Malang Raya

Penjelasan BMKG Soal Angin Puting Beliung yang Melanda Kabupaten Malang

Penulis: Mohammad Erwin
Editor: Zainuddin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pohon bambu tumbang akibat angin puting beliung menimpa rumah di Desa Kidangbang Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, Senin (14/1/2019).

SURYAMALANG.COM, KEPANJEN - Angin puting beliung menerjang beberapa wilayah di Kabupaten Malang dalam waktu dua hari terakhir.

Angin puting beliung disertai hujan deras menerjang Desa Bokor, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang pada Minggu (13/1/2019) petang.

Terjangan angin puting beliung itu mengakibatkan enam unit rumah mengalami kerusakan.

Bahkan ada rumah yang tertimpa pohon berukuran besar.

Angin puting beliung juga menerjang Desa Kidangbang dan Desa Bringin di Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang pada Senin (14/1/2019) sore.

Kasubsi Penanggulangan Bencana PMI Kabupaten Malang, Mudji Utomo menjelaskan peristiwa tersebut bermula ketika hujan deras angin kencang mengguyur wilayah tersebut sejak sekitar pukul 13.30 WIB.

Angin puting beliung itu mengakibatkan 16 rumah mengalami kerusakan ringan di bagian atap.

Kerugian ditaksir mencapai belasan juta rupiah.

Tidak ada korban luka maupun jiwa dari bencana angin puting beliung tersebut.

Sementara itu, Kasi Observasi dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Karangploso, Anung Suprayitno menjelaskan fenomena tersebut timbul karena imbas dari cuaca ekstrim yang menerjang Kabupaten Malang akhir-akhir ini.

Anung menyebut ada fenomena Monsun yang ditengarai membuat curah hujan menjadi tidak stabil.

Monsun juga memberi andil timbulnya cuaca ekstrim.

“Ada fenomena yang dinamakan jeda Monsun. Karena hujan itu diiringi oleh dampak pemanasan radiasi sinar matahari yang cukup tinggi, uap air tinggi pula.”

“Kemudian fenomena tersebut menimbulkan awan-awan konveksi mulai dari awan cumulus dan cumulonimbus,” terang Anung kepada SURYAMALANG.COM, Selasa (15/1/2019).

Anung menambahkan awan cumulonimbus itulah yang mengakibatkan timbulnya peristiwa seperti angin puting beliung, hujan intensitas lebat dan petir.

“Alurnya seperti itu. Biasanya cuaca ekstrim tersebut muncul saat awal musim hujan,” imbuh Anung.

Anung menerangkan kemunculan awan cumulonimbus tersebut tidak dapat diprediksi.

Sehingga, timbulnya fenomena angin puting juga diakui pihaknya sulit diprediksi.

Karena, sifat dari awan cumulonimbus bersifat dinamis. Namun terdapat tanda-tanda yang bisa dirasakan.

Angin puting beliung terjadi dalam tempo waktu yang pendek.

“Biasanya sebelum terjadi cuaca ekstrim, saat malam hari suhu terasa gerah panas gitu.”

“Lalu siang terik, tiba-tiba ada awan hitam kemudian hujan deras disertai angin.”

“Itulah yang kemudian angin puting beliung tidak bisa diprediksi. Tapi tanda-tandanya jika dicermati bisa dirasakan,” tandas Anung.

Anung mengimbau warga menghindari berada di tempat terbuka seperti sawah dan lapangan jika menemui tanda-tanda fenomena tersebut.

Karena dikhawatirkan akan terkena petir. Kemudian, jika sedang memarkir kendaraan di atas pohon besar harap segera mencari tempat yang dirasa paling aman.

“Itu hal dasar yang harus dicermati oleh masyarakat. Ya awan-awan ini bisa timbul di semua tempat tak hanya Kabupaten Malang saja,” beber Anung.

Berita Terkini