Tidak sampai di situ, sejumlah oknum melanjutkan teror dengan menggunakan kendaraan roda dua.
"Kaca belakang habis karena dilempar secara bergantian sama sepeda motor yang mengejar dari stadion itu," kata Kuncoro.
"Akhirnya saya sempat ke belakang untuk bilang nutup pakai kelambu, tapi saya malah kena kaca besar dan mengalami luka robek dalam,"
"Kata dokter pas sampai hotel waduh ini harus ke rumah sakit, saya enggak mau tapi karena lukanya dalam bisa tetanus," lanjutnya berkisah.
Sebagai pesepak bola yang familiar dengan rivalitas, hal semacam ini sudah bukan hal baru bagi Kuncoro.
Kuncoro hanya menyayangkan kejadian tersebut bisa terjadi lagi di era sepak bola modern seperti sekarang.
Lebih lanjut, Kuncoro menekankan kembali pemain tidak ada sangkut pautnya dengan isu-isu sensitif yang sedang beredar.
"Alhamdulillah ya itu risiko dari pemain bola"
"Tapi saya harap ini menyangkut masalah nyawa, tolong suporter kalau ke pemain jangan ekstrem," harap Kuncoro.
"Kita sendiri tahu seperti ini sepak bola Indonesia. Sudah risikonya seperti ini"
"Tapi kemarin sempat kita tidak menyangka sampai seperti itu," pungkasnya.
Sebelumnya, manajer Arema FC, Wiebie Dwi Andriyas sempat menceritakan situasi di sana.
Wiebie menyampaikan, saat itu rombongan tim Arema FC hendak menuju tempat penginapan.
Namun, setelah keluar dari Stadion tiba-tiba bus yang ditumpangi pemain dan jajaran ofisial tim Arema FC itu mendapatkan serangan dari suporter tuan rumah.
"Awalnya kami disuruh nunggu sampai suporter pulang. Ternyata semua gak ada yang pulang nunggu sampai kami keluar. Setelah kami keluar langsung diserbu," ucapnya.