Curahan Hati Pedagang di Kota Malang Ketika Harga Beras Tidak Stabil

Supriyono, pedagang di Pasar Bunul mengatakan, harga beras tidak stabil sejak Idul Adha 2025. Bahkan kecenderungannya harga beras naik.

Penulis: Benni Indo | Editor: Eko Darmoko
SURYAMALANG.COM/Benni Indo
HARGA BERAS - Supriyono, pedagang beras di Kota Malang, Jumat (4/7/2025). Harga beras di Kota Malang mengalami fluktuasi. Dampaknya, sejumlah pedagang mengurangi penyerapan pasokan untuk menghindari kerugian. Di saat yang sama, sejumlah pedagang mengaku stok beras di kiosnya menipis. 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Harga beras di Kota Malang mengalami fluktuasi atau tidak stabil.

Dampaknya, sejumlah pedagang mengurangi penyerapan pasokan untuk menghindari kerugian.

Di saat yang sama, sejumlah pedagang mengaku stok beras di kiosnya menipis.

Supriyono, pedagang di Pasar Bunul mengatakan, harga beras tidak stabil sejak Idul Adha 2025. Bahkan kecenderungannya harga beras naik.

"Harga beras sedang naik sejak setelah Idul Adha," ujarnya kepada SURYAMALANG.COM, Jumat (4/7/2025).

Ia mengungkapkan, sebagai patokan, harga beras medium merek Mentari kemasan 5 Kg mengalami kenaikan yang semula Rp 75.000 menjadi Rp 77.000.

Demikian juga beras komersial lainnya juga serentak terkerek. Adapun beras komersial yang dijual di kiosnya ada 15 merek.

Supriyono mengatakan tidak mengetahui pemicu kenaikan harga ini yang mereka anggap membuat kondisi tidak memberikan kepastian.

Menurut pedagang, sisi stok beras di penyuplai melimpah, tetapi faktanya justru harga beras naik.

"Pemicu kenaikan harga ini saya tidak tahu padahal stok melimpah dan harga bagus," katanya.

Di sisi lain, penjualan beras agak stagnan lantaran konsumen menginginkan beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang harganya lebih murah.

Namun, beras Bulog itu sudah tidak tersedia banyak di pasaran.

Kondisi ini membuat pedagang menunda kulakan sehingga berakibat stok beras di kios berkurang sejalan dengan penurunan daya beli.

Menurut Supriyono, penurunan mencapai 59 persen.

Biasanya, ia selalu menyetok beras berbagai merek sekitar 4 ton dari kulakan sepekan bisa empat kali. Kini, stok beras di kios miliknya hanya tersisa 1 ton.

"Harga beras sekarang tidak bisa diprediksi. Itu sebabnya pedagang sengaja tidak menyetok karena harga tidak menentu."

"Ini sejalan dengan animo pembeli menurun karena mereka mencari beras SPHP, tapi beras Bulog itu tidak ada," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Malang, Slamet Husnan Hariyadi mengatakan ketersediaan pangan di Kota Malang terkendali.

Beras tersedia, bahkan petani begitu antusias panen padi menggunakan alsintan bantuan Presiden Prabowo Subianto.

"Ketersedian masih aman, kebutuhan pangan masih stabil. Kami perlu koordinasi kembali untuk memantau kondisi di pasar," paparnya.

Berbicara ketahanan pangan, Slamet mengatakan harga gabah kering panen dari petani dijual ke Bulog Rp6.500 per kg, juga ada yang dikelola sendiri.

Ia cukup optimis produksi bisa meningkat di Kota Malang karena ada bantuan alat kepada para petani.

Tahun 2025, luas sawah atau luas tanam padi di Kota Malang 788 ha. Sedangkan produksi gabah sebanyak 15.000 ton dengan kebutuhan beras 4.111,60 ton per bulan.

Guna menutup kekurangan cadangan pangan, Pemkot Malang bekerja sama dengan Bulog.

Sebab, Kota Malang bukanlah daerah produksi padi, melainkan karakteristiknya sebagai daerah konsumen pangan.

 

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved