"Pada saat itu saya datang ke Puskesmas, anak saya dalam keadaan sehat, karena mau imunisasi. Nah, waktu di puskesmas sebelum suntik sudah dicek dulu suhu tubuhnya, kata bidan normal," ucap Deara, Jumat (14/6/2024) mengutip Tribun Jabar (grup suryamalang).
Deara mengatakan, anaknya memang belum mendapat imunisasi sejak lahir hingga usia tiga bulan.
Anaknya kemudian mendapatkan dua imunisasi, fase 0 bulan dan 2 bulan.
"Jadi kata bidan ini suntiknya dua BCG sama DPT, terus yang ditetes ke mulut dua macam," ujar Deara.
Pada saat itu, petugas medis yang menangani korban, kata Deara tidak meminta persetujuan orang tua terlebih dahulu.
"Pihak bidannya tidak ada melakukan tawaran dulu ke saya, setuju atau tidaknya obat ini diberikan. Disekaliguskan, nyuntik BCG, DTT, sama obat yang ditetes ke mulut," ucap Deara.
Pasca-mendapatkan dua imunisasi sekaligus, mereka pulang ke rumah dengan kondisi anak masih dalam keadaan normal dan tidak menunjukkan gejala.
Sekitar pukul 11.00 WIB, Deara memberikan obat sirup Paracetamol berdasarkan arahan bidan.
Pada pukul 14.00 WIB, korban tiba-tiba menangis histeris dan menolak minum ASI.
"Nah, waktu sekitar jam 14.00 WIB, si dedenya nangis, tapi lama-lama suaranya teh makin kecil, terus tidak mau nenen" kata Deara.
"Waktu itu langsung saya chat bidannya, terus datang bidannya sama seorang dokter ke rumah," ucap Deara.
"Kata bidan ini (disuntik di bagian anus) tindakan pertama. Habis disuntik, diajak-lah ke rumah sakit, di perjalanan, si anak bibirnya sudah ungu, terus kakinya dingin," terang Deara.
Sesampainya di rumah Sakit Asy-Syifa, korban diperiksa bagian dada dan oksigennya, namun tidak merespons.
"Dari situ kita pulang ke rumah sama bidan sama Dinas Kesehatan, terus anak saya dimakamkan jam 17.00 WIB" jelas Deara.
"Buku KIA (Kartu Ibu dan Anak) dibawa sama Dinas Kesehatan. Alasannya buat penyelidikan," ucap Deara.