Geger Gafatar

Keluarga Antusias, Warga Khawatir Sambut Kepulangan Eks Pengikut Gafatar ke Blitar

Penulis: Imam Taufiq
Editor: musahadah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

logo gafatar

SURYAMALANG.COM, BLITAR - Rencana kepulangan kelompok Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) asal Kabupaten Blitar, ditanggapi beragam masyarakat.

Bagi keluarganya, kepulangan itu disambut bahagia, tetapi sebagian warga mengaku masih khawatir bila eks anggota Gafatar itu belum benar-benar insyaf.

Berdasarkan data di Polres Blitar, ada 29 orang asal Kabupaten Blitar yang tergabung dengan Gafatar dan saat ini mereka dalam perjalanan pulang dari Kalimantan Barat.

Mereka meninggal rumahnya pada 22 September 2015 lalun untuk berangkat ke Kalbar.

"Kalau bisa sebelum mereka dipulangkan ke rumahnya masing-masing, sebaiknya diturunkan di Polres Blitar dulu. Salah satunya, kami juga ingin melakukan pembinaan, supaya kelak mereka tak akan berbuat yang aneh-aneh lagi, terutama terkait pemahaman soal agama," kata AKBP Slamet Waluya, Kapolres Blitar, Jumat (22/1/2016).

Slamet mengaku, pihaknya terus memantau kepulangan mereka. Saat ini, mereka dalam perjalanan, menuju ke pelabuhan Semarang, dengan naik kapal perang.

Rencananya, sebelum dipulangkan ke kampung halamannya masing-masing, mereka dikarantina di Semarang untuk dibina lebih dulu.

Ke-29 eks Gafatar itu tersebar di empat kecmatan. Di antaranya, Kecamatan Kademangan, Kecamatan Bakung, Kecamatan Talun, dan Kecamatan Kesamben.

Mereka meninggalkan rumahnya dan berangkat ke Kalbar, dengan mengajak keluarganya. Bahkan, kebanyakan, mereka itu berasal dari keluarga orang mampu.

Marsaid (68), warga Dusun Para'an, Desa Plosorejo, Kecamatan Kademangan menyambut antusias kedatangan keluarganya.

Ia mengaku kangen dengan anaknya, Jangkung Lelono (30). Sebab, anaknya itu meninggalkan rumah sejak 22 September 2015 lalu. Ia berangkat ke Kalbar dengan mengajak istrinya, Yeni Puspita Sari (26), yang saat itu hamil enam bulan.

Ketika awal-awal berada di Kalbar, anaknya itu masih bisa ditelepon. Namun, sudah beberapa bulan ini, tak bisa dihubungi.
"Saya sudah lima hari ini nggak enak makan, bahkan tidur juga susah. Itu karena saya terus kepikiran. Apalagi, saya mendengar kabar, kalau baraknya dibakar massa sehingga membuat saya tambah memikirkannya," paparnya.

Namun, setelah mendengar anak dan menantunya selamat, Marsaid mengaku senang. Bahkan, ia dan istrinya mengaku sudah tak sabar, ingin secepatnya bertemu dengan anaknya.

"Saya mendapat kabar kalau anak saya dan istrinya selamat itu, setelah dikabari anak saya yang pertama (Didik (44), yang tak lain kakaknya Jangkung. Ia (Didik) ketemu Jangkung dan istrinya, karena sengaja ditemui di penampungan di Kalbar. Didik juga berada di sana, namun bukan bergabung pada kelompok seperti Jangkung, melainkan bekerja di pertambangan," tuturnya.

Ia berharap, agar anak dan menantunya itu segera dipulangkan. Bahkan, ia berjanji akan siap membinanya dan kembali pada jalan yang benar.

"Justru, kalau dia terlalu lama berada di tempat karantina, saya malah khawatir, akan kabur. Jadi sebaiknya, segera dipulangkan saja," ujarnya.

Sementara, para tetangga eks Gafatar sangsi, kalau mereka akan bisa secepat itu menyadari kesalahannya. Sebab, itu menyangkut keyakinan sehingga harus melalui proses panjang. Sebab, otaknya telah dicuci, sehingga harus dikembalikan kesadarannya.

"Kami waswas kalau mereka langsung dipulangkan, tanpa dipastikan dulu, bahwa mereka benar-benar sudah insyaf," kata Yati (34), yang rumahnya berhadapan dengan rumah orangtua Jangkung.

Karena itu, Yati minta agar selama beberapa bulan mereka kembali, sebaiknya tetap dipantau. Jangan malah sebaliknya, keberadaan mereka di rumah itu malah membuat warga resah.

"Kami takut dengan kejadian seperti bom di Jakarta kemarin itu. Karena itu, kami minta agar mereka dikarantina, sampai sadar, bahwa apa yang dilakukan selama beberapa bulan itu salah. Sebab, dengan orangtuanya saja, mereka tak menurut, apalagi dengan tetangganya," pungkasnya

Berita Terkini