Lembaga Penjamin Simpanan Kuatkan Literasi Ekonomi pada Mahasiswa Universitas Brawijaya Malang

Lembaga Penjamin Simpanan Kuatkan Literasi Ekonomi pada Mahasiswa Universitas Brawijaya Malang

SURYAMALANG.COM/Rifky Edgar
LPS - Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa, saat sesi jumpa pers usai menghadiri kuliah tamu di Universitas Brawijaya (UB) Malang, Kamis (22/5/2025). 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memberikan penguatan literasi ekonomi kepada mahasiswa dalam kegiatan kuliah tamu di Universitas Brawijaya (UB) Malang, Kamis (22/5/2025).

Di hadapan sekitar 500 mahasiswa yang kebanyakan dari Fakultas Ekonomi UB, Ketua Dewan Komisioner LPS, Purbaya Yudhi Sadewa, menyampaikan mengenai kondisi ekonomi global dan domestik terkini, serta perkembangan sektor perbankan nasional.

Dalam pemaparannya, Purbaya Yudhi Sadewa menyoroti kondisi perekonomian nasional yang dinilai solid di tengah ketidakpastian global.

Dia menjelaskan, bahwa kekuatan ekonomi Indonesia bertumpu pada permintaan domestik, yang menyumbang hampir 90 persen dari PDB nasional, dengan konsumsi rumah tangga dan pemerintah menjadi penggerak utama.

"Dominasi permintaan domestik menjadikan ekonomi Indonesia lebih tangguh dalam menghadapi guncangan global,” ungkapnya.

Dari sisi perbankan, Purbaya melaporkan bahwa per Maret 2025, kredit tumbuh 9,16 persen secara tahunan, sementara Dana Pihak Ketiga naik 4,75 persen.

Rasio kecukupan modal (CAR) perbankan tetap kuat di angka 26,98 persen dan kredit bermasalah (NPL) terjaga di level 2,17 persen.

Kondisi likuiditas perbankan nasional juga menunjukkan perbaikan signifikan pada awal 2025, setelah sempat mengalami tekanan serius hingga akhir tahun lalu.

“Kami sempat khawatir sampai Desember tahun lalu karena tiba-tiba ada perburukan likuiditas."

"Tetapi Januari hingga April sudah ada perbaikan signifikan, sehingga sekarang kami tidak khawatir lagi,” ujarnya.

Pada masa ketidakpastian tersebut, LPS bahkan telah menyiapkan dana tunai hingga Rp 15 triliun sebagai langkah antisipatif jika terjadi kegagalan pada salah satu bank.

Namun, dengan membaiknya situasi, jumlah dana siaga kini dikurangi secara drastis.

“Sekarang sudah stabil, uangnya saya kurangi. Mungkin sekarang sekitar Rp 1-2 triliun, hanya untuk kebutuhan operasional saja—misalnya untuk likuidasi bank kecil atau BPR jika ada. Itu lebih dari cukup,” tambahnya.

Tercatat, sepanjang tahun lalu LPS hanya menggelontorkan dana intervensi di bawah Rp 1 triliun.

Tidak ada bank besar yang jatuh pada tahun ini, mencerminkan membaiknya kondisi ekonomi secara umum.

Halaman
12
Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved