Berita Batu Hari Ini
Kota Batu Maksimalkan Potensi Wisata dan Produk Pertanian Demi Kesejahteraan Warga
Kota Batu, selain berpredikat sebagai kota wisata, juga didominasi lahan pertanian sehingga mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani.
Penulis: Dya Ayu | Editor: Eko Darmoko
SURYAMALANG.COM, BATU - Kota Batu, selain berpredikat sebagai kota wisata, juga didominasi lahan pertanian sehingga mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani.
Kota yang dikelilingi Gunung Panderman, Gunung Arjuno, dan Gunung Welirang itu, terkenal dengan tanahnya yang subur dengan hasil produk pertanian pangan yang dominan adalah sayuran dan buah hortikultura.
Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai menjelaskan, di kota yang ia pimpin ada berbagai macam sayur dan buah hortikultura hasil para petani.
Dengan masing-masing rincian tanaman pangan berupa sayuran sebesar 35 persen berupa Bawang, wortel, sawi, kentang, cabai, stroberi, tanaman pangan horti buah sebesar 25 persen yang terdiri dari apel, jeruk, jambu kristal, stroberi, alpukat dan tanaman pangan biji-bijian sebesar 10 persen yakni padi dan umbi-umbian, sedangkan tanaman pangan biji perkebunan sebesar 10 persen berupa kopi dan cengkeh.
Sedangkan produk pertanian non pangan yang mendominasi adalah tanaman bunga hias sebesar 15 persen yang terdiri dari bunga anggrek, anthurium, aglonema, anyelir dan tanaman obat atau Farmaka sebesar 5 persen berupa jahe dan laos.
“Untuk sayuran kentang dan wortel merupakan tanaman pangan sayuran utama yang menjadi andalan Kota Batu."
"Pada tahun 2023 dari 389 hektar mampu berproduksi 20-25 ton per hektar atau sekitar 9.725 Ton dari total keluruhan luas lahan tanaman kentang, sedangkan tanaman pangan sayuran wortel mampu mencapai produksi 20-27 ton per hektar atau sekitar 12.528 ton dari total 464 hektar luas lahan tanaman wortel,” kata Aries Agung Paewai kepada SURYAMALANG.COM, Senin (4/11/2024).
“Sedangkan untuk tanaman pangan buah-buahan yang menjadi unggulan di Kota Batu adalah buah apel dan jeruk (Siam/Keprok), dengan total produksi pada tahun 2023, mencapai 299.962 Kuintal dari 579.293 batang pohon Apel, dan 329 Kuintal Jeruk dari total 568.830 pohon jeruk,” tambahnya.
Aries mengatakan Pemerintah Kota Batu, telah menetapkan sektor pertanian terutama untuk tanaman pangan sayuran dan buah-buahan hortikultura menjadi sektor unggulan, dan selalu menjadi fokus pembangunan bersama dengan sektor pariwisata dan sektor UMKM.
Untuk itu, beberapa upaya telah dilakukan Pemkot Batu selama kurun waktu selama 25 tahun terakhir demi meningkatkan kualitas produk tanaman pertanian unggulan, agar meningkatkan kualitas produk unggulan yang dihasilkan para petani.
Di antaranya dengan pengembangan pertanian organik, melalui kebijakan pertanian terpadu Batu Go Organik, yaitu teknik budidaya tanaman yang menggunakan bahan-bahan alami tanpa bahan kimia sintetis, dengan tujuan untuk menghasilkan produk pertanian yang aman bagi kesehatan dan lingkungan, terutama untuk tanaman sayuran dan buah-buahan hortikultura, termasuk guna mendukung pertanian organik ini, disiapkan subsidi harga dan subsidi produksi bagi petani yang mengembangkan budidaya tanaman sayuran secara organik.
Pengembangan integrated farming yang dipadukan dengan sektor pariwisata, melalui konsep AgroWisata, yaitu memperluas sektor produksi pertanian juga sebagai obyek wisata sehingga nilai tambah secara ekonomi meningkat, misalnya wisata petik sayur untuk lahan produksi pertanian sayuran horti, maupun wisata petik buah untuk lahan produksi pertanian buah-buahan horti.
Upaya selanjutnya dengan peningkatan kualitas benih, dengan menyediakan benih unggul dan berkualitas, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil panen.
“Selain itu juga kami lakukan pengembangan infrastruktur sarana prasarana pertanian, dengan dengan terus membenahi saluran irigasi, jalan usaha tani, dan termasuk saat membenahi pasar induk Among Tani yang di dalamnya ada Pasar Sayur untuk memperlancar distribusi hasil pertanian, yang dilengkapi dengan Cool Storage, untuk menyimpan sayuran dan buah agar dapat tahan lama sehingga dapat mempertahankan pasokan dan kebutuhan."
"Sehingga harga menjadi stabil serta memperluas pasar untuk produk pertanian, baik pasar lokal maupun nasional, bahkan internasional, termasuk melalui berbagai kegiatan event promosi, seperti pameran dan festival, gerakan bela beli produk lokal, dan melakukan diversifikasi produk olahan sayuran, agar sayuran dan buah unggulan Kota Batu dapat diserap oleh berbagai sektor,” ujarnya.
Sebagai kota yang berada diketinggian tak lantas membuat pertanian di Kota Batu berjalan tanpa kendal. Diakui Aries Agung Paewai ada beberapa kendala yang dihadapi dalam mengembangkan produk unggulan tersebut.
Di antaranya ketergantungan pada Iklim, serangan hama dan penyakit, perbedaan kualitas dan standar yang diminta oleh konsumen, keterbatasan lahan dan SDA dengan meningkatnya jumlah penduduk, serta perubahan preferensi dan gaya hidup konsumen.
“Tidak dipungkiri sektor pertanian tanaman pangan sangat bergantung pada kondisi iklim dan cuaca. Perubahan iklim menyebabkan cuaca ekstrem seperti yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan kualitas hasil panen, mengurangi ketersediaan pangan, dan meningkatkan harga pangan. Belum lagi serangan hama dan penyakit pada tanaman dapat menyebabkan penurunan produksi,” jelasnya.
Terkait perbedaan kualitas dan standar yang diminta oleh konsumen diakui Aries menjadi salah satu kendal, sebab dengan adanya perbedaan kualitas dan standar produk pangan bervariasi di berbagai wilayah sering kali menyulitkan produsen dalam memenuhi standar kualitas produk pertanian pangan di pasar, terutama bagi produsen kecil atau lokal yang mungkin tidak memiliki akses ke teknologi atau sertifikasi yang diperlukan.
Untuk keterbatasan Lahan dan Sumber Daya Alam, dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan pangan juga meningkat. Namun, lahan pertanian di Kota Batu juga semakin berkurang karena terjadinya alih fungsi lahan untuk pembangunan.
Sumber daya seperti air dan energi yang dibutuhkan untuk produksi pangan juga semakin terbatas, termasuk dalam hal ini minat generasi muda untuk bertani juga semakin menurun.
Sedangkan perubahan preferensi dan gaya hidup konsumen, seperti meningkatnya permintaan akan pangan sehat, organik, atau bebas bahan tambahan, memaksa produsen untuk berinovasi. Namun, inovasi ini tidak selalu mudah atau murah untuk diterapkan, terutama bagi petani berskala kecil.
Sementara untuk hasil produk pangan unggulan Kota Batu, dikatakan Aries Paewai telah berhasil memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Batu bahkan skala Indonesia.
“Seperti halnya produksi pertanian pangan sayuran dan buah-buahan terutama Wortel, Kentang, Apel dan Jeruk telah banyak diserap untuk memenuhi pasar di seluruh wilayah Indonesia,” terangnya.
Untuk tanaman Kentang Batu banyak diserap oleh PT SIANTAR TOP Surabaya sebagai bahan baku untuk pembuatan makanan olahan kentang dengan berbagai variasinya.
“Pemkot Batu memiliki target untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi tanaman pangan terutama tanaman pangan sayuran dan buah-buahan untuk menjadi produk ekspor, melalui aneka keripik sayur dan buah."
"Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencapai target tersebut, seperti peningkatan kualitas produk, peningkatan diversifikasi produk olahan, standarisasi mutu, dan juga promosi ke pasar,” tutur pria yang juga menjabat sebagai kepala dinas pendidikan Provinsi Jawa Timur itu.
Untuk mencapai target tersebut Pemkot Batu melalui dinas terkait telah melakukan berbagai inovasi. Di antaranya lewat pengolahan hasil pertanian, pengembangan produk olahan dari apel, seperti jus, selai, dan keripik, untuk memperpanjang umur simpan dan meningkatkan nilai tambah.
Teknologi Pertanian Presisi, dengan bantuan sensor, drone, dan kecerdasan buatan (AI), pertanian presisi memungkinkan petani mengelola lahan dengan lebih efisien.
Teknologi ini membantu mengontrol kebutuhan sumberdaya, air, pupuk, dan pestisida sehingga bisa meningkatkan hasil produksi dan mengurangi dampak lingkungan, yang dikembangkan melalui Inovasi Among Tani CROP (Among Tani Cepat Respon Opini Publik), yaitu merupakan aplikasi di bidang pertanian yang berfungsi sebagai penyedia informasi dan forum diskusi petani dengan para ahli tani.
Lebih lanjut Pj Wali Kota mengatakan, salah satu fitur yang tersedia di CROP adalah fitur penanganan keluhan Petani. Melalui fitur ini, petani dapat mencari solusi untuk menangani serangan organisme pengganggu tanaman.
Berikutnya, Inovasi Among Sabin yang memberikan pelayanan dibidang informasi lahan guna optimalisasi dan pemanfaatan lahan pertanian berkelanjutan.
Inovasi Sartani Gaya KWB, Inovasi Sartani Gaya ((Sejahtera Petani Bahagia dan Berdaya) merupakan perpaduan dari berbagai kegiatan, mulai pembuatan website pemasaran produk pertanian dan UMKM hingga pelatihan pertanian dengan bekerjasama dengan Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S).
Inovasi Pesenan Enak (Pelayanan Kesehatan Hewan dan Ternak) Merupakan realisasi untuk dapat memberikan pelayanan prima dibidang Peternakan dan Perikanan. Pesenan Enak dikembangkan sebagai solusi bagi peternak dalam mengatasi Keluhan Seputar Penyakit pada Hewan Ternak.
Pertanian Vertikal dan Hidroponik, yang dikembangkan untuk Kawasan Pangan Rumah Lestarisebagai solusi untuk menanam tanaman di area yang kecil atau bahkan dalam ruangan. Inovasi ini sangat efektif untuk menghasilkan tanaman sayuran dengan penggunaan air dan ruang yang minim.
Teknik Penyimpanan dan Pengemasan Pangan yang Lebih Baik, melalui optimalisasi Unit PLUT yang menyediakan pelayanan penggorengan produk pangan tanpa minyak, dan pengemasan produk pangan yang lebih baik dengan standar yang ditetapkan guna mempertahankan kesegaran produk lebih lama atau kemasan yang dapat didaur ulang, sangat penting untuk mengurangi limbah pangan dan memperpanjang umur produk.
“Dan dampaknya, mengingat hampir 39 persen penduduk Kota Batu bermata pencaharian sebagai petani, maka peningkatan produk unggulan Kota Batu di sektor pertanian ini memberikan dampak positif bagi petani."
"Mulai dari peningkatan pendapatan, peningkatan kesejahteraan dan terbukanya peluang usaha. Petani dapat mengembangkan usaha pengolahan hasil pertanian dan membuka lapangan kerja,” pungkas Aries Agung Paewai.
Mengacu pada data BPS Kota Batu, pada tahun 2023, berdasarkan PDRB adhb total selama kurun waktu tiga tahun terakhir, sektor pertanian, peternakan dan perkebunan, merupakan sektor yang memiliki kontribusi utama bagi perekonomian Kota Batu, yaitu Tahun 2021 Rp 1.576,08 miliar atau 15,50 persen dari total PDRB, Tahun 2022 Rp 1.630,70 miliar atau 15,18 persen dari total PDRB, Tahun 2023 Rp 1.699,55 miliar atau 15,14 persen dari total PDRB. Total PDRB Kota Batu 2023 = Rp 12.934 miliar.
Pemkot Batu
Kota Batu
Aries Agung Paewai
Pertanian
Gunung Panderman
Gunung Arjuno
Gunung Welirang
SURYAMALANG.COM
Jelang Nataru BNN Gelar Tes Urine Di Empat Lokasi Hiburan Malam di Kota Batu |
![]() |
---|
Hasil Tes IVA Dinkes Kota Batu Deteksi 3 Orang Suspect Kanker Serviks dan 1 Orang Tumor Serviks |
![]() |
---|
Jasa Yasa Gandeng Investor untuk Revitalisasi Hotel Songgoriti Kota Batu |
![]() |
---|
Inilah Titik Rawan Macet di Kota Batu saat Libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 |
![]() |
---|
Hotel Songgoriti Jadi Angker, Koordinator LSM Pro Desa Menilai Jasa Yasa Harus Dievaluasi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.