Lebaran 2025
Semarak Lampion Lebaran Idul Fitri di Trenggalek, Warga Patungan Rp 350 Ribu Pasang Lampu Hias
Bak lorong tak berujung, lampion tersebut berjajar di sepanjang gang dan jalan yang makin mempercantik wajah Desa Widoro, Gandusari, Trenggalek
Penulis: Sofyan Arif Candra Sakti | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM, TRENGGALEK - Warga Desa Widoro, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek punya cara khusus dalam menyambut lebaran, yakni dengan cara menghiasi jalan desa dengan lampion warna - warni.
Bak lorong tak berujung, lampion tersebut berjajar di sepanjang gang dan jalan yang makin mempercantik wajah Desa Widoro.
Ketua RT setempat, Sudarman menuturkan tradisi menghias jalan desa tersebut sudah dimulai sejak 7 tahun yang lalu.
Awalnya hiasan jalan dimulai dari memanfaatkan botol kaca bekas yang disulap menjadi ublik atau lampu minyak, lalu tahun-tahun berikutnya ganti menggunakan kertas hias, semakin berkembangnya teknologi saat ini menggunakan lampu LED dengan kerangka besi.
"Semua dibeli dari patungan warga, per orang (rata-rata) Rp 350 ribu," kata Sudarman, Sabtu (29/3/2025) malam.
Lampu hias tersebut dipasang mulai H -7 Idul Fitri hingga nanti dilepas bersama - sama oleh warga pada H + 7 Idul Fitri.
Sementara itu, seorang warga sekitar, Sujiono mengatakan tradisi pemasangan lampu hias di Desa Widoro sudah dilakukan pada Hari Raya Idul Fitri beberapa tahun terakhir.
Dari kesadaran pribadi masing-masing, tanpa disuruh warga mulai memasang lampu hias pada H-7 Idul Fitri.
Pemasangan tersebut dilakukan tidak hanya di satu dua gang, tapi hampir seluruh jalan di Desa Widoro dihias dengan lampion warna-warni.
Oleh karena itu, tak jarang warga dari desa lain yang menyebut Desa Widoro sebagai desa lampion.
Ketika lampu-lampu hias tersebut sudah terpasang, banyak masyarakat dari desa lain yang sengaja masuk-masuk ke gang-gang di Desa Widoro untuk sekadar lewat.
Mereka ingin mengabadikan lampu-lampu hias tersebut menggunakan masing-masing gawainya.
"Ini memang semangat yang dibangun untuk memupuk kebersamaan warga yang terus dijaga," kata Sujiono
Sujiono menuturkan pembiayaan dari lampu hias tersebut merupakan hasil dari patungan warga alias swadaya masalah.
"Setiap lingkungan punya karakter lampu yang berbeda. Kebetulan mulai tahun ini ada penilaian untuk dilombakan," ucap pria yang berprofesi sebagai perawat tersebut.
Lomba lampu hias tersebut menjadi satu rangkaian dengan puncak acara pada H+7 Idul Fitri berupa kupatan dan lomba pawai sound system, lampu hias, dan kostum.
"Kegiatan induknya malam kupatan, rutinitas desa Widoro ada ketupat sayur gratis, siapa saja masyarakat yang datang monggo dipersilakan," pungkasnya.
Tradisi Kupatan Pekauman Gresik Dilestarikan sudah Turun Temurun, Siapapun Boleh Turut Serta |
![]() |
---|
Jumlah Pengunjung di Pantai Papuma Jember Anjlok di Lebaran Ketupat, 2 Ribu Wisatawan |
![]() |
---|
Apa Itu Catcalling? Marak di Kayutangan Heritage Kota Malang, Wisatawan Cewek Mengeluh Takut |
![]() |
---|
Kayutangan Heritage Kota Malang Ramai Saat Lebaran, Wisatawan Keluhkan Catcalling dan Parkir |
![]() |
---|
7 Tips Aman Berkendara di Cuaca Ekstrem Saat Arus Balik Lebaran 2025, Fisik dan Kondisi Armada Utama |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.