KMP Tunu Pratama Tenggelam di Selat Bali

Kapal Perang KRI Spica Diterjunkan Cari KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali, Dukung Deteksi Sonar

KRI Spica akan mendukung KRI Pulau Fanildo yang sudah lebih dulu berada di Selat Bali proses identifikasi dugaan titik datum keberadaan bangkai kapal

Editor: Dyan Rekohadi
KOLASE - SURYAMALANG.COM/Imam Nawawi/Wikipedia
DETEKSI BANGKAI KAPAL: Laksamana Pertama TNI Endra Hartono (kiri) Komandan Gugus Tempur Laut Komando Armada II saat Jumpa Pers di Pelabuhan Ketapang Banyuwangi,Minggu (6/7/2025) dan KRI Spica (Foto Kanan) yang diterjunkan untuk membantu deteksi dugaan bangkai KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali. 

Laporan :, Imam Nawawi

SURYAMALANG.COM, BANYUWANGI - TNI AL kembali menerjunkan kapal perang tembahan dalam mendukung Operasi SAR musibah tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jayadi Selat Bali.

Kali ini kembali kapal dengan kemampuan deteksi canggih yang diterjunkan, yakni KRI Spica.

Baca juga: Kecanggihan KRI Pulau Fanildo akan Pastikan Bangkai Kapal Tunu Pratama Jaya di Selat Bali

KRI Spica akan mendukung KRI Pulau Fanildo yang sudah lebih dulu berada di Selat Bali.

Di sisi lain, proses identifikasi dugaan titik datum keberadaan bangkai kapal Tunu Pratama Jaya sejauh ini masih terkendala.

Gelombang tinggi dan arus yang kuat di Selat Bali menjadi kendala utama dalam proses mendeteksi keberadaan bangkai Kapal Tunu Pratama Jaya yang tenggelam.

Hal tersebut mengakibatkan pasukan TNI AL belum bisa membalikkan, titit koordinat keberadaan bangkai kapal tersebut pada pencarian di hari ke empat, Minggu (6/7/2025).

Komandan Gugus Tempur Laut Komando Armada II, Laksamana Pertama TNI Endra Hartono mengungkapkan, konfirmasi di lokasi yang diduga kontak terakhir kapal tenggelam masih berlangsung hingga sekarang.

"Kendala yang kami alami adalah gelombang laut dan arus tinggi. Sehingga yang awalnya tiga jam menjadi lebih dari lima jam. Bahkan hingga hari ini masih berlangsung," ujarnya, Senin (7/7/2025).

Menurut Endra, TNI AL telah mengirim satu armada lagi berupa KRI Spica untuk melakukan pendeteksian di bawah laut, kapal tersebut berangkat di Selat Bali pada Minggu malam (6/7/2025).

Selain itu, dia juga mengerahkan pasukan melakukan pemetaan lebih luas, mengenai situasi perairan Selat Bali, menggunakan deteksi under water.

"Masih perlu waktu, untuk itu kami masih memerlukan beberapa peralatan. Hal ini yang terpenting bukan kecepatan, tetapi ketepatan," ulas Endra.

Endra menjelaskan, bila salah perhitungan menganalisa kondisi bawah laut. Hal itu dapat mengancam keselamatan penyelam yang akan diterjunkan.

"Kalau salah menggambarkan situasi bawah air akan berakibat terhadap hal yang tidak diinginkan," paparnya.

Sementara itu, Deputi Operasional dan Kesiapsiagaan Basarnas Laksamana TNI (Purn) R. Eko Suyatno menambahkan, gambaran bawah laut itu penting karena di Selat Bali kabarnya ada kabel bawah laut.

Halaman
12
Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved