Erupsi Gunung Semeru

Mengenal Gunung Semeru yang Alami Erupsi Sejak Pukul 3 Pagi, Gunung Tertinggi di Pulai Jawa

Penulis: Ratih Fardiyah
Editor: Adrianus Adhi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gunung Semeru kembali erupsi, Rabu (9/11). Jutaan kubik lava keluar dari perut bumi. Material itu kini mengendap di kawasan lereng. Catatan dari Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG), magma itu mengendap di jarak 4,5 kilometer dari Puncak Jonggring Saloko

SURYAMALANG.COM, MALANG - Mengenal Gunung Semeru yang alami erupsi sejak pukul 03.00 WIB Minggu (4/12/2022).

Gunung Semeru adalah gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian 3.676 m dpl.

Tak hanya tertinggi di Pulau Jawa, Gunung Semeru juga menjadi salah satu gungung tertinggi di Indonesia.

Gunung Semeru menjadi gunung keempat tertinggi setelah Gunung Jayawijaya, Gunung Kerinci, dan Gunung Rinjani.

Tak heran jika kemudian Gunung Semeru masuk di jajaran Indonesia Seven Summits dan kerap dikunjungi pendaki lokal maupun internasional.

Gunung Semeru memiliki puncak bernama Puncak Mahameru dengan kawahnya yang bernama Jonggring Saloko.

Mitos asal usul Gunung Semeru tertuang dalam kitab Tantu Panggelaran yang menyebut bahwa Gunung Semeru adalah bagian dari Gunung Meru yang berada di India.

Puncak Gunung Meru tersebut dibawa oleh Dewa Brahma dan Dewa Wisnu untuk menjadi ‘paku bumi’ bagi Pulau Jawa yang saat itu masih terus berguncang dan terombang-ambing karena mengambang di lautan luas.

Letak Gunung Semeru

Secara administratif masuk ke wilayah dua Kabupaten yaitu Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Secara astronomis, letak Gunung Semeru berada di antara 8°06’ Lintang Selatan dan 112°55' Bujur Timur.

Gunung Semeru juga merupakan bagian dari kawasan konservasi yang dikelola oleh Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).

Karakteristik dan Sejarah Letusan Gunung Semeru

Dilansir dari laman Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Gunung Semeru merupakan gunungapi bertipe strato dengan kubah lava.

Sebagai gunungapi aktif, letusan Gunung Semeru umumnya berupa letusan abu bertipe vulkanian dan strombolian.

Pada saat terjadi letusan eksplosif biasanya diikuti oleh aliran awan panas yang mengalir ke lembah-lembah dan dikenal dengan nama wedhus gembel.

Sementra dilansir dari laman Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sejarah letusan Gunung Semeru pada periode 1818 hingga 1913 tidak memiliki banyak informasi yang terdokumentasikan.

Kemudian pada 1941-1942 terekam aktivitas vulkanik dengan durasi panjang, di mana saat itu letusan sampai di lereng sebelah timur dengan ketinggian 1.400 hingga 1.775 meter, sementara material vulkanik menimbun pos pengairan Bantengan.

Aktivitas beruntun tercatat pada tahun 1945, 1946, 1947, 1950, 1951, 1952, 1953, 1954, 1955 – 1957, 1958, 1959, dan 1960. Pada 1 Desember 1977, terjadi guguran lava yang menimbulkan awan panas guguran dengan jarak hingga 10 km di Besuk Kembar dan Besuk Kobokan.

Volume endapan material vulkanik mencapai 6,4 juta m3 di mana sawah, jembatan dan rumah warga yang ada di wilayah terdampak menjadi rusak. Aktivitas vulkanik tersebut berlanjut dan tercatat pada rentang tahun 1978 – 1989.

PVMBG juga mencatat aktivitas vulkanik Gunung Semeru pada 1990, 1992, 1994, 2002, 2004, 2005, 2007 dan 2008. Pada tahun 2008, Gunung Semeru tercatat beberapa kali erupsi, yaitu pada rentang 15 Mei hingga 22 Mei 2008.

Pada 22 Mei 2008, terjadi empat kali guguran awan panas yang mengarah ke wilayah Besuk Kobokan dengan jarak luncur 2.500 meter.

Selanjutnya pada 4 Desember 2021, terjadi erupsi Gunung Semeru yang mengeluarkan guguran awan panas mengarah ke Desa Curah Roboan, Kecamatan Pronojiwo, dan Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang yang menimbulkan korban jiwa, Lebih lanjut, Gunung Semeru telah mengalami sekitar 20 letusan yang tercatat dari Januari hingga Oktober 2022.

Selain letusan, yang harus diwaspadai adalah banjir lahar hujan yang kerap terjadi di lereng Gunung Semeru.

Saat ini aktivitas Gunung Semeru tergolong fluktuatif, sehingga pada Oktober 2022 statusnya masih berada pada Level III (Siaga).

Jalur Pendakian Gunung Semeru

Jalur pendakian Gunung Semeru dimulai dari pos Desa Ranu Pani (2.100 m dpl) di mana pendaki harus melapor (check in).

Dari Ranu Pane, pendaki akan berjalan sekitar 10 km menuju Ranu Kumbolo (2.390 mdpl) untuk berkemah dan mengisi persediaan air.

Selanjutnya perjalanan akan dilanjutkan melalui Tanjakan Cinta, melewati Oro-oro Ombo, Cemoro Kandang, Jambangan, hingga Kalimati (3.200 mdpl).

Setelah dari Kalimati, pos berikutnya adalah Arcopodo yang menjadi batas vegetasi.

Setelah melewati Arcopodo, pendaki bisa bersiap untuk summit atau melakukan pendakian menuju puncak Gunung Semeru.

Sebagai catatan, pendaki yang mencapai puncak Mahameru harus mewaspadai hembusan awan panas dan gas beracun yang keluar dari kawah Jonggring Saloka.

Destinasi wisata di jalur pendakian di Gunung Semeru

Selain Puncak Mahameru di antaranya adalah Ranu Pani, Ranu Regulo, Ranu Kumbolo, Padang Rumput Jambangan, Oro-oro Ombo, Cemoro Kandang, Kalimati, dan Arcopodo.

Untuk berkemah di dalam kawasan TNBTS, pengunjung bisa menggunakan fasilitas di Camping Ground Cemoro Lawang, Nongkojajar, Ranu Pani, Ranu Kumbolo, dan Ranu Darungan.
Selain menarik sebagai tempat pendakian, Gunung Semeru juga memiliki berbagai tempat wisata alam yang dapat dikunjungi.

Destinasi wisata di non pendakian di Gunung Semeru antara lain Air Terjun Coban Pelangi, Air Terjun Sumber Pitu, Air Terjun tumpak Sewu, Air Terjun Coban Srengenge, Hutan Pinus Semeru, Candi jawar, Candi Samudro dan masih banyak lagi.

Seperti dilansir dari Kompas: Mengenal Gunung Semeru, Gunung Tertinggi di Pulau Jawa yang Konon Merupakan “Paku Bumi” Tanah Jawa

Update berita terbaru di Google News SURYAMALANG.com 

Berita Terkini