SURYAMALANG.COM, YOGYAKARTA - Kepulangan Waluyo (52), warga Suryoputran, Keraton, Yogyakarta ke rurmah membuat geger warga.
Itu karena warga beranggapan kalau Waluyo sudah tiada. Nama Waluyo bahkan sudah terukir di salah satu makam di tanah kelahirannya di Canden, Jetis, Bantul, sejak Mei 2015.
Dilansir SURYA Malang dari Tribun Jogja, Sang anak, Anti Ristanti (32) menceritakan ayahnya pergi sejak awal Januari 2015 guna mencari nafkah dengan menjadi pengemudi becak di seputar Yogyakarta.
Setelah itu, ayahnya tidak pernah pulang ke rumah.
Hal tersebut awalnya tidak mengkhawatirkan dirinya dan keluarga, karena sebelumnya sang ayah pernah melakukan hal serupa yaitu tidak pulang hampir selama 9 bulan.
Jelang bulan Mei 2015, dia yang hendak melangsungkan pernikahan kemudian sempat mencari ayahnya di beberapa pangkalan becak di wilayah Yogyakarta, namun tidak menemukannya.
"Ya jadinya saya pasrah dan cuma doa sambil nunggu saja," ceritanya.
Namun beberapa saat kemudian dia mendengar ada seorang gelandangan yang menjadi korban tabrak lari di Wonosari Gunungkidul.
Dia kemudian mengecek ke sana dan meyakini bahwa itu ayahnya.
Banyak kemiripan yang ditemukan pada korban seperti raut muka, warna rambut, postur badan hingga baju yang dipakai sama dengan yang dimiliki ayahnya.
"Kita bawa ke RS Sardjito, dirawat selama 6 hari ibu saya mandiin. Saya juga pas bilang mau nikah dia sempat bersuara nggak jelas kayak ngerespon, namun akhirnya dia meninggal," jelasnya.
Sesudah itu dia sekeluarga pun kemudian menguburkan korban tabrak lari tersebut di kampung halaman ayahnya di Bantul.
Anti beserta Ibu dan kakaknya kemudian menjalani hidup seperti biasa tanpa kehadiran sang ayah. Beragam tradisi Islami seperti mendak juga sudah dilakukan untuk mendoakan ayahnya yang meninggal tersebut.
Anti juga kemudian tetap melangsungkan pernikahan dengan adik ayahnya yang digunakan sebagai wali nikahnya hingga akhirnya ayahnya pulang dengan dramatis kemarin pagi.
Pengakuan Waluyo