Nasional

Tirukan Adegan Hisap Darah Seperti Film, Satpam Tewas Digigit Ular Weling, Ini Penanganan yang Tepat

Penulis: Frida Anjani
Editor: Dyan Rekohadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tirukan Adegan Hisap Darah Seperti Film, Satpam Tewas Digigit Ular Weling, Ini Penanganan yang Tepat

SURYAMALANG.COM - Menirukan adegan hisap darah layaknya di film, seorang satpam meninggal dunia setelah tergigit ulang weling  (Bungarus candidus).

Sang satpam yang sempat bermain dengan ular weling yang ia tangkap tersebut sayangnya tergigit pada bagian telunjuk kirinya. 

Ingin hati untuk meminimalisir penyebaran racun ular weling dengan menghisap pada bagian yang tergigit seperti agedan di film, sayangnya nyawa sang satpam tidak tertolong. 

Seorang satpam bernama Iskandar yang bekerja sebagai sekuriti perumahan Cluster Michelia, Gading Serpong, Tangerang menghembuskan napas terakhirnya setelah digigit ular weling. 

Musliman, Komandan Sekuriti Perumahan mengatakan jika Iskandar yang sesaat mendapatkan gigitan ulang weling masih terlihat bugar dan bermain dengan ulang yang berhasil ia tangkap. 

Bahkan, korban masih sempat bermain dengan ular bersama teman jaganya, Jaelani. "Setelah telunjuk kirinya kena itu masih terlihat biasa. Pada bagian yang digigit juga tidak luka seperti luka serius dan memar. Jadi biasa aja," kata Musliman, Jumat (23/8/2019) melansir dari Kompas.com dalam berita berjudul Kronologi Satpam di Serpong Tewas Setelah Digigit Ular Weling.

Suasana pos sekuriti yang salah satu petugas keamanannya tewas saat menangkap ular di Cluster Michelia, Tangerang (KOMPAS.com/Muhamad Isa Bustomi)

Namun selang 30 menit, tepatnya pukul 19.30 WIB, korban langsung mengalami lemas. Saat itu korban langsung dibawa warga ke rumah sakit.

"Sebelum meninggal itu korban sempat ditangani dirumah sakit," sambung Musliman. Pukul 04.30 WIB, korban menghembuskan nafas terakhir yang diduga racun sudah tersebar ke seluruh tubuh.

Musliman, komandan sekuriti Cluster Michelia Gading Serpong, mengatakan bahwa Iskandar sempat mengisap darah dari bagian yang digigit ular. nMaun ternyata nyawanya tak tertolong.

Berkaca dari kisah Iskandar, ternyata menghisap darah pasca digigit ulang seperti yang dilakukan di kebanyakan film bukanlah suatu prosedur penanganan pertama yang benar. 

Dokter dan ahli gigitan ular dari RS daha Husada Kediri, Jawa Timur, Tri Maharani mengatakan bahwa upaya mengisap darah dari bagian yang digigit ular weling adalah kesalahan besar.

"Bisa ular weling tidak menyebar lewat darah meskipun saat digigit darah kita keluar. Bisa menyebar lewat getah bening," ungkap Tri.

Karenanya, Tri menegaskan bahwa upaya mengisap darah tidak akan mengeluarkan bisa ular yang telah masuk ke dalam tubuh sedikit pun.

Dia mengungkapkan, keberhasilan penanganan gigitan ular yang beredar di media sosial hingga film dengan cara mengisap darah adalah mitos.

Iskandar satpam perumahan meninggal dunia setelah digigit ular weling yang ditangkapnya. (Tangkapan video Instagram net2netcomm)

"Sama seperti ada orang yang bilang pakai bawang untuk obati gigitan ular, atau pakai micin untuk obati. Itu semua mitos," jelasnya ketika dihubungi Kompas.com, Jumat (23/8/2019).

Pakar reptil dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Amir Hamidy mengungkapkan, Iskandar sebenarnya memiliki kesempatan besar untuk sintas.

"Pertama karena kita tahu pasti jenis ular yang menggigit. Ular weling. Itu sudah ada antivenom-nya," ungkap Amir.

Salah satu tantangan terbesar dalam penanganan gigitan ular adalah identifikasi jenis yang menggigit. Pasalnya, kerap kali ular langsung lari setelah menggigit.

"Dalam kasus satpam itu, karena satpamnya juga sempat memegang ularnya, kita sudah tahu pasti. Jadi akan memudahkan penanganan sebenarnya," ungkapnya.

Kematian Iskandar merupakan cermin kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang penanganan pertama korban gigitan ular.

Korban harusnya berusaha bergerak sesedikit mungkin alias diimobilisasi dan dibawa ke rumah sakit setelah mengalami gigitan.

Tindakan menangkap ular dan memainkannya turut berkontribusi pada kegagalan penanganan.

"Bisa dibayangkan gerakan sangat aktif saat menangkap dan memainkan ular. Itu mempercepat penyebaran bisa," kata Amir.

Tri menuturkan bahwa meskipun antibisa ular tidak tersedia, Iskandar sebenarnya tetap berpotensi besar untuk selamat.

"Kita tidak selalu membutuhkan antibisa ular. Bisa ular dapoat dilokalisasi dengan imobilisasi selama 24-48 jam," kata Tri.

Kasus gigitan ular, kata Tri, membutuhkan perhatian. Jumlah kasusnya hingga 135.000 per tahun, bersaing dengan HIV/AIDS dan kanker.

"Ïni tandanya gigitan ular ini adalah penyakit yang harus diberi perhatian," katanya. "Perlu edukasi tentang penanganan pertama yang tepat di sekolah, masyarakat, dan rumah sakit."

Beda Ular Weling dan Ular Welang

Seorang satpam di Gading Serpong, Tangerang, Banten, meninggal setelah digigit ular weling pada Selasa (20/8/2019).

Sebelum diketahui jenisnya secara pasti, banyak masyarakat yang kebingungan apakah ular tersebut weling (Bungarus candidus) atau welang (Bungarus fasciatus).

Melansir dari Kompas.com, peneliti reptil dan amfibi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ( LIPI), Amir Hamidy, menjelaskan perbedaan dari kedua jenis ular tersebut.

1. Pola belang yang berbeda

Salah satu perbedaan yang paling kentara dari weling dan welang adalah pola gelangnya yang berbeda.

Meski sama-sama punya belang, welang memiliki pola yang lebih konsisten dan jelas daripada weling.

Pada welang, pola belang yang bisa hitam-putih atau hitam-kuning juga sampai ke perutnya, sedangkan belang hitam-putih pada weling hanya di area punggung dan perutnya putih.

2. Tanda V terbalik di kepala

Welang juga memiliki tanda V terbalik di kepala, sedangkan weling tidak memilikinya.

3. Bentuk ujung ekor

Jika Anda masih bingung dan tidak bisa melihat perut ular, perbedaan lain yang paling kelihatan adalah bentuk ekor.

Welang memiliki ujung ekor yang tumpul, sedangkan weling memiliki ekor yang lancip.

Bungarus fasciatus (Wikimedia Commons)

Sama-sama berbahaya

Dari pada weling, welang memang lebih jarang ditemukan.

Pasalnya, welang lebih suka berada di area hutan, sedangkan weling bisa ditemukan di sawah atau area permukiman penduduk.

Mereka juga ular nokturnal atau beraktivitas pada malam hari sehingga jarang terlihat pada siang hari.

Namun, bila bertemu weling atau welang, Anda sebaiknya tidak mendekatinya, apalagi mengganggunya seperti yang dilakukan satpam di Serpong.

Amir mengatakan bahwa warna weling atau welang yang begitu mencolok, bahkan pada malam hari sekalipun, sebetulnya sudah menjadi penanda bahwa mereka berbisa tinggi.

"Kalau didekati orang pun, mereka (weling dan welang) tidak lari karena punya bisa yang tinggi sehingga tidak takut dengan manusia," ujarnya.

Oleh karena itu, Amir pun meminta semua orang untuk mempraktikkan keamanan diri bila melihat weling, welang, atau ular yang berwarna mencolok lainnya.

Sebaiknya, Anda tidak mendekati, apalagi memegangnya. "Ya sudah, biarkan ular itu diusir saja. Toh kalau diusir dengan alat sederhana pun juga pergi," ujarnya.

Lantas kalau harus menangkapnya, Anda harus menggunakan grab stick atau hook stick sehingga ular bisa ditangkap tanpa disentuh tangan manusia.

Berita Terkini