Kemudian, kata Sandi, pejabat baru Damkar Depok memberikan uang reimburse kepadanya.
Sandi mengingat, ia dapat dua amplop.
Namun ia menolaknya dengan alasan harga diri.
"Saya cuma ambil uang ituan saja gitu, uang yang itu saya kagak tahu isinya berapa, ya saya lemparin aja udah, nah muncaknya lah pada saat tahun 2019," ungkapanya.
Sandi juga sempat diperiksa Polres Metro Depok terkait pengadaan unit Kajama Damkar Depok.
Baca juga: Siapa Rudi Suparmono Mantan PN Surabaya Ditangkap di Palembang? Kasus Vonis Bebas Ronald Tannur
Selain itu, kasus lainnya yakni anggaran Alat Pelindung Diri (APD) untuk anggota Damkar Depok.
Sandi juga sempat mencuri perhatian saat memegang poster yang berisi persoalan BPJS serta uang Covid.
Usai aksi tersebut, Sandi mengakui mendapatkan iming-iming, namun ia tidak mau menerima karena khawatir terkena serangan netizen.
Sandi juga buka-bukaan mengenai pengadaan alat di Damkar Kota Depok.
Awalnya, Sandi mengaku berani mati meski mendapatkan ancaman.
Namun ia khawatir bila jasadnya tidak ditemukan keluarga.
Dedi Mulyadi lalu bertanya mengenai dampak dugaan penyimpangan pengelolaan anggaran terhadap anggota Damkar Depok saat bertugas.
Sandi menuturkan banyak menerima keluhan dan caci maki warga, karena Damkar Depok telat sampai ke lokasi kebakaran.
Kemudian alat untuk memadamkan api juga kurang atau rusak.
Ia mencontohkan soal pengadaan perahu karet.