SURYAMALANG.COM , MAKKAH - Puluhan jemaah haji Indonesia masih menjalani perawatan di tanah suci karena sakit.
Terhitung ada 79 orang jemaah, 78 diantaranya sedang menjalani perawatan di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah.
Dari jumlah itu, data menyebut bahwa jemaah terbanyak yang menjalani perawatan adalah jemaah dari Embarkasi Surabaya.
Jumlahnya mencapai 21 orang. Disusul jemaah dari embarkasi lain, termasuk Solo, Ujungpandang, Jakarta, dan sebagainya.
Panitia Penyelengara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi sudah menyiapkan sejumlah kebijakan terkait layanan terhadap para jamaah yang wafat maupun saat ini dalam kondisi sakit. Termasuk layanan lanjutan ibadah.
Untuk jamaah yang saat ini terbaring sakit, ada beberapa skenario yang disiapkan untuk memfasilitasi mereka bisa melaksanakan ibadah di masa puncak haji di Armuzna (Arafah Muzdalifah Mina).
”Skenario itu didasarkan pada kondisi mereka,” kata Pembimbing Ibadah (Bimbad) PPIH Arab Saudi Daker Madinah, KH Aswadi Syuhada.
Menurut guru besar asal Gresik tersebut, Jika kondisi jamaah sakit itu belum memungkinkan untuk menjalani ibadah Armuzna, tapi masih memungkinkan dimobilisasikan, mereka akan mengikuti safari wukuf.
Yakni melintas sejenak di Arafah untuk melaksanakan wukuf, yang notabene adalah ibadah paling inti dari haji.
“Mereka tetap di atas bus untuk wukuf di Arofah, kemudian setelah selesai mereka kembali,” katanya.
Safari wukuf juga berlaku untuk jamaah haji yang masuk kategori lansia serta risiko tinggi (risti).
Pertimbangannya, jika mereka mengikuti ibadah Armuzna secara normal, rawan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Sementara itu, bagi pasien yang secara fisik tidak memungkinkan untuk diikutkan safari wukuf, petugas haji juga akan membadalhajikan jemaah tersebut.
Skenario lain untuk jemaah lansia dan risti adalah skema Murur, alias hanya melintas di Muzdalifah.