Caranya, mengirim anak kedua itu ke sebuah pondok pesantren di Sumberpucung, Kabupaten Malang.
Sebelum bisa dikirim, Mulyani melakukan pendekatan kepada keluarga agar mereka bisa membubuhkan tandatangan persetujuan.
Bukan hal yang mudah meyakinkan keluarga agar anak kedua mereka berpisah demi masa depan yang lebih baik.
Namun pada akhirnya pihak keluarga menyerahkan anak kedua untuk dipondokan.
"Di pondokan itu, dia melanjutkan pendidikan ke tingkat menengah pertama. Ia juga melanjutkan pendidikan ke tingkat atas kejuruan," terang Mulyani yang juga menjabat sebagai Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Lowokwaru.
Selama berada di pondok, si anak mendapat bantuan pendanaan dari warga.
Caranya, warga mencari donatur melalui masjid.
Para donatur memberikan dukungan pendanaan sehingga si anak bisa tuntas sekolah di tingkat kejuruan.
"Setelah lulus, anaknya pernah kerja dengan saya di usaha jasa boga, kemudian memilih pekerjaan selanjutnya di bengkel yang memang keahliannya di sana," ujarnya.
Setelah lulus dari SMK dan mendapatkan pekerjaan, pendampingan masih tetap dilakukan. Kali ini kepada seorang anak kecil yang merupakan cucu dari sepasang suami istri tadi.
"Kami lakukan hal yang sama kepada cucunya itu, atau ponakan si anak yang kami dampingi sampai SMK itu. Kami tempatkan juga di pondok agar mendapatkan pendidikan yang layak. Kali ini pondoknya di Gondanglegi," kata Mulyani.
Berkat kerja para jamaah masjid di lingkungan RW, para donatur masih memberikan dukungan dana untuk pendidikannya.
Kasus lain terjadi di sebuah keluarga yang kepala keluarganya bekerja sebagai juru parkir dan istri buruh sebuah pabrik.
Seorang anak pertamanya pernah mencoba melakukan bunuh diri karena sempat frustasi tidak lolos ke sejumlah perguruan tinggi.
Pihak RW pun memberikan pendampingan mental kepada si anak yang mencoba bunuh diri itu.