“Jadi digabung antara operasi dan radioterapi,” tutur Pungky Mulawardhana.
“Apabila operasi dan radiasi saja belum cukup, akan dilakulan kemoterapi,” terangnya.
Kanker serviks terjadi karena kurangnya kesadaran untuk mencegah kanker serviks.
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk mencegah atau mendeteksi dini kanker serviks.
Pertama, vaksin Human Papillomavirus (HPV).
Vaksin HPV untuk memberi injeksi agar tubuh memiliki imun terhadap virus HPV.
Vaksin ini untuk perempuan yang belum pernah berhubungan seksual.
Vaksin HPV untuk umur 9-13 tahun sebanyak dua kali suntik, yaitu bulan ke-nol, dan enam bulan setelahnya.
Umur di atas 13 tahun, tiga kali suntik, yaitu bulan ke-nol, dua dan enam bulan setelahnya.
Kedua, pap smear.
Menurutnya, pap smear dilakukan tiga tahun setelah berhubungan seksual pertama kali.
Kemudian, rutin dilakukan satu sampai dua tahun sekali.
Pap smear adalah uji medis yang dilalulan untuk melihat kondisi sel-sel pada serviks.
“Sel-sel tersebut dibaca ahli patologi sehingga dapat diketahui kondisinya,” tutur Pungky Mulawardhana.
Ketiga, Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA).
“Kalau keberatan pap smear, bisa melakukan IVA. Di puskesmas bisa dan di-cover BPJS,” tutur Pungky Mulawardhana.
IVA dilakukan dengan mengambil sampel sel dari leher rahim (serviks) yang telah diberi asam asetat.
“Jika ada perubahan warna, bisa terjadi kelainan. Biasanya langsung dirujuk ke dokter spesialis kandungan,” imbuhnya.