'Saya Pilih Jokowi di 2014' Rismon Bantah Ketakutan Prof Koentjoro, Punya Transkrip Nilai Baku UGM

'Saya pilih Jokowi di 2014' Rismon Sianipar bantah ketakutan mantan guru besar UGM, Prof Koentjoro, klaim punya transkrip nilai baku UGM.

|
Youtube KOMPASTV
POLEMIK IJAZAH JOKOWI - Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi-KIRI) dalam tayangan KompasTV Senin siang (28/07/2025). Ahli digital forensik, Rismon Sianipar (KIRI) saat tampil dalam program ROSI di KompasTV Kamis (31/8/2025) malam. Rismon buka-bukaan dulu pilih Jokowi di pemilu 2014. 

SURYAMALANG.COM, - Kisruh tuduhan ijazah palsu Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) menjadi perdebatan ahli digital forensik, Rismon Sianipar dengan mantan guru besar Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Koentjoro.

Sebagai penuding ijazah palsu Jokowi, Rismon yang juga alumni UGM menjawab kegelisahan Prof Koentjoro.

Prof Koentjoro takut pihak lain akan memanfaatkan Rismon Cs dan mencederai nama baik UGM, almamater mereka. 

Prof Koentjoro menambahkan, pihak yang paling diuntungkan dari kisruh ini adalah orang-orang yang mencari nama.

“Saya tidak tahu, apa Jokowi bisa juga di balik itu ada di sana,” ucap Koentjoro mengutip YouTube Kompas TV, Sabtu (2/8/2025).

“Saya susah khawatir Bang Rismon itu kalau dimanfaatkan" imbuhnya. 

"Kepentingan mereka karena ada panggung-panggung politik,” tegasnya. 

"Agar bisa duduk di panggung politik tertentu, biar dia masih tetap dikenal,” lanjut Koentjoro.  

Baca juga: PROFIL Prof Koentjoro Mantan Guru Besar UGM Sebut Jokowi Pembohong, Pernah Menentang Bansos Pemilu

Menjawab kegelisahan itu, Rismon Sianipar tidak pernah merasa dimanfaatkan oleh Jokowi atas perkara ijazah ini.

"Saya tidak percaya statementnya Profesor Koentjoro," ujar Rismon.

Rismon lalu menjabarkan alasannya perlu membuktikan keaslian ijazah sebab dulu mencoblos Jokowi saat pemilihan presiden (Pilpres) tahun 2014.

"Saya pilih sendiri Pak Jokowi, saya memilih Pak Jokowi di 2014," kata Rismon masih di kesempatan yang sama. 

Rismon menegaskan punya hak mengetahui apakah benar ijazah Jokowi dipakai untuk mendaftar sebagai calon presiden (capres) selama dua periode.

"Saya warga negara, pembayar pajak, saya juga citivitas akademika UGM" kata Rismon.

"Menurut Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik, saya punya hak apakah benar ijazah Pak Jokowi itu dipakai untuk capres itu," ujarnya.

"Dalam kertas suaranya, di situ Insinyur Joko Widodo. Itu hak saya sebagai warga negara" tegasnya. 

"Mungkin jutaan (red-rakyat) juga ingin memastikan apakah ijazah itu benar-benar ada sesuai proses akademik yang dilaluinya," tutur Rismon. 

Baca juga: Sindiran Jokowi Panen Untung dari Isu Ijazah Palsu, Tantang Kubu Lawan: Ya Buatlah Gaduh!

Rismon berpandangan ijazah Jokowi berhak diketahui keasliannya karena telah digunakan untuk mendapatkan posisi sebagai presiden dua periode, 2014-2019 dan 2019-2024.

"Ijazah itu pernah dipakai untuk mendapatkan dua kali presiden itu harus menjadi domain publik," kata Rismon.

Klaim Punya Transkrip Nilai Baku

Masih di kesempatan yang sama, Rismon Sianipar mengatakan sudah memiliki transkrip nilai baku Fakultas Kehutanan UGM tahun 1985. 

Transkrip nilai baku itu sangat berbeda dengan yang ditampilkan oleh Direktur Tindak Pidana Umum (Dirtipidum) ketika menjabarkan ijazah Jokowi.

“Transkrip nilai itu tidak ada yang tulis tangan seperti itu. Jadi pertanyaannya itu transkrip nilai siapa?" tanya Rismon.

"Apakah itu transkrip nilai final dari atas mahasiswa bernama Joko Widodo? karena yang kami temui itu sangat UGM, kelas UGM begitu,” imbuhnya. 

Menanggapi hal itu, Prof Koentjoro membantah pernyataan Rismon.  

“Di UGM tahun 80-an sekian itu, tulis tangan itu banyak" kata Koentjoro. 

Baca juga: Jawaban Jokowi Bukan SBY Dalang Ijazah Palsu Beliau Negarawan yang Baik Tahu Siapa Aktor Besarnya

Koentjoro juga mengklaim punya data atas ucapannya tersebut. 

"Saya juga punya data yang tadi saya tunjukkan kepada Mbak Rosie dan data ini karena sekali lagi saya tidak berhak memunculkan, maka saya tidak sampaikan tetapi itu ada dan itu ada tulisan tangan,” kata Koentjoro

“Dalam ijazah itu biasa ada tulisan?,” tanya Rosianna Silalahi selaku host dalam program talk show tersebut.  

“Oh bukan ijazah, tetapi itu KRS (Kartu Rencana Studi)” jawab Koentjoro.

“Transkrip nilai?”, tanya Rismon

“Kartu rencana study gitu lho,” terang Koentjoro.

“Anda merasa bahwa tidak ada transkrip nilai yang ditulis oleh tulisan tangan?," tanya Rosi.

“Transkrip nilai yang ditunjukkan oleh Dirtipidum itu tidak bagus, karena tulis tangan itu tidak mungkin kelas UGM itu tulis tangan" tegas Rismon

"Transkrip nilai akhir untuk menandakan bahwa seseorang lulus itu-kan disertai disamping mendapatkan ijazah dia mendapatkan transkrip nilai" ujarnya. 

"Transkrip nilai tahun 85 itu sudah sangat rapi yang kami dapatkan itu dan kami lihat sendiri,” pungkas Rismon.

Dosen Pembimbing

Selain itu, Rismon juga membahas kesaksian mantan rektor UGM, Prof Sofian Effendi yang menyebut Kasmudjo adalah dosen pembimbing skripsi Jokowi.

Lalu delapan tahun kemudian dikoreksi menjadi dosen pembimbing akademik Jokowi.

Rismon mempertanyakan mengapa akhirnya dikoreksi lagi saat reuni kalau Kasmudjo cuma dosen pembimbing akademik.

Koentjoro lalu menjawab, yang menjadi pembimbing skripsi Jokowi adalah Mitro dan Kasmudjo adalah dosen pembimbing akademik Jokowi.

“Pak Mitro itu sangat terkenal di ahli kayu lapis satu-satunya lulusan Amerika yang mereka demikian glamor di fakultasnya" kata Koentjoro

"Sehingga membuat Jokowi ini dalam perspektif saya, dia tidak berani berhadapan dengan pembimbingnya, karena itu apa, dia kemudian melalui Pak Kasmudjo ini sebagai orang yang kebetulan dia pembimbing akademiknya,” terang Koentjoro. 

Baca juga: Jokowi Itu Pembohong Mantan Ketua Dewan Guru Besar UGM Terang-terangan Tak Suka, Punya Data Ijazah

“Tapi itu kan asumsi Prof?,” tanya Rosianna Silalahi.

“Tapi dia pembimbing akademik, dia betul," jawab Koentjoro

“Tapi disangkal oleh Pak Kasmudjo lho,” sahut Rismon

“Yang disangkal adalah pembimbing skripsinya,” jawab Koentjoro.

“Tidak Prof, saya tanya sendiri, Profesor ketemu dengan Pak Kasmudjo nggak? nggak, kan?" sanggah Rismon.

"Coba nanti di Jogja, di Pogung Kidul ditanyakan. Jawaban yang sama ya. Sanggahan dari Pak Kasmudjo bahwa tidak ada perannya sekarang membimbing skripsi maupun pembimbing akademis atas nama Joko Widodo,” tegas Rismon.

Menurut Koentjoro penting untuk memahami situasi dan kondisi Kasmudjo saat menjawab berada dalam tekanan atau tidak. 

(Tribunnews.com/KompasTV/KompasTV)

Ikuti saluran SURYA MALANG di >>>>> WhatsApp 

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved