Citizen Reporter

Orang Vietnam Memuliakan Cula Badak, Tak Peduli 1.100 Badak Mati Akibat Perburuan Liar di Afrika

Editor: yuli
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Badak di kebun binatang Ciudad, Ho Chi Minh City, Vietnam.

Selain digunakan untuk pengobatan, cula badak juga dianggap mewakili status sosial seseorang.

Para konsumen akan membagikan cula badak dalam lingkaran sosial dan profesional untuk menunjukkan kekayaan mereka sekaligus memperkuat hubungan bisnis. Mereka juga lazim memberikan cula badak sebagai hadiah kepada penguasa sebagai balas budi.

Stigma

Dalam penelitian, kami menemukan bahwa penggunaan cula badak bukan sesuatu yang menimbulkan stigma di Vietnam. Para konsumen juga menunjukkan ketidakpedulian terhadap perburuan ilegal atau keberadaan badak di alam liar.

Perburuan badak yang terjadi di Afrika merupakan isu yang jauh dari kehidupan mereka, karena terjadi di tempat yang jauh, di luar dari pengaruh mereka karena bukan mereka yang membunuh badak-badak tersebut.

Lebih lanjut, mereka juga tidak peduli dengan konsekuensi hukum dari membeli cula badak, meski hukum Vietnam jelas melarang perdagangan ilegal dan penggunaan cula badak.

Para konsumen menganggap bahwa polisi tidak akan terlalu memperhatikan soal penggunaan cula badak oleh masyarakat dan fokus kepada perdagangan ilegal dalam skala besar. Pandangan ini tidak salah karena tidak hanya konsumen yang tidak peduli, mantan pedagang cula badak yang kami wawancarai mengatakan bahwa keuntungan yang didapatkan jauh lebih penting ketimbang risiko berhadapan dengan hukum.

Menginformasikan kampanye

Temuan kami mengungkapkan mengapa kampanye melawan perdagangan cula badak saat ini tidak berhasil. Misalnya, beberapa kampanye cenderung hanya memfokuskan pada keadaan buruk badak, menunjukkan bahwa cula badak tidak memiliki khasiat atau hanya fokus kepada konsekuensi hukum dari pembelian ilegal.

Beberapa kampanye juga membandingkan cula badak dengan kuku manusia (karena keduanya terbuat dari keratin)

Dari penelitian kami, sudah jelas bahwa orang yang membeli cula badak tidak akan mempan dengan argumen tersebut.

Lebih lanjut, temuan kami bahwa konsumen yang memilih cula badak dari alam liar memiliki implikasi petunjuk yang dibuat oleh para pengamat bahwa perdagangan yang legal dan terkontrol dapat mengurangi perburuan liar.

Kami menyimpulkan bahwa sebenarnya perdagangan semacam itu hanya akan meningkatkan permintaan cula badak yang diburu.

Kami berharap penelitian ini bisa mengarah pada kampanye yang menjanjikan perubahan perilaku, sekaligus memberikan informasi lebih baik tentang cula badak dan target yang ingin dicapai.

Apakah legalisasi atau tidak legalisasi perdagangan cula badak akan menjadi solusi bagi krisis perburuan liar adalah fokus pada penelitian yang sedang berlangsung yang kami lakukan. The Conversation

Berita Terkini