Berita Surabaya Hari Ini
Akademisi, Aktivis Hingga Pemkot Tolak Pameran Tembakau Skala Dunia di Surabaya
Rencana pelaksanaan World Tobacco Asia (WTA) 2024 dan World Vape Show (WVS) di Surabaya membuat gaduh Kota Pahlawan
Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Eko Darmoko
SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Rencana pelaksanaan World Tobacco Asia (WTA) 2024 dan World Vape Show (WVS) di Surabaya membuat gaduh Kota Pahlawan.
Warga sepakat menolak even internasional tersebut berlangsung di Kota Surabaya.
Hal ini menjadi buah kesepakatan pertemuan sejumlah akademisi, pegiat anti rokok, dan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, Jumat (4/10/2024).
Secara khusus, pertemuan ini membahas penolakan terhadap acara WTA dan WVS di Surabaya.
Berdasarkan informasi yang diterima, World Tobaco Asia akan berlangsung Surabaya pada tanggal 9-10 Oktober 2024.
Mengutip berbagai informasi, Agenda WTA sebagian besar memamerkan inovasi untuk efisiensi pembuatan produk rokok, termasuk mesin pembuat rokok berkecepatan tinggi, produk Heat-Not-Burn, filter, hingga produk tembakau inovatif seperti shisha.
Akademisi menyayangkan agenda tersebut akan berlangsung di Indonesia, khususnya Surabaya.
Catatan Research Group Tobacco Control (RGTC) Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair), Surabaya bukan kali pertama menjadi tuan rumah acara serupa.
Sebelumnya, kegiatan ini juga berlangsung pada 2019, kemudian berhenti pada masa pandemi, dan berlanjut pada 2023.
Bagi mereka, kegiatan tersebut mencoreng citra Surabaya sebagai Kota Layak Anak Utama, Kota Layak Anak Akreditasi Unicef, serta penegakan aturan di Surabaya tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
"Kami berupaya untuk membantu Surabaya agar reputasi Surabaya tidak tercoreng oleh karena kegiatan yang melanggar aturan. Semangat kami untuk menjaga Surabaya," kata Ketua RGTC FKM Unair Prof Dr dr Santi Martini MKes dikonfirmasi SURYAMALANG.COM seusai acara.
Prof Santi yang juga Dekan FKM Unair ini meminta pemerintah untuk menjamin kesehatan warganya.
Jangan sampai pameran rokok bertolakbelakang dengan promosi kesehatan yang lebih justru banyak menimbulkan kerugian dibandingkan dampak positif di bidang ekonomi.
"Kami sepakat untuk menolak pelaksanaan pameran ini. Sehingga, acara ini harus dibatalkan," tegasnya.
Pihaknya telah bertemu dengan pihak penyelenggara pameran tersebut melalui forum yang difasilitasi Pemkot. Dalam pertemuan Mei lalu yang juga dihadiri akademisi, mereka sepakat untuk tidak melanjutkan acara ini.
"Ternyata, kami lihat di website pengelolanya masih ada jadwalnya. Belum di-takedown. Ini menimbulkan keresahan bagi semuanya, bukan hanya masalah bagi Pemkot saja," tandasnya.
Ada sejumlah kekhawatiran yang disampaikan akademisi. Mengutip hasil penelitian mereka, kebiasaan merokok memiliki hubungan dengan peningkatan berbagai penyakit di masyarakat.
Ironisnya, hal ini bukan hanya merugikan perokok saja, namun juga mengancam sekitarnya.
"Berdasarkan riset kami, paparan asap rokok itu berpengaruh pada kesehatan. Itu jelas dan terbukti," katanya.
"Kami juga melihat prevelensi antara daerah yang memiliki aturan rokok yang jelas dengan kejadian penyakit, ternyata itu ada hubungannya. Ketika prevalensi rokok tinggi, maka TBC tinggi, diabetes tinggi, dan hipertensi tinggi. Ini faktor risiko stroke, penyakit jantung, gagal ginjal dan ini menyedot cukup besar untuk biaya kesehatan," tegasnya.
Akademisi ikut bertanggungjawab untuk tidak membiarkan masyarakat sakit. Di antaranya, dengan menaikkan harga rokok, mengurangi promosi rokok, hingga memperbanyak kawasan tanpa rokok. "Itu tool yang efisien. Ini bisa menyelamatkan banyak orang," katanya.
Kementerian Kesehatan mengamini hal ini ini. Tim Kerja Pengendalian Penyakit Akibat Tembakau Kemenkes dr Benget Saragih, M.Epid menerangkan bahaya rokok tersebut.
Seharusnya, pemerintah daerah hingga pusat yang memiliki aturan kawasan tanpa rokok (KTR) bisa menolak pengajuan pameran tersebut.
"Di dalam KTR itu kan nggak boleh mempromosikan produk tembakau. Ini berpotensi akan dilihat anak-anak. Ini sejalan dengan target kita untuk menurunkan angka prevalensi perokok dan perokok pemula," kata dr Benget.
Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mencatat jumlah perokok aktif yang diperkirakan mencapai 70 juta orang. Sebanyak 7,4 persen di antaranya merupakan perokok berusia 10-18 tahun.
Dari bagan tersebut bisa diketahui bahwa usia pertama kali merokok tertinggi ada pada rentang usia 15-19 tahun (52,8 persen) dan usia 10-14 tahun (44,7). Artinya sejak Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama sudah banyak remaja yang mulai merokok.
Pertumbuhan perokok aktif di Indonesia tidak terlepas dari industri produk tembakau yang gencar memasarkan produknya di masyarakat, melalui event, pameran, iklan dan sponsorship, influencer, topik yang sedang tren, dan pengenalan merk tembakau/nikotin dengan klaim inovasi baru.
"Usia paling banyak memang di atas 18 tahun. Namun, perokok pemula ini menjadi salah satu prioritas untuk diturunkan," tegasnya.
Pemkot Surabaya menegaskan berada di sisi yang sama dengan akademisi maupun Kementerian Kesehatan. Pihak Pemkot memastikan tak mengeluarkan izin pelaksanaan tersebut.
Hanya saja, beredar informasi bahwa ajang tersebut mendapat izin dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Kementerian Perdagangan (Kemendag), Asosiasi Pameran Indonesia, serta Kepolisian.
"Kami sudah bersurat kepada masing-masing lembaga agar izin pelaksanaan acara ini bisa ditinjau ulang," kata Kepala Dinas Kesehatan Surabaya Nanik Sukristina dikonfirmasi di tempat yang sama.
"Prinsipnya, Pemkot Surabaya berkomitmen menegakkan Perda Kawasan Tanpa Rokok. Selain itu, Surabaya sebagai Kota Layak Anak, juga mempertimbangkan penolakan dari masyarakat, kami menolak acara WTA di Surabaya," katanya.
Di tahun sebelumnya, acara serupa sempat terselenggara juga dengan izin lembaga terkait.
"Kami sudah bersurat ke pihak penyelenggara juga (supaya acara ini bisa dibatalkan)," katanya.
Acara tersebut turut dihadiri Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTCC) Universitas Muhammadiyah Magelang, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surabaya, Center of Tobacco Control and Health Development Strada Kediri, Ikatan Pemuda Muhammadiyah Kota Surabaya, Wanita Indonesia Tanpa Tembakau, dan beberapa elemen masyarakat lainnya.
| 27 kabupaten kota di Jatim Sudah Siaga Darurat. Rakor Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi Digelar |
|
|---|
| Medi Bastoni, Relawan Khofifah-Emil Lakukan Aksi Jalan Kaki dari Tulungagung ke IKN |
|
|---|
| Termasuk Kabupaten Malang, Inilah 4 Daerah yang Menerima Bantuan Alat Penunjang Usaha Dinkop Jatim |
|
|---|
| Bank Jatim Sinergi dengan Inisiatif Zakat Indonesia, Penuhi Kebutuhan Air Bersih di Tuban |
|
|---|
| Gandeng UB Malang, Dinkop & UKM Jatim Beri Pendampingan Communal Branding untuk Koperasi Naik Kelas |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/suryamalang/foto/bank/originals/sepakat-menolak-World-Tobacco-Asia-WTA-2024-dan-World-Vape-Show-WVS-di-Surabaya.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.