SOSOK Kartika, si Introvert yang Pilih Berubah hingga Menjadi Anggota DPRD Kota Malang
Dunia politik telah mengubah kepribadian Kartika yang awalnya introver. Pilihannya adalah berubah. Mengembangkan karirnya dengan semua dukungan
Penulis: Benni Indo | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM, MALANG - Anggota DPRD Kota Malang, Kartika, merupakan satu-satunya kader dari Partai Golkar yang lolos dari Dapil Klojen dalam perhelatan Pemilihan Legislatif 2024 lalu.
Saat itu, Kartika baru pertama kali ikut kontestasi politik lima tahunan tersebut.
Meski berada di Dapil Klojen yang cukup bersaing ketat, nyatanya ia dapat lolos.
Dalam program siniar bersama Surya, Kartika mengaku dirinya adalah sosok introver.
Dia tak cukup punya keberanian untuk terbuka ke semua orang.
Hingga pada suatu momen tertentu, ia memutuskan untuk berubah.
Keputusannya mengubah diri ini membawa ia terjun ke dunia politik.
"Kalau misalnya bicara resep untuk jadi itu sudah hal yang jadi. Jadi misalnya kita mau buat kue, saya duduk, itu sudah menjadi kue cake yang siap disantap. Tapi untuk menjadi cake itu perjalanannya panjang. Banyak resep-resepnya, banyak lika-liku yang saya lalui."
"Kalau misalnya berbicara lika-liku itu untuk menjadi saya yang saat ini. Perjalanan saya untuk mengubah diri saya, mengubah jati diri saya itu hal yang paling susah. Karena menurut saya perang sesungguhnya itu bukan perang di bawah. Maksudnya perang waktu kampanye itu bukan tapi perang melawan diri saya sendiri," ujar Kartika.
Dunia politik telah mengubah kepribadian Kartika yang awalnya introver.
Pasalnya, ia harus berhadap dengan banyak orang.
Jika ia masih tetap menutup diri, maka akan sulit untuk berinteraksi dengan banyak orang.
"Kalau namanya dunia politik, apalagi di dunia DPRD harus bersosialisasi dengan baik. Harus berhadapan dengan masyarakat. Dari segala lini lah, misalnya dari menengah ke atas dan menengah ke bawah. Dari segala lini kita harus bisa aktif, harus bisa bersosialisasi dan harus bisa merangkul semuanya," katanya.
"Jadi saya itu punya baterai sosial saya sendiri. Jadi ketika saya ketemu dengan orang yang kurang lebih hanya 10 sampai 5 orang saja, itu baterai sosial ini cepat banget habis karena memang saya anak cewek satu-satunya. Anaknya papalah istilahnya. Saya benar-benar dirangkul papa. Dimanjakanlah ya, dan apapun masalah saya, saya bebankan ke punggungnya papa. Itu menjadi momok besar buat saya," ungkapnya.
Kartika menyadari momok itu tidak baik untuk dirinya sendiri.
Ia pun membuat pilihan antara tetap menjadi introver atau berubah.
Pilihannya adalah berubah. Mengembangkan karirnya dengan semua dukungan yang ada.
"Jadi memang akhirnya orang tua saya mengajarkan saya. Dalam perjalanannya itu, saya berperang sama diri saya. Saya menanamkan pemikiran pilihannya hanya dua. Saya mau tetap menjadi introver atau saya harus melebarkan sayap dengan mengalahkan introver. Akhirnya saya memilih pilihan kedua. Jalan satu-satunya itu saya ingin maju. Saya ingin menjadi wanita karir," ungkap Kartika.
Pada 2015, Kartika mulai mendirikan sebuah sekolah pendidikan anak usia dini. Ia menjadi guru di lembaga yang ia dirikan itu.
Momentum itu menjadi awal dirinya menjadi lebih terbuka seperti saat ini.
Saat mengawali mendirikan lembaga pendidikan, hanya ada lima orang murid saja.
Namun perlahan jumlahnya bertambah.
"Pelan-pelan saya pernah mencapai di titik 150 siswa dalam waktu kurun waktu tiga setengah tahun. Dari situ saya belajar mulai sosialisasi. Saya bertemu dengan wali murid yang banyak latar belakangnya. Itu sebuah pelajaran besar buat saya," paparnya.
Dari situ, Kartika mulai meluaskan aktivitasnya. Ia mulai aktif berorganisasi di Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kota Malang.
Waktu awal bergabung, ia menjadi anggota biasa. Kemudian naik menjadi ketua bidang ekonomi dan perempuan. Setelah itu naik menjadi wakil bendahara umum.
"Alhamdulillah saya dikasih kesempatan sekarang menjadi ketua umum HIPMI," paparnya.
Kartika juga mengaku aktif di organisasi Pemuda Pancasila dan Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia.
Pengalamannya berorganisasi inilah yang terus mendorongnya berubah.
Kini, Kartika berada di Komisi D, DPRD Kota Malang.
Selama menjabat sebagai anggota dewan sekitar lima bulan terakhir, ia mengaku telah bekerja untuk memperjuangkan intensif guru PAUD.
"Jadi selama ini, kurang lebih saya sudah bekerja selama hampir 5 bulan. Saya mengawal tentang pengurangan anggaran di Dinas Pendidikan. Ternyata yang dipangkas itu adalah dana insentif guru PAUD. Itu paling saya berontak. Bapak-bapak lupa saya guru PAUD. Itu kalau misalnya dipotong mungkin dikurangi masih cukup rasional untuk disampaikan ke para guru, tapi kemarin malah nol. Insentif guru PAUD nol," kata Kartika.
Kartika menegaskan pihaknya telah memperjuangkan agar intensif guru PAUD tidak dipotong.
Jangan sampai intensif guru PAUD dipotong karena itu adalah hal para guru.
Pada akhirnya, intensif itu bisa kembali ke guru PAUD.
"Karena kita semua di Komisi D paham betul bagaimana perjuangan di guru PAUD itu seperti apa. Dan apa yang mereka dapatkan tiap bulannya itu sangat minim. Jadi memang itu menjadi gantungan hidup mereka. Alhamdulillah balik," katanya. (Benni Indo)
Sopir Angkot di Kota Malang Tolak Kehadiran Bus Trans Jatim Malang Raya, Dishub Jatim Buka Suara |
![]() |
---|
Prakiraan Cuaca Malang dan Batu Jawa Timur Kamis 18 September 2025: Kota dan Kabupaten Hujan Ringan |
![]() |
---|
Dewanti Rumpoko : Lingkungan Hidup Perlu Dijaga Bersama, Bersyukur Wilayah Malang Raya Masih Asri |
![]() |
---|
Kasus Penggelapan Truk yang Dilakukan Pemuda Donomulyo Malang Berakhir Damai, Restorative Justice |
![]() |
---|
Pembangunan SR Kabupaten Malang di Bantur Segera Dimulai, Lelang Proyek Mulai Akhir September |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.