Kisah Mbah Yem, Nenek Tangguh dari Pare Kediri yang Menolak Mengemis Meski Hidup di Gubuk Sederhana

Editor: Eko Darmoko
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TETAP TANGGUH - Mbah Yem di kediamannya di Pare, Kediri, Kamis (7/2/2025). Di usia 66 tahun, Mbah Yem tetap tangguh meski hidup sendiri di tengah perkebunan yang lumayan jauh dari pemukiman warga.

"Nggih pilih teng mriki mawon, tenang (pilih tinggal di sini saja, tenang suasananya)," katanya kepada SURYAMALANG.COM, Jumat (7/2/2025).

Untuk mencukupi kebutuhannya, Mbah Yem bekerja dengan apa yang bisa ia lakukan.

Seperti berjualan botok yaitu makanan tradisional yang dibuat dari campuran biji lamtoro dan kelapa parut, kemudian dikukus dalam daun pisang.

Kadang-kadang, ia juga menjual daun pisang atau menerima jasa mencuci dan menyeterika pakaian. Apa pun pekerjaannya, yang penting bagi Mbah Yem halal. Selain itu, baginya meminta-minta atau berutang adalah pantangan.

"Aja golek jalukan, aja golek utangan. We mengko lek utang gawe nyaur apa? Ya aja njupukan (Jangan meminta-minta, ataupun mengambil milik orang, nanti bayarnya dengan apa)," katanya tegas, menegaskan bahwa ia tidak mau meminta-minta, berutang, apalagi mencuri. Jika ada yang memberinya bantuan, barulah ia bersedia menerima.

Meski hidup dalam keterbatasan, Mbah Yem masih mendapatkan bantuan dari pemerintah berupa beras dan uang tunai setiap bulan.

Namun, rumahnya yang reyot belum bisa diperbaiki, dan ia juga tidak memiliki kamar mandi.

Setiap hari, ia harus berjalan sekitar 20 meter ke bekas sumber air Pancur untuk mandi. Sementara untuk mencuci perabotan rumah dilakukan di depan rumahnya.

Untuk kebutuhan air minum, Mbah Yem memilih membeli air mineral dalam kemasan kecil. Botol-botol bekasnya ia kumpulkan dan jual kembali untuk mendapatkan tambahan uang.

Sebetulnya, menurut Antok, di samping rumah Mbah Yem ada salah satu rumah yang dahulu dihuni oleh Mbah Suryo yang sering membuat kerajinan bakiak dari kayu. Namun sekitar 5 tahunan Mbah Suryo telah berpulang dan tinggallah Mbah Yem sendiri.

"Dulu bakiak Mbah Suryo juga banyak di pesan oleh masyarakat Pare di sini," jelas Antok.

Terlepas dari itu, di tengah keterbatasan, Mbah Yem tetap menjalani hidup dengan bahagia.

Ia menolak hidup dalam belas kasihan dan tetap berusaha mandiri. Keputusan untuk tinggal sendiri mungkin tampak aneh bagi sebagian orang, tetapi baginya, itulah kebebasan.

Hidup Mbah Yem adalah bukti bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari kemewahan, melainkan dari hati yang tulus menerima keadaan dengan ikhlas.

 

Berita Terkini