SURYAMALANG.COM, - Inilah fakta-fakta kondisi Poltekom atau Politeknik Kota Malang yang merana dan merugikan mahasiswanya.
Dari pengakuan mahasiswa Poltekom, dosen-dosen mereka banyak yang keluar karena tidak digaji selama 3 tahun.
Bahkan kini dosen atau pengajar yang masih bertahan cuma tersisa lima orang hingga mahasiswa pun merasa terlantar.
Pasalnya jumlah dosen yang sedikit tidak mampu memenuhi semua kebutuhan belajar dan mata kuliah yang ditempuh oleh mahasiswa.
Berikut sedret fakta-fakta kondisi Politeknik Kota Malang selengkapnya:
1. Mahasiswa Protes di Media Sosial
Mahasiswa yang sudah jenuh dengan situasi di kampusnya melayangkan protes baik di dunia maya dan dunia nyata.
Lewat media sosial, perwakilan mahasiswa mencurahkan kondisi kampusnya dan minta perhatian yayasan agar Poltekom tidak semakin merana.
Sedangkan aksi nyata dilakukan para mahasiswa dengan memasang beberapa spanduk berisi kritik di depan pintu masuk Poltekom.
Para mahasiswa mendesak pihak yayasan kampus bertanggung jawab.
Banner tersebut ada yang bertuliskan: "Katanya Kota Pendidikan Tapi Kampus Kami Hancur Kok Dibiarkan", "Hak Dosen Aja Gak Terpenuhi Apalagi Hak Mahasiswa", "Terlalu Sibuk Berpolitik, Sampai Lupa Ngurusi Politeknik #Save Poltekom" dan lainnya.
Kampus Poltekom sendiri berada dalam kompleks pendidikan di Tlogowaru Kota Malang.
Di kawasan kampus tersebut juga ada SDN, SMPN, SMKN dan perguruan tinggi Poltekom yang berada di atas tanah lahan milik Pemkot Malang.
Awalnya Poltekom memang masih didanai oleh Pemkot Malang.
2. Pengakuan BEM
Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Poltekom, Mahbub Ubaidillah mengatakan di Poltekom terdapat 4 program studi, yakni Teknik Mekatronika, Teknik Informatika, Teknik Telekomunikasi, Destinasi Wisata.
Namun kini hanya tinggal dua prodi yang memiliki mahasiswa, yaitu Mekatronika dan Informatika.
Sebagai mahasiswa jurusan Mekatronika angkatan 2021, Ubaidillah menceritakan keresahannya terkait kondisi Poltekom.
"Bahkan dalam kondisi seperti ini masih menerima mahasiswa baru (maba). Ada enam orang," jelas Abdillah sapaan akrabnya pada wartawan Senin (20/11/2023).
Mahbub sebagai kakak tingkat merasa kasihan kepada adik tingkatnya.
Sebelum tahun 2020, kondisi Poltekom tampak baik-baik saja.
Bahkan pada tahun 2019, Komisi B DPRD Kota Malang juga mendatangi kampus itu terkait aset Pemkot Malang yang ditempati Poktekom.
"Sejauh ini kami sudah mendatangi para pengurus yayasan satu persatu dan direksi. Tapi hasilnya masih belum ada sampai sekarang," kata Mahbub.
Ada beberapa mahasiswa yang bergabung yang berjuang agar Poltekom bisa seperti dulu lagi.
3. Dosen Tidak Digaji 3 Tahun
Selain kurang mahasiswa dan kondisi kampus yang mengenaskan, dosen pun banyak yang keluar karena tidak digaji.
Menurut Mahbub, sejak awal 2023 ini kondisi kegiatan perkuliahan kacau dan hanya tersisa 5 dosen.
"Dosen saat ini menyisakan 5 orang di Teknik Mekatronika dan Teknik Informatika. Pada 2023 awal setelah kami magang itu jadwal kuliah kacau sama sekali," kata Abdillah.
Abdillah memahami dosen yang ada saat ini dan sebelumnya merangkap beberapa mata kuliah membuat para pengajar perlahan mengundurkan diri.
Saat ini pun aktivitas perkuliahan sudah tidak berjalan lagi sejak akhir Desember 2022 lalu.
"Dosen merangkap, banyak mata kuliah, jadi kurang efektif. Setelah itu dosen kami mulai banyak keluar. Di situ kami merasa sedih sekali keadaan kampus seperti ini," ujar Abdillah.
Selain itu, keluarnya para dosen juga disebabkan karena upah selama tiga tahun terakhir belum dibayar.
"Kami tanya langsung (ke dosen), diberitahu kalau dosen-dosen kami enggak digaji sehingga keluar dari 2019-2023, enggak digaji tiga tahun. Dosen kami bilang, yang punya power mahasiswa untuk menyuarakan" pungkas Abdillah.
Hal tersebut membuat para mahasiswa berinisiatif memasang spanduk-spanduk dan dibagikan ke media sosial.
Artikel Kompas.com 'Diduga Dosen Tidak Digaji 3 Tahun, Mahasiswa Poltekom Pasang Kritik'.
4. Mahasiswa Tidak Tahu Konflik Kampus
Abdillah mengatakan tidak tahu menahu soal konflik di Poltekom saat dirinya dulu masuk sebagai mahasiswa baru tahun 2021.
"Namanya maba. Tapi saya merasa aneh. Saya merasa akan mendapat banyak teman di kampus yang jumlahnya ratusan," kenangnya.
Abdillah pun kaget sebab ternyata teman seangkatannya cuma ada 10 orang dan waktu itu dosen masih sisa enam orang.
Sampai kuliah berjalan tiga semester, perkuliahan masih aman, kemudian memasuki tahun 2023 setelah Abdillah magang akhir 2022, jadwal kuliah jadi kacau.
"Ini kampus niat apa gak. Jadwal kuliah gak ada. Saya kan ya berharap ada kegiatan di kampus. Tapi gak ada. SPP tetap bayar. Kondisi makin tidak jelas dan saya merasa jenuh," jawabnya.
5. Direksi Memilih Bungkam
Atas kondisi di Poltekom, Dino selaku direksi Poltekom lewat chat WA tidak bersedia diwawancarai oleh suryamalang.com.
"Selamat siang. Mohon maaf. Mohon hubungi pihak Yayasan saja. Kami, Direksi tidak memiliki kewenangan untuk bicara ke publik. Salam hormat," jawab Dino di chat itu.
6. Mahasiswa Bergerak
Abdillah serta mahasiswa lain merasa sedih karena dosen-dosen banyak yang keluar dan dari informasi yang diterima olehnya pada tahun 2019 ada perombakan di tubuh Poltekom.
Setelah mengetahui struktur yayasan, mahasiswa bergerak mendatangi satu persatu pengurus yayasan.
Struktur yayasan waktu itu ada dewan pembina yang diketuai oleh Peni Suparto.
Lalu ada Ridwan Hisyam sebagai anggota dewan pembina (anggota DPR RI dari Partai Golkar), Nurcholis (Rektor IBU) dan Isnandar (mantan direktur).
"Kami tidak ditunggangi siapapun atas aksi ini karena kami juga korban," jawab Abdillah.
Ketika mahasiswa mendatangi rumah Isnandar, mantan direktur tersebut menyatakan kalau namanya hanya dicatut saja.
Lalu mahasiswa juga menemui Peni Suparto selaku ketua di rumahnya kawasan Kepanjen.
"Beliau menyatakan jika sampai masalah ini gak selesai, tak glangsing wong-wong iki. Dan kita dengan jawaban itu ya alhamdullilah. Berarti ada jalan terbaik. Tapi sampai sekarang gak hasilnya," tutur Abdillah.
Dari jawaban tersebut, Abdillah dan mahasiswa lain menilai Peni Suparto sudah tahu kondisi PTS saat ini.
Sedangkan Nurcholis sendiri janji kepada Peni akan menyelesaikan masalah ini sampai akhir Agustus 2023, namun sampai November 2023 belum ada perubahan.
7. Harapan Mahasiswa
Mahasiswa cuma berharap ada solusi atas masalah di kampus Poltekom seperti ada investor atau yayasan baru yang berisi orang kompeten sehingga kampus berkembang.
Atau ada PTN yang bisa menjadikan Poltekom sebagai PSDKU (Program Studi di luar Kampus Utama).
Permasalahan di Poltekom juga sudah dilaporkan ke LL Dikti wilayah 7 Jawa Timur.
Dari hasil kroscek ke pengurus yayasan, ada penjelasan dari Nurcholis ke mahasiswa dimana sudah mengeluarkan Rp 4 miliar untuk membayar hutang Poltekom.
Akan tetapi dari direksi merasa tidak mendapatkan seribu rupiah pun.
Kondisi di kampus juga banyak kerusakan karena tidak ada pemeliharaan bahkan tidak ada sekuriti dan hanya ada sedikit tenaga pendidik.
Mantan dosen Poltekom yang sudah keluar pada suryamalang.com menyatakan kondisi di sana berat.
Sehingga mantan dosen itu menyarankan mahasiswa pindah ke kampus lain sehingga pendidikan atau perkuliahannya tidak terganggu untuk masa depan mereka.
Mantan dosen itu sendiri juga keluar antara lain karena gaji minim dengan kondisi Poltekom.
Update berita terbaru di Google News SURYAMALANG.com
(Suryamalang|Sylvianita Widyawati/Kompas.com|Nugraha Perdana)