SURYAMALANG.COM, MALANG - Kanker Nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang menyerang area tenggorokan.
Kanker ini termasuk kanker yang paling sering menyerang kepala dan leher.
Kanker Nasofaring muncul akibat rokok, baik perokok aktif maupun perokok pasif.
Berikut ini wawancara ekslusif wartawan SURYAMALANG.COM, Septyana Eka dengan dokter RSI Unisma, dr Fifin Pradina Duhitatrissari Sp THT-KL terkait penyebab, gejala dan cara mengobati kanker Nasofaring.
Wawancara eksklusif ini dapat disaksikan di kanal YouTube Surya Malang.
Apakah kanker Nasofaring itu?
Kanker nasofaring adalah proses penyakit yang masuk dalam golongan Neo plasma atau keganasan yang lokasinya berada di nasofaring.
Nasofaring berada di ujung belakang hidung, dan berbatasan dengan area tenggorokan.
Kanker nasofaring sulit terdekteksi karena lokasinya tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Untuk mengetahui lokasinya harus menggunakan alat dan pemeriksaan di Poli THT.
Apakah kanker Nasofaring menyerang atau mengintai perokok?
Memang iya, tapi tidak 100 persen. Namun di antara faktor risikonya adalah perokok, baik perokok aktif maupun perokok pasif.
Apakah nge-vape juga bisa terkena kanker nasofaring?
Vape termasuk generasi baru dari rokok. Vape merupakan rokok elektrik. Jadi, vape masih satu saudara dengan rokok.
Risiko untuk bisa menyebabkan kanker nasofaring tetap ada peluang. Jadi, di balik rasa vape, tetap ada bahaya yang mengintai.
Selain asap rokok dan vape, apakah asap seperti asap pembakaran dan debu bisa menyebabkan kanker nasofaring?
Kalau melihat organ anatominya, bisa saja menjadi penyebab timbulnya kanker nasofaring karena asap itu masuk melalui hidung, kemudian partikel itu bermanifes di daerah nasofaring.
Kalau terpaparnya langsung dan terus menerus, kemudian ada faktor genetik dan faktor infeksi, itu akan mencetuskan proses imflamasi berupa kanker nasofaring.
Apakah kanker nasofaring bisa dari keturunan atau faktor genetik?
Pada garis besarnya, semua penyakit yang disebut neoplasma atau kanker keganasan itu bisa juga dari faktor genetik.
Mungkin ada benjolan tumor ganas yang berisiko menyebar ke seluruh tubuh, itu selalu ada peran genetik.
Jadi, peran genetik itu bisa diturunkan secara langsung, bisa juga tidak langsung. Kalau secara langsung, misalnya dari orang tua ke anak.
Kalau yang tidak langsung, misalnya bude yang pernah sakit kanker, kemudian turun ke cucunya.
Jadi, dalam satu garis famili itu bisa menurun. Namun untuk garis keturunan, kanker yang diturunkan tidak pasti sama.
Gejala kanker nasofaring itu seperti apa?
Jika ada keluhan di hidung, hidungnya sering mimisan atau hidungnya tersumbat salah satu.
Kalau hidung tersumbat salah satu, khawatir ada tumor di dalam hidung.
Selain itu, ada gangguan pada pendengaran telinga. Nyeri telinga dan gangguan penglihatan bisa menjadi tanda atau gejala kanker nasofaring.
Gejala yang perlu diwaspadai adalah muncul benjolan di area leher. Kalau ada gejala-gejala itu harus segera diperiksakan.
Untuk itu perlu deteksi dini. Bila salah satu gejala itu muncul, segera periksa. Karena kalau sudah muncul benjolan, biasanya sudah mulai masuk pada stadium berikutnya.
Kanker nasofaring itu ada khasnya, yaitu benjolan di dekat rahang, dan di belakang daun telinga.
Jadi, benjolan di daerah itu membesar. Kalau diraba, padat, tidak kenyal, ukurannya tambah besar, dan kadang disertai dengan luka.