Malang Raya

Miniatur Moge dari Sampah Botol Plastik Hasil Kreasi Aremania

Penulis: Benni Indo
Editor: eko darmoko
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mohammad Taufiq Shaleh Saguanto menunjukkan miniatur moge yang ia buat dari sampah botol plastik, Jumat (13/7/2018).

SURYAMALANG.COM, DAU – Jangan buang sembarangan sampah botol plastik. Selain susahnya terurai, sampah plastik juga memiliki dampak buruk untuk lingkungan. Sebaiknya sampah plastik dijadikan bahan kreasi yang bagus dan memiliki nilai ekonomis.

Seperti halnya yang dilakukan Mohammad Taufiq Shaleh Saguanto (39). Di tangannya, sampah botol plastik menjadi bahan souvenir yang bagus dan unik. Botol-botol plastik itu menjadi miniatur  lokomotif, helikopter, robot, mobil dan motor. Harganya pun beragam, mulai dari Rp 25 ribu hingga Rp 3 juta per unitnya.

Semenjak mengkreasikan sampah botol plastik, Taufiq memberi nama Hot Bottles untuk karya-karya yang ia ciptakan. Karyanya itu telah menembus pasaran internasional. Ada Rusia, Australia, Jepang, Kongo, Ghana dan Malaysia yang menjadi tempat tujuan eskpor.

SURYAMALANG.COM bertemu dengan Taufiq di tempatnya menyimpan koleksi barang-barangnya, di B Walk, Dau , Kabupaten Malang. Di situ, terdapat kreativitas botol yang disusun menjadi robot. Selain itu juga ada miniatur motor Harley Davidson yang terbuat dari botol.

Miniatur-miniatur itu dipajang ditembok dan menjadi pemandangan yang bagus bagi siapapun yang melihat. Taufiq enggan menyebut dirinya pengrajin, ia lebih memilih menyebut dirinya sebagai recycler atau pendaur ulang.

“Saya tidak seahli itu (pengrajin). Apapun mediaku, saya gunakan. Pokoknya anak kecil ngerti botol dibawa pulang, tidak dibuang sembarangan,” katanya membuka percakapan, Jumat (13/7/2018).

Ia kemudian menunjukkan kebolehannya membuat miniatur motor Harely Davidson dari sebotol plastik. Bahannya cukup mudah yakni botol plastik, gunting, lem, sedotan dan semprotan berwarna. Hanya butuh waktu 15 menit, miniatur itu berhasil ia buat.

“Ini RP 25 ribu harganya,” katanya sambil menunjuk barang yang baru saja ia buat.

Melanjutkan ceritanya, kreasi itu diawali Taufiq saat bisnisnya berada di titik terendah pada 2014. Bisnis properti yang ia geluti diterjang krisis karena dililit hutang. Ia pun berupaya mencari jalan keluar agar bisa menutupi hutang-hutang yang ia tanggung.

Di benaknya terlintas niat untuk mewujudkan cita-citanya dengan konsep starting bussiness from zero dollar, making money from zero, dan stop pemakaian botol plastik. Maka mulailah Taufiq mengkreasikan mengubah botol plastik menjadi barang berharga pada 2015. Ia belajar secara otodidak hingga akhirnya bisa mengembangkan usaha barunya itu.

“Ini bagian dari pembuktianku. Tanpa investor dari siapapun, kita bisa bangkit dari keterpurukan usaha,” ujarnya. 

Menurutnya, uang dari pemodal adalah barang mati. Sementara yang kreatif adalah yang hidup. Oleh sebab itu, manusia yang hiduplah yang bisa menghidupi. Ia mengubah mindset dari ketergantungan terhadap benda mati, seperti uang. Kini justru sebaliknya, uanglah yang datang dengan lancar ke Taufiq.

Awalnya Taufiq tidak seluruhnya menggunakan sampah botol plastik. Sejumlah barang ia gunakan. Namun lama kelamaan, ia mulai konsisten menggunakan botol plastik.

Untuk memenuhi kebutuhannya akan sampah botol plastik, Taufiq pun tidak malu harus memulung sampah botol plastik. Ia sering memulung sampah botol plastik di rumah tetangganya, bahkan di kawasan Jl Soekarno-Hatta hingga kawasan Jl Besar Ijen.

“Ya begitu soalnya sampah botol plastik di rumah sudah habis. Kalau mulung di kawasan Jl Soekarno-Hatta hingga Jl Besar Ijen sana bisa dapat dua karung,” terangnya.

“Kita bukan anak selebritis atau public figure. Ngapain malu? Justru ini bagian dari edukasi agar tidak membuang sampah plastik sembarangan. Saya lebih malu hidup miskin tak berdaya,” imbuhnya.

Keseriusannya mengeluti usaha baru tidak sia-sia. Rekan-rekannya awalnya yang memesan. Perlahan namun pasti, tidak hanya rekan-rekannya, para kolektor pun akhirnya turut memesan. Baik di dalam maupun luar negeri.

Taufiq kini telah memiliki sejumlah karyawan yang membantunya memproduksi barang oleh-oleh itu. Dalam sehari, bisa memproduksi hingga 200 an buah. Dengan begitu, rata-rata setiap minggu minimal Taufiq mendapatkan Rp 5 juta.

Bahkan beberapa waktu lalu ia mendapatkan pemesanan robot yang satu unitnya dihargai Rp 3 juta. Pria kelahiran Malang, 8 Februari 1979 itu menyebut dari usaha barunya itu, kini ia mulai bisa menambal lubang hutang.

“Tahun ini targetnya sudah selesai (melunasi hutang),” katanya optimis.

Tidak sekadar menghasilkan uang, Taufiq juga memiliki visi bagaimana mengembalikan lingkungan jauh dari bitol plastik.  Untuk itu, ia pun kerap membagikan ilmunya mengkreasikan botol plastik menjadi bahan mainan atau miniatur.

Di tempatnya, bisa sampai ratusan orang datang belajar dalam setiap minggunya. Ia sangat terbuka kepada siapapun yang ingin belajar. Hal itu ia lakukan sebagai upaya mewujudkan visinya yang lain yakni sangat ingin melihat anak Indonesia kembali ke zaman keemasannya.

“Yakni ketika mereka buat mainan sendiri. Itu sangat menyenangkan karena menggerakkan semua anggota tubuh. Kalau sekarang kan kebanyakan beli. Kita sudah dijajah kalau begitu,” tandasnya.

Upaya Taufiq untuk menyadarkan masyarakat akan bahanyanya sampah plastik nampaknya tak berhenti di rumahnya saja. Ia pun berani keluar untuk mengkampanyekan bahaya sampah plastik.

Ia pernah mendatangi Lapas dan berbagi ilmu tentang pemanfaatan sampah plastik yang mudah dan menguntungkan. Bahkan dalam waktu dekat ini ia akan membuka museum Recycle Hot Bottles di B Walk.

Berita Terkini