Ratapan Pilu Ayah Mahasiswa UI Ingin Pelaku Dihukum Mati, Firasatnya Tak Enak Sejak Zidan Dibunuh

Penulis: Sarah Elnyora
Editor: Adrianus Adhi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sohibi Arif dan istrinya, Elfira Rustina (kiri), Altafasalya Ardnika Basya, pelaku (kanan). Ratapan pilu ayah mahasiswa UI ingin pelaku dihukum mati, firasatnya tak enak sejak Zidan dibunuh

SURYAMALANG.COM, - Ratapan pilu ayah mahasiswa UI ingin pelaku pembunuh putranya dihukum mati tak bisa dibendung lagi. 

Ayah korban, Sohibi Arif ingin pelaku dihukum setimpal dengan perbuatannya menghilangkan nyawa orang lain. 

Bagi Sohibi Arif, hukuman mati adalah sanksi yang adil untuk pelaku Altafasalya Ardnika Basya (23).

Altaf dengan sengaja membunuh Muhammad Naufal Zidan (19) di kamar kos kawasan Kukusan, Kota Depok.

Altaf dan Zidan sama-sama mahasiswa Universitas Indonesia (UI) di Fakultas Ilmu Budaya jurusan Sastra Rusia tapi beda angkatan. 

Pelaku merupakan senior yang sudah dianggap abang oleh korban.

Orang tua pun tidak bisa menahan kesedihan saat jenazah Zidan dimakamkan di Lumajang, Sabtu (5/8/2023) siang.

Ibunda Zidan, Elfira Rustina juga tak kuasa menahan tangis meratapi kepergian putranya di pemakaman desa Kelurahan Jogoyudan, Kabupaten Lumajang.

"Pulanglah nak tidak apa-apa ibu ikhlas," kata Elfira sambil menangis mengutip Kompas.com.

Baca juga: Mimpi Buruk Menghantui Pelaku Pembunuhan Mahasiswa UI, Korban Datang Mau Balas Dendam Bak Pertanda

Orang tua Muhammad Naufal Zidan saat jenazah mahasiswa UI dimakamkan (SURYA.CO.ID/Erwin Wicaksono)

Pada saat pemakaman, peti jenazah Zidan tidak dibuka sama sekali ketika berada di rumah duka.
 
Jenazah kemudian disalatkan dan diantar menuju tempat pemakaman.

Terlihat ratusan pelayat mengiringi jenazah korban hingga proses pemakaman berakhir termasuk kedua orang tua dan adik kandung Zidan.

Bahkan Elfira tak kuasa membendung tangisnya hingga ditenangkan oleh para keluarganya.

Sementara itu, Sohibi Arif menjelaskan alasan kenapa pelaku harus dihukum mati.

"Saya berharap pelakunya harus (dihukum) mati. Lantaran anak saya sudah tidak ada nyawanya, pelakunya juga harus tidak ada nyawanya. Itu baru adil," tegas Sohibi Arif.

Shobiri Arif pun bercerita sang anak hilang kontak selama tiga hari sebelum jasadnya ditemukan di kamar kos.

Menurut Sohibi Arif, Zidan tidak bisa dihubungi sejak Rabu (2/8/2023) malam.

Padahal, Rabu pagi Zidan masih membalas pesan WhatApps dari sang adik.

"Saya itu setiap salat magrib selalu saya tanya ke Zidan kondisinya bagaimana, kabarnya bagaimana dan Rabu itu HP-nya sudah tidak aktif lagi," kata dia dikutip dari Kompas TV, Sabtu (5/7/2023).

Sohibi Arif pun mencoba untuk menghubungi ponsel Zidan keesokan harinya pada Kamis namun tetap juga tidak mendapatkan jawaban.

Rasa curiga terus menghantui, sampai akhirnya Sohibi Arif menyuruh istrinya meminta bantuan saudara di Jakarta mencari tahu keberadaan Zidan.

"Sampai Kamis tetap tidak aktif, akhirnya saya merasa curiga pikiran tidak enak" kata Sohibi Arif melansir Tribunnews

"Akhirnya saya ke istri saya menyuruh menyuruh saudara-saudara saya di Jakarta untuk mengunjungi indekos Zidan," imbuhnya. 

Sebetulnya sejak Rabu, perasaan Shobiri Arif sudah tak enak sampai membuatnya tidak bisa tidur.

Selain keluarga di Jakarta, Shobiri Arif juga sempat minta pertolongan dari pemilik kos agar mengunjungi kamar Zidan.

"Malam Kamis saya tidak bisa tidur mulai jam 10.00 jam 01.00 menghubungi pemilik kos" ujar Shobiri Arif. 

"Saya minta tolong dilihatkan anak saya, sudah dua hari tidak kontak saya. Akhirnya dia (pemilik kos) ketuk pintu kosan anak saya tapi tidak ada respon," jelasnya lagi. 

Diketahui, Zidan tewas dibunuh seniornya pada Rabu (2/8/2023) pukul 18.00 WIB dan jenazahnya baru ditemukan pada Jumat (5/8/2023).

Kini Shobiri Arif yang tinggal di Probolinggo tidak lagi mendapat kabar dari anaknya setiap salat maghrib yang jadi kebisaaan mereka setiap hari. 

Semasa Zidan hidup di Jakarta, Shobiri Arif selalu menanyakan kondisi putranya itu setiap hari selepas salat maghrib. 

Menurut Waksat Reskrim Polres Metro Depok, AKP Nirwan Pohan, pelaku merupakan senior yang sudah dianggap abang oleh korban.

Bahkan pelaku kembali mendatangi kosan korban sehari setelah pembunuhan sambil membawa plastik hitam yang biasa digunakan untuk tempat sampah.

Pelaku juga membawa kapur barus yang belakangan diketahui dibeli untuk menghilangkan bau amis darah korban.

Pasalnya korban dalam kondisi berlumur darah setelah berkali-kali ditusuk pisau pada bagian dadanya.

"Dia datang lagi ke kosan korban merapihkan barang-barang korban termasuk mengepel darah korban," kata Nirwan, Sabtu (5/8/2023).

Setelah rampung merapihkan kamar kos korban, pelaku pun mengikat jasad korban menggunakan lakban.

Tangan diikat pakai lakban, lalu dimasukan ke dalam kantong plastik hitam tersebut.

"Lalu diikat lagi hingga membentuk pocong dan disimpan di kolong tempat tidur, baru setelah itu pelaku pergi," ucap Nirwan.

Tak habis sampai situ, pelaku juga menaburkan kapur barus demi menghilangkan bau amis darah korban.

"Kapurnya ditaburkan di sekitar lokasi kejadian," sambungnya.

Siapa sangka sebelumnya pelaku hendak menguburkan jasad korban.

Namun pelaku kebingungan dimana ia harus menguburkannya.

Ditambah pelaku juga bingung bagaimana caranya mengeluarkan jasad korban dari dalam kamar kos.

Dia bingung gimana mengeluarkan mayat korban dari kosan, akhirnya kembali beraktivitas seperti biasa," kata Nirwan.

Pelaku saat ini sudah diamankan polisi dan harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Pembunuhan itu dilakukan karena pelaku iri dengan kesuksesan korban.

Pelaku juga terlilit utang pinjaman online alias pinjol hingga tak punya uang buat bayar kontrakan.

Dibunuh pada Rabu, jasad korban baru ditemukan dua hari kemudian dalam keadaan terbungkus plastik hitam di bawah kasur kosannya. 

Kerabat dan penjaga kosan menemukan jasad korban setelah mendobrak pintu kamar yang terkunci.

Penemuan jasad korban berawal dari rasa curiga teman-temannya yang sudah dua hari tak ada kabar.

Apalagi korban memiliki tugas untuk membimbing mahasiswa baru Universitas Indonesia.

Jasad Mahasiswa UI Dibiarkan Sehari di Kosan, Besokannya Pelaku Balik Lagi Bawa Plastik dan Kapur

Artikel TribunJakarta 'Jasad Mahasiswa UI Dibiarkan Sehari di Kosan, Besokannya Pelaku Balik'.

Update berita terbaru di Google News SURYAMALANG.com 

Berita Terkini