TRAGEDI AREMA VS PERSEBAYA

Relawan Medis Korban Tragedi Kanjuruhan Menjalani Trauma Healing di Posko Psikologi UMM

Penulis: Sylvianita Widyawati
Editor: rahadian bagus priambodo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Muhammad Dewa Saputra siswa kelas 12 SMK Muhammadiyah 1 Kota Malang adalah relawan medis yang menjadi korban dalam tragedi Kanjuruhan. Ia menjalani trauma healing di Posko Pelayananan Psikologi UMM, Minggu (9/10/2022). Selama sepekan dirawat di RSI Unisma karena sakitnya antara lain kena pukulan aparat selama lima kali.

SURYAMALANG.COM|MALANG- Ditemani teman satu sekolahnya, Muhammad Dewa Saputra, siswa kelas 12 SMK mendatangi Posko Pelayanan Psikologi UMM, Minggu (9/10/2022).

Dewa adalah relawan medis yang menjadi korban kerusuhan di Stadion Kanjuruhan usai pertandingan Arema FC vs Persebaya, pekan lalu.

Ia mengalami pukulan aparat saat tragedi Stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang pada Sabtu (1/10/2022). 

"Sebenarnya dia sudah pakai baju relawan medis dari rescue 020. Ini yang menjadikan trauma. Selain itu juga trauma karena tidak bisa menyelamatkan anak kecil dan meninggal dunia. Dia merasa bersalah," kata

Muhammad Faqih Setiawan, teman sekolah Dewa kepada suryamalang.com, Minggu (8/10/2022).

Siswa dari program keahlian Asisten Keperawatan itu sudah lama jadi relawan medis di rescue itu.

"Dia minta bantuan ke posko ini karena belum pulih psikisnya," kata dia.

Dewa sempat dirawat karena kritis di RSUD Kanjuruhan pada Sabtu malam (1/10/2022) pukul 23.00 WIB sampai Minggu (2/10/2022). 

Kemudian pulang dan kemudian dibawa ambulans PCNU ke RSI Unisma selama sepekan.  Ia baru kembali ke rumahnya pada Sabtu sore (8/10/2022). Ia mencari bantuan psikis untuk atasi traumanya.

"Saya menjalani trauma healing satu jam. Saya sharing pengalaman. Rasanya baru merasa nyaman disini. Saya diminta lebih banyak berdoa, sholat," kata Dewa pada suryamalang.com usai trauma healing di posko yang berada di lantai satu masjid kampus.

Pasca kejadian, ia tidak bisa tidur. Biasanya tidur jam 22.00 WIB menjadi tidur pukul 03.00 WIB atau pukul 04.00 WIB. Setelah itu bangun pagi jam 05.30 WIB.

"Seperti orang insomnia. Saya coba cepat tidur dengan melihat HP juga gak mempan. Kalau mendengar Kanjuruhan, saya seperti melihat lagi kejadiannya," kata Dewa.

Ia merasa trauma karena menyaksikan sendiri banyak yang meninggal.

"Saya menyelamat anak-anak itu karena khawatir terkena injakan-injakan," jelasnya. Tapi nyawanya tidak tertolong. Ia menggambarkan jika kedua tangannya bergetar saat menolong anak itu. Ia juga mengalami sobek pada mulutnya. Tapi saya bersihkan agar teman-teman tidak tahu saya mengalami ini," tuturnya.

Bekal pukulan terasa dampaknya berikutnya. Ada luka di tengkuk. Ia ditendang aparat lima kali yang membuat ia sesak dan kejang. Padahal ia memakai baju tugas lengkap. Anak kecil yang meninggal sudah dibawa orangtuanya.

Halaman
12

Berita Terkini