SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Kebijakan pemerintah yang mengizinkan masyarakat menjalani mudik lebaran mendatangkan suka cita tersendiri bagi awak bus antara kota di masa Lebaran tahun ini.
Meski jumlah penumpang bus sejauh ini masih minim dan belum kembali normal seperti saat sebelum masa pandemi, tapi para awak bus sudah berterimakasih dengan adanya kebijakan pemerintah itu.
Dicabutnya larangan mudik, setelah dua tahun menggantang Covid-19, tak lantas membuat masyarakat berbondong-bondong memanfaatkan jasa angkutan umum.
Jumlah masyarakat yang menggunakan jasa angkutan umum, belum bisa dikatakan meningkat signifikan.
Salah seorang kondektur Perusahaan Otobus (PO) Jaya Utama, Sumantri mengatakan, sejak H-10 pada Jumat (22/4/2022), busnya hanya berhasil membawa sekitar 15-20 orang penumpang dari Terminal Tambak Osowilangun (TOW), setiap harinya.
Jumlah itu, terbilang lumayan, meski tidak bisa dikatakan membludak untuk momen mudik lebaran.
Belum lagi ditambah dengan penumpang yang naik dari bahu jalan sepanjang rute jurusan Surabaya Jatim ke Semarang Jateng.
Paling tidak, tahun ini, Sumantri dan dua orang temannya; sopir dan kernet, dapat membawa uang hasil antar jemput penumpang, lebih banyak ketimbang dua tahun lalu.
"Kadang dari sini, sedikit tapi saat jalan, ada orang. Perubahannya seperti itu," kata Sumantri, Senin (2/5/2022).
Warga asal Tuban itu tak menampik, kebijakan pembatasan sosial yang beragam selama pandemi dua tahun lalu, mempengaruhi psikologis masyarakat atau calon penumpang.
Apalagi dengan banyak persyaratan keabsahan hasil tes kesehatan, yang harus dibawa penumpang sebelum melakukan perjalanan angkutan umum.
Dua tahun lalu, meski sudah 'ngalor-ngidul' mencari penumpang di terminal dan warga di sepanjang rute perjalanan, busnya tetap saja kosong melompong, karena masyarakat masih takut.
Akibatnya, sirkulasi keuangan PO busnya bak pepatah 'besar pasak daripada tiang', biaya pengeluaran untuk operasional bus masih tetap bahkan cenderung meningkatkan, apesnya penghasilan tiap bulannya makin menurun drastis.
"Saat itu kami dirasakan dulu (tetap beroperasi), setelah itu bus masuk semua (dikandangkan) semua, enggak kerja hampir 2 bulan. Bahkan yang terakhir kami dikandangkan total," ungkapnya.
Mewakili suara para pekerja jalanan kru PO bus di TOW Surabaya, Sumantri berharap pemerintah secara konsisten menerapkan kebijakan perjalanan angkutan umum bebas tanpa syarat berbelit, seperti saat ini.
"Ya saya terima kasih dibuka terus seperti ini, biar kami dapat penghasilan, untuk memenuhi keluarga, biar asap dapur bisa menyala terus," pungkas pria yang telah menjadi kondektur bus selama 10 tahun itu.
Sementara itu, Kepala Unit Terminal Tambak Osowilangun (TOW) Surabaya Imam Hidayat, tak menampik bahwa jumlah penumpang momen arus mudik moda transportasi umum darat; bus di TOW, terbilang menurun, dibandingkan tahun 2019 atau sebelum pandemi.
Sejumlah kalangan masyarakat, diduga masih ragu-ragu mengenai ada tidaknya pemberlakuan screening test kesehatan seperti yang pernah terjadi dua tahun lalu atau saat maraknya kebijakan pembatasan sosial.
Bahkan, kebijakan untuk mewajibkan pemudik melengkapi vaksinasinya hingga dosis ke-3 atau booster, diduga acap disalahartikan oleh masyarakat sebagai bentuk pembatasan.
"Dibilang ada PPKM apa enggak di jalan, apalagi sekarang harus pakai booster, mungkin masih masih ragu-ragu. (Makanya) mereka memilih untuk memakai mobil sendiri, roda 2," ungkapnya.
Kondisi menurunnya jumlah penumpang angkutan darat di TOW itu, sejatinya tidak hanya terjadi saat momen mudik lebaran tahun ini.
Pada hari biasa, jumlah penumpang juga tidak bisa dikatakan, banyak.
Imam menganggap, hal tersebut sebagai pekerjaan rumah (PR) baginya, yang harus segera dituntaskan pascamomen arus mudik dan balik lebaran.
Pihak jajarannya, masih terus berkoordinasi dengan pihak pengusaha dari PO yang terdaftar di TOW, agar meningkatkan minat masyarakat memanfaatkan moda transportasi umum darat yang tersedia di TOW.
"Kita juga lakukan pendekatan dengan pengusaha (PO), bagaimana caranya kita menarik penumpang," jelas mantan Kepala Terminal Purabaya itu.