Ada 68 pegawai yang berisi warga desa setempat yang bekerja di wisata Lontar Sewu.
Wisatawan berdatangan, ekonomi bergeliat lagi dengan penerapan protokol kesehatan ketat, membuat wisata Lontar Sewu berkembang pesat.
Kini, ada 12 wahana permainan, mulai dari Sky Bike, Kereta Sawah, Tagada, Titanic, Carousel, Kereta Mini, Rumah Balon, Mandi Bola, Helikopter, Taman Kelinci dan Sepeda Air.
Pengunjung terlebih dahulu mencuci tangan, wajib menggunakan masker sebelum masuk, kemudian akan di cek suhu tubuh menggunakan thermo gun.
Petugas menggunakan pengeras suara berkeliling mengingatkan protokol kesehatan warga.
Selama Ramadan, edu wisata Lontar Sewu ini dimanfaatkan warga sebagai lokasi ngabuburit bersama keluarga.
Tua, muda dan anak-anak tersenyum bermain sejumlah wahana.
Biaya masuk pada hari biasa hanya Rp 5 ribu, sedangkan pada hari libur, pengunjung hanya dikenai biaya Rp 8 ribu.
Wahana yang paling mahal dan favorit di sini adalah Sky Bike dengan tarif 25 ribu bersepeda di atas rel yang mengelilingi lokasi wisata di atas ketinggian. Panjang relnya mencapai 300 meter.
Pada hari ke-9 ramadan ini, omzet edu wisata tidak bisa dipandang remeh.
Panorama sawah dan pohon lontar yang berkembang dengan 12 wahana wisata buatan ini menghasilkan pundi-pundi rupiah hingga puluhan juta.
“Pengunjung mencapai 2 ribu masuk secara bergantian, omset setiap harinya mencapai sekitar Rp 80 juta,” tuturnya.
Para pengunjungnya selain dari Gresik, rata-rata berasal dari luar kota seperti Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo.
Selain wahana wisata, pengunjung juga bisa berbuka puasa dengan makanan khas ayam Menganti, belut dan minuman es legen atau siwalan yang merupakan menu khas Desa Hendrosari.
Abdullah Hamdi, salah satu anggota DPRD Gresik menyebut inovasi kepala desa yang memiliki warga 2.000 jiwa dan pendapatan minim, membuat gagasan tempat wisata Lontar Sewu.