Hal ini menjadi tantangan yang harus dihadapi dalam pelaksanaan Makan Bergizi Gratis ini.
Selain anak-anak mendapatkan MBG, edukasi perihal makanan yang disajikan menjadi hal yang cukup penting.
Agar anak-anak dapat menjaga konsistensi untuk tetap memakan makanan sehat dan mengandung gizi tinggi ketika sedang tidak berada di sekolah.
"Misalnya gini, sembari MBG, juga diedukasi perihal lauknya."
"Kalau lauknya ikan, nah ini mengandung apa, biar anak-anak juga tahu."
"Jadi tak hanya hanya sekedar makan saja, tapi edukasi juga penting," ujarnya.
Dengan adanya edukasi ini, anak sekolah jadi bisa mengetahui akan makanan yang sehat.
Selain itu, peran orang tua juga cukup penting dalam implementasi MBG ini.
Orang tua juga harus aktif kepada anaknya di sekolah agar mendapatkan makanan sesuai dengan kebutuhan gizi mereka.
Menurut Dr Ina, dari implementasi MBG di sekolah ini hanya mengakomodir sekitar 25-30 persen kebutuhan gizi.
Sementara sisanya bisa didapatkan dari makanan yang didapatkan di luar MBG.
Namun yang menjadi perhatian serius ialah, apakah makanan yang diberikan dari MBG ini dihabiskan atau tidak.
Apabila tidak dihabiskan, maka kebutuhan gizi yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan gizi harian.
"Belajar dari pengalaman Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita, itu hanya 3/4 saja makanan yang dihabiskan."
"Artinya tidak semuanya habis."