Musim lalu Alex Rins jadi rajanya MotoGP Amerika dengan motor Honda yang secara pencapaian lebih mengenaskan daripada Yamaha.
Saat pembalap Honda lain kepayahan untuk sekadar finis 10 besar, Rins tampil stabil dengan tak pernah keluar dari posisi dua besar dalam kualifikasi, sprint, dan balapan.
Hanya Francesco Bagnaia (Ducati Lenovo) yang tampil lebih baik daripada Rins tetapi tidak untuk selamanya.
Kecepatan tinggi Rins sukses menghadirkan tekanan bagi Bagnaia sehingga terjatuh saat sedang memimpin balapan .
Sejak saat itu pemenang enam balapan di MotoGP itu tak pernah melihat ke belakang.
Rins menjadi Raja COTA dengan gap 3 detik dari sang runner-up, itu impresif untuk ukuran motor yang pada akhir musim menjadi juru kunci klasemen konstruktor.
Kewaspadaan terhadap kecepatan Rins di COTA pun diutarakan oleh rival seangkatan sekaligus suksesornya di LCR Honda yaitu Johann Zarco.
"COTA adalah sirkuit yang bagus bagi Rins!" ucap Zarco merujuk pencapaian rivalnya tersebut pada edisi GP Americas sebelumnya, dilansir dari Crash.net.
"Dia memang luar biasa di sana."
"Sejak masih di kelas Moto3, dia hampir selalu podium di sana. Saya pikir dengan Yamaha, dia juga akan tampil dengan bagus di COTA (tahun ini)."
Hasil podium sudah luar biasa bagi Rins yang kebetulan punya siklus menang tiga tahun sekali di GP Americas.
Musim ini Yamaha masih belum berhasil merangsek ke baris terdepan dengan posisi ketujuh oleh Fabio Quartararo menjadi hasil terbaik mereka sejauh ini pada MotoGP 2024.
Grip belakang, degradasi ban, hingga kecepatan satu lap menjadi kendala Rins dan Quartararo untuk mengekspresikan talenta mereka.
Adapun Rins secara khusus menyebut masalah pada grip depan sebagai kendalanya sejak debut pada MotoGP Qatar.
"Setelah balapan ini (GP Portugal) saya menyadari bahwa saya harus melakukan hal yang berbeda dengan motornya," ucap Rins.