seniornya maupun konsulen atau konsultan disebut juga dokter subspesialis. 

Bentuk-bentuk perundungan seperti yang tertulis dalam laporan tersebut cukup banyak mulai dari menemani dinner, check-in hotel hingga memberi hukuman lari naik tangga.

Sedangkan baru-baru ini dokter Aulia Risma Lestari (30), Dokter PPDS Anestesi UNDIP ditemukan tidak bernyawa pada Senin (12/8/2024) sekitar pukul 23.00 WIB di sebuah kos di Lempongsari, Gajahmungkur, Kota Semarang. 

Baca juga: Penyesalan TKW Arab Transfer Uang Rp 300 Juta Gak Jadi Dinikahi, Rumah Pria Ini Langsung Dibongkar

Berdasarkan keterangan Kapolsek Gajahmungkur, Kompol Agus Hartono, kematian Aulia Risma Lestari (ARL) diduga karena yang bersangkutan merasa berat mengikuti pelajaran maupun menghadapi seniornya.

Hal itu pun berdasarkan cerita dari ibunya maupun isi buku harian dokter Aulia

"Nah dia sempat nggak kuat begitu istilahnya otaknya sudah ambyar urusan pelajarannya berat, urusan sama seniornya berat," jelas Agus mengutip Tribunjateng.com (grup suryamalang), Rabu (14/8/2024).

Menurut Agus, dokter asal Tegal itu diduga menenangkan diri menggunakan obat anestesi dan obat itu disuntikan sedikit ke lengannya.

"Dicek masih ada sisa campuran obat. Informasi dokter, obat itu seharusnya lewat infus. Tetapi ini disuntikan sedikit di lengannya agar bisa tidur," terang Agus.

Laporan Dugaan Bully

Ternyata kasus perundungan yang menyeret RSUP Kariadi dan UNDIP program Pascasarjana Kedokteran bukanlah pertama kalinya.

Pada 5 Maret 2024 lalu pihak RSUP Kariadi maupun UNDIP program pascasarjana Kedokteran telah dilaporkan oleh Agus Pranki Pasaribu, S.H.,M.H. serta Ismael Sirait, S.H kepada Kementrian Kesehatan Republik Indonesia yakni Budi Gunadi Sadikin selaku Menteri Kesehatan RI.

Dalam laporannya tersebut pihak pelapor mengungkapkan pokok permasalahannya yang bertuliskan:

"Adapun pokok permasalahan yang terjadi sehubungan dengan dugaan tindakan/perbuatan PERUNDUNGAN YANG DALAMI BEBERAPA MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN KEDOKTERAN SPESIALIS (ppds) GIZI KLINIS ANGKATAN-26 DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO-SEMARANG dan RUMAH SAKIT KARYADI SEMARANG patut diduga telah terjadi perundungan yang dialami oleh beberapa mahasiswa spesialis Gizi Angkatan -26 (cukup disebut "KORBAN").

Perundungan yang dialami KORBAN terjadi dalam kaitannya dengan hubungan antara mahasiswa baru (in case Angkatan 26) dengan "MAHASISWA SENIOR / ANGKATAN -25 maupun hubungannya dengan pihak KONSULEN pada saat praktik di RUMAH SAKIT PENDIDIKAN KARYADI SEMARANG" tulis keterangan dalam surat pelaporan tersebut.

Baca juga: Reaksi Ikhlas Sopir Truk di Mojokerto Minyak Goreng Dijarah Warga Usai Kecelakaan, Tubuh Luka-luka

Diketahui jika pelapor melaporkan adanya beberapa dugaan perundungan yang dilakukan oleh terlapor baik secara verbal maupun non verbal.

Bentuk perundungan tersebut diantaranya secara verbal atau komunikasi langsung hingga melalui pesan whatsapp.

Dalam laporan tersebut turut dijelaskan bentuk perundungan yang dialami korban diantaranya tertulis sebagai berikut:

"KOMUNIKASI TIDAK LANGSUNG:

Melalui group WA pihak konsulen seringkali mengajak mahasiswa berkomunikasi tanpa mengenal batas waktu, bahkan pihak Konsulen mengirimkan dalam bentu WA terkait jadwal-jadwal aktivitas mahasiswa spesialis untuk pendampingan.

Jadwal yang diberikan Konsulen menentukan bentuk pendampingan secara penuh yang dianggap seolah-olah tugas mahasiswa pada saat konsulen pergi ke luar kota.

Mahasiswa yang dianggap tidak patut dan taat terhadap jadwal-jadwal yang ditentukan pihak konsulen, yang nota bene jadwal-jadwal tersebut tidak memiliki hubungan dengan program meningkatkan kualitas Pendidikan dan pengalaman ilmiah, maka akan dianggap tidak patuh, dan mendapatkan teguran";

KOMUNIKASI LANGSUNG

Pihak konsulen seringkali melakukan tindakan tidak terukur terhadap mahasiswa spesialis yang sedang belajar yang seringkali tidak ada kaitannya dengan pengembangan kemampuan lmiah mahasiswa spesialis terkait, tindakan-tindakan yang dimaksud diantaranya:

Mahasiswa junior harus bersedia melaksanakan dan atau mendampingi konsulen untuk mengikuti acara-acara seperti: gala dinner, melakukan perjalanan, mendampingi makan siang, menemani belanja di toko, mendampingi makan es brazil.

Mendampingi konsulen saat check in di Hotel Elsotel Purwokerto serta mengkoordinasi barang-barang bawaan milik konsulen dari awal berangkat sampai kembalinya dari luar kota.

Termasuk mendampingi konsulen breakfast di hotel, tempat-tempat wisata, check out dari hotel masing-masing setelah kembali dari luar kota" tulis surat laporan tersebut.

Diketahui jika para mahasiswa yang tengah melakukan studi praktek di RSUP Kariadi mendapatkan tugas tak masuk akal yang tidak sesuai dengan kualitas pembelajaran.

Mahasiswa juga diketahui mendapat perlakuan buruk lainnya seperti menyuruh mahasiswa untuk berlari-lari menaiki tangga dari lantai 1 hingga 6 jika dianggap melakukan kesalahan.

Tentu saja hal tersebut menambah rentetan panjang korban perundungan di dunia kesehatan maupun dunia pendidikan.

Hasil Olah TKP Kasus Dokter Aulia

Kepolisian telah memintai keterangan para saksi termasuk dari pihak kampus terutama terkait kabar adanya perundungan atau bullying yang diterima korban.

"Ada beberapa saksi yang sudah kami mintai keterangan. Kami juga Koordinasi dengan Undip yang mana info dari kampus korban ada permasalahan pribadi," ujar Kasatreskrim Polrestabes Semarang Kompol Andika Dharma Sena, Kamis (15/8/2024).

Andika menyebut hasil Olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) kamar kos korban terkunci dari dalam.

Polisi juga mempelajari beberapa rekaman kamera CCTV.

"Tubuh korban tidak ada tanda kekerasan, ada bekas suntikan di tubuh korban yang diduga (dilakukan) dari yang bersangkutan," papar Andika mengutip Tribunjateng.com.

Baca juga: Buntut Masalah Ayu Ting Ting dengan Pelaku Tabrak Lari Mobilnya, Tegas Harus Tanggung Jawab

Akibat kematian korban, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia mendorong penyelidikan atas kasus kematian korban.  

“PB IDI menghormati proses penyelidikan yang masih berlangsung oleh aparat yang berwenang," kata Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, Moh. Adib Khumaidi dalam keterangan tertulis.

Dari kejadian ini, pihaknya menekankan pentingnya dukungan kesehatan mental selama pendidikan.

"Kami mendorong pembentukan Pusat Trauma dan evaluasi kesehatan mental secara berkala untuk memastikan bahwa mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan kedokteran dan spesialis menerima perawatan dan dukungan yang diperlukan," sambung Adib.

Sedangkan dalam keterangan tertulis, Rektor Undip Semarang, Suharmono membantah, kematian dokter Aulia akibat terjadinya perundungan.

"Almarhumah mempunya problem kesehatan yang dapat mempengaruhi proses belajar yang sedang ditempuh," ungkap Suharmono.

Suharmono menjelaskan pula, almarhumah memang sempat mempertimbangkan untuk mengundurkan diri dari program tersebut tetapi terikat beasiswa.

"Korban merupakan penerima beasiswa sehingga secara administratif terikat dengan ketentuan pemberi beasiswa," terang Suharmono. 

Disclaimer: Kontak bantuan

Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tidak ada orang yang membantu.

Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup.

Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.

Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling.

Anda bisa simak website Into the Light Indonesia di bawah ini:

https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-dan-konseling

 

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved