SURYAMALANG.COM - Selepas Tragedi Stadion Kanjuruhan penampilan Arema FC di orbit Liga 1 2022 terlihat tidak konsisten.
Pada tragedi yang meletus setelah Arema FC dikalahkan Persebaya Surabaya 2-3 itu, tercatat ratusan jiwa meninggal dunia.
Melanjutkan kompetisi setelah Tragedi Stadion Kanjuruhan, Arema FC sempat meraih lima kemenangan beruntun saat kompetisi kembali digulirkan dengan sistem bubble.
Namun, performa Arema FC justru turun drastis pada dua laga terakhir putaran pertama Liga 1 2022-2023.
Hasil minor itu disusul dengan tiga kekalahan beruntun pada tiga partai awal putaran kedua.
Melihat performa tim yang inkonsisten, pelatih Arema FC, I Putu Gede, mencoba memberikan penanganan khusus kepada para pemain agar kembali ke performa terbaik.
Sebagai legenda hidup Arema, I Putu Gede, sudah hafal luar dalam tentang bagaimana kondisi dan karakteristik permainan tim.
Ia mencoba kembali menghidupkan persaingan antarpemain untuk bisa merebut satu tempat di susunan starter.
Pendekatan I Putu Gede jelas terlihat dalam tiga laga terakhir Arema FC, di mana nama Adilson Maringa tidak tertera sebagai kiper inti.
Padahal, sebelumnya, Adilson Maringa nyaris tak tersentuh dan selalu menjadi pilihan utama.
I Putu Gede menyinggung soal hukum prestasi yang diberlakukan di Arema FC.
Sang pelatih menghendaki pemain Arema FC tidak ada yang merasa nyaman dengan posisinya sebagai pemain utama.
"Saya tipikal yang enggak bergantung pada satu pemain saja."
"Prinsip hukum prestasi ini harus ditanamkan ke diri pemain."
"Siapa pun punya kesempatan yang sama dan prosesnya sama," ujar I Putu Gede, dikutip SURYAMALANG.COM dari Kompas.com.