Kisah Buah Maja, Cikal Bakal Kerajaan Majapahit di Mojokerto, Dianggap Sakral, Penolong Raden Wijaya

Penulis: Sarah Elnyora
Editor: Dyan Rekohadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

(Ilustrasi) Buah Maja, Cikal Bakal Kerajaan Majapahit di Mojokerto, Dianggap Sakral

Rombongan berenuk masuk ke negeri kita karena dibawa bangsa Portugis dan Belanda. Jadi logikanya, tidak mungkin tumbuhan ini sudah ada di Jawa pada masa Kerajaan Majapahit.

Dengan kata lain, kalaupun Raden Wijaya dan anak buahnya saat itu mengklaim menemukan banyak pohon maja, sangat mungkin pohon majaitu bukan berenuk.

Berenuk spesies Crescentia alata berbentuk sama dengan Crescentia cujete, cuma ukuran buahnya saja yang lebih kecil.

Bentuk buahnya memanjang seperti labu air, berwarna hijau tua. Sering dijumpai tumbuh liar di halaman rumah atau kebun, juga sebagai tanaman peneduh jalan atau di taman perkotaan.

Bentuk tanaman, tajuk (percabangan), serta buah yang indah memang membuatnya cocok digunakan sebagai tanaman hias di taman.

Apalagi ketika ia sedang berbuah sangat lebat. Bentuk buahnya yang bulat, warnanya yang hijau segar serta ukurannya yang besar membuat buah ini kelihatan indah.

Ada juga maja asli Indonesia yang disebut bael (Aegle marmelos). Genus Aegle terdiri atas enam spesies: Aegle barteri, Aegle correa, Aegle decandra, Aegle glutinosa, Aegle marmelos, dan Aegle sepiaria.

Dari enam spesies ini, yang merupakan tanaman penting hanya Aegle marmelos. Selain disebut maja, tanaman ini juga dinamai maja batu atau maja manis.

Penambahan kata manis di sini jelas untuk membedakannya dari maja yang memang selama ini kita kenal berasa pahit.

Habitat asli bael tersebar mulai dari Pakistan, India, tenggara Nepal, Sri Lanka, Bangladesh, Myanmar, Thailand, Laos, Vietnam, Kamboja, Malaysia, Filipina, dan Indonesia.

Selain disebut bael, di negara-negara habitatnya, buah ini juga disebut Bilva, Bilwa, Bel, Koovalam, Koovalam, Madtoum, Beli Fruit, Bengal quince, Stone apple, atau Wood apple.

Di Jawa, tanaman maja tumbuh di dataran rendah, terutama di kawasan yang beriklim sangat kering.

Kawasan sekitar Mojokerto (lokasi bekas Kerajaan Majapahit), memang habitat tanaman maja.

Antara maja dan berenuk saja sudah berbeda sosoknya. Percabangan bernuk mengarah ke samping, sementara tajuk maja tumbuh menjulang ke atas.

Pohon maja bisa tumbuh sampai setinggi 20 m. Kayunya sangat keras. Tajuknya mirip dengan tanaman kawista (Limonia swingle) dan asam keranji {Dialium indum), tapi daun maja sedikit lebih lebar dari keduanya.

Koleksi tanaman maja Aegle marmelos di Indonesia bisa kita temui di Kebun Raya Purwodadi, Jawa Timur, yang terletak di antara jalan raya Surabaya - Malang.

Kalau dilihat sekilas, tanaman ini mirip kawista yang kalau dijadikan sirup rasanya hampir mirip coca cola itu.

Bedanya, kawista adalah tanaman pendatang dari India, sedangkan maja termasuk tanaman asli Indonesia sekalipun tanaman ini lebih dikenal berasal dari India.

Bunga maja sangat harum. Saat tanaman ini berbunga, aroma wanginya bisa tercium dari jarak beberapa meter.

Buah maja Aegle marmelos berbentuk bulat agak lonjong, dengan tonjolan di bagian pangkalnya, kulitnya halus, berwarna cokelat gelap.

Diameter buah antara 5 - 12 cm, lebih kecil daripada ukuran buah maja yang rasanya pahit, ukurannya bisa sebesar bola voli.

Buah maja juga tampak mirip dengan kawista. Maklum, keduanya memang masih bersaudara. Dua tanaman ini memang masih sama-sama famili Rutaceae.

Buah maja maupun kawista juga bertempurung sangat keras. Tekstur buah serta biji maja juga mirip kawista.

Bedanya, buah kawista berbentuk bulat sempurna, bagian pangkalnya tidak menonjol, kulit buahnya kasar, warnanya abu-abu.

Berita Terkini