"Selanjutnya, akan segera berkomunikasi dengan Muspida melalui Dandim, Kapolres, Bupati dan Kepala Kejaksaan serta pengadilan juga mengambil langkah agar pekerja seni diberikan ruang dan waktu," tutur Didik.
Didik menilai, wayang bisa menjadi sarana sosialisasi pencegahan Covid-19.
Sehingga pada 17 Agustus bisa dijadikan momentum tepat menciptakan kembali ruang dan kesempatan berkesenian.
"Pelaku seni tidak bisa bekerja tanpa keterlibatan masyarakat, dan keduanya tidak bisa berjalan tanpa ijin dari pemerintah," beber Didik.
Selanjutnya, Didik masih memerlukan koordinasi dengan pejabat terkait.
"Maka ketiga ini harus duduk bareng dan kami akan segera melakukan fasilitasi agar segera memberikan ruang agar pekerja seni ini dapat bekerja kembali," terang Didik.
Selama aksi berlangsung, para demonstran bersikap tertib. Beberapa dari mereka memakai masker. (Mohammad Erwin)
2. 3 Sekolah di Kota Malang Ditunjuk Untuk Ujicoba Tatap Muka, Termasuk SMK El Hayat dan SLB River Kids
Tiga sekolah akan menjalani ujicoba tatap muka terbatas oleh Cabang Dinas Pendidikan Jatim wilayah Kota Malang dan Kota Batu yang akan dimulai pada 18 Agustus 2020.
Uji coba sekolah tatap muka Ini merupakan program Dindik Jatim di masa pandemi Covid-19 saat ini.
Dinas pendidikan Jatim meminta setiap kota/kabupaten memiliki satu perwakilan ujicoba. Masing-masng satu SMK, satu SLB dan satu SMA.
Di Kota Malang sekolah yang ditetapkan akan melakukan ujicoba tatap muka yaitu SMK El Hayat, SLB River Kids dan SMAN 2.
Shalihin, Kepala SMK El Hayat pada suryamalang.com membenarkan adanya penunjukan rencana ujicoba dan sekolahnya juga sudah memulai tatap muka meski bergantian.
"Kami kan ada dalam naungan pondok. Jadi santri sudah masuk pondok sejak 12 Juli 2020 lalu. Kami memadukan antara daring dan luring," papar Shalihin, Kamis (13/8/2020).
Sekolah ini berada di Kecamatan Kedungkandang.
Para santri sebelum dua pekan masuk sudah diminta isolasi mandiri di rumah.
Saat masuk pondok, walisantri menyerahkan surat pernyataan itu.
"Paling ekonomis adalah santri melakukan isolasi mandiri dulu. Sebab kalau harus rapid test berat bagi wali santri," tuturnya.
Di dalam yayasan di pondok ini ada lembaga pendidikan jenjang MI, MTs, MA dan SMK.
Maka siswa yang tinggal di pondok bisa belajar tatap muka setiap hari di sekolah.
Tapi bagi yang tidak tinggal di pondok, ada jadwalnya. Misalkan minggu pertama siswa MI, minggu kedua siswa MTs, ketiga siswa MA dan minggu keempat siswa SMK.
"Saat belum giliran masuk, mereka daring," katanya.
Disebutkan, aktivitas santri yang mondok dan sekolah berjalan biasa sudah hampir satu bulan sejak 15 Juli 2020.
Namun jam pelajarannya sampai siang. Mulai jam 07.30-11.30 WIB. Sorenya mereka ngaji.
Habis subuh sampai pukul 06.00 WIB juga mengaji dan bersiap ke sekolah.
"Dengan diatur per jenjang setiap minggu, maka di sekolah juga tidak ada kerumuman ," terang Shahilin.
Sekolah juga menyiapkan masker dan thermo gun untuk cek suhu.
Sedang untuk hand sanitizer, santri membawa sendiri dari rumah.
Karena sudah menjalankan tatap muka terbatas, maka Shahilin menyampaikan kesiapan SMK-nya ke Kepala Cabdin, Ema Sumiarti.
Selain itu, jumlah siswanya juga kurang dari 100 orang. Sebanyak 50 persen tinggal di dalam pondok pesantren.
Sedang di SMAN 2, untuk kelas ujicoba tatap muka masih menunggu kepastiannya pada 18 Agustus 2020.
Namun sekolah ini sudah membuka kelas tatap muka bagi 20 siswa yang masuk KBC (Kelas Belajar Cepat) sejak Senin lalu.
"Sebelum itu, kami melakukan pooling dulu," kata Haryanto, Kepala SMAN 2, Jumat (13/8/2020).
Hasilnya, sebagian besar ingin luring baik dari siswa, guru dan orangtua.
Siswa KBC belajar selama dua tahun. Saat Mapel umum, lokasinya antara lain di aula sekolah.
Setelah itu mereka kembali ke kelas masing-masing sesuai peminatan. Nanti jika jadi ada ujicoba tatap muka terbatas, sekolah sudah memiliki desain/konsepnya. (Sylvianita Widyawati)