SURYAMALANG.COM, MALANG - Driver ojek online (Ojol) dan taksi online akan menggelar aksi unjuk rasa pada Selasa (20/5/2025).
Dalam aksinya, mereka kompak akan melakukan off bid massal atau mematikan aplikasi.
Rencananya, aksi unjuk rasa itu dipusatkan di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, dan tak menutup kemungkinan akan merambat di Kota Malang.
Adapun hal yang dituntut dalam aksi ini, yaitu mengenai peraturan regulasi Kepmenhub KP No 1001 Tahun 2022 terkait potongan biaya aplikasi 20 persen.
Namun diduga, pihak aplikator melakukan pelanggaran dan melakukan pemotongan biaya aplikasi hingga 50 persen.
Tentunya, aksi demo yang akan dilakukan para Ojol tersebut menuai beragam reaksi dari masyarakat Kota Malang.
Salah satunya adalah Irsa Richa (33), yang mengaku akan terganggu dengan adanya demo tersebut.
"Saya sudah tahu kalau Ojol akan menggelar demo besar-besaran pada 20 Mei besok, kan informasinya sudah ramai di berita-berita maupun media sosial."
"Yang jelas tidak setuju, karena dapat berdampak pada aktivitas masyarakat yang kesehariannya mengandalkan Ojol."
"Kalau aplikasi dimatikan, mau enggak mau masyarakat termasuk saya sendiri harus putar otak mencari alternatif angkutan."
"Semisal ojek pangkalan atau angkutan umum (angkot), dan tentu ini akan membuang waktu lebih lama," ungkap ibu dua anak yang bertempat tinggal di wilayah Plaosan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang kepada SURYAMALANG.COM, Senin (19/5/2025).
Dirinya menjelaskan, bahwa selama ini memakai layanan jasa ojek online dari Gojek dan digunakan untuk membeli makan ataupun mengantarkan anaknya ke sekolah.
"Saya sering pakai Ojol, karena untuk antarkan anak ke sekolah maupun pesan makanan dan kirim barang," tambahnya.
Ia mengaku banyak keuntungan maupun bermacam promo yang didapat dari layanan Ojol.
Salah satunya adalah, tidak menunggu pesanan makanan terlalu lama.
"Lebih banyak untung ketimbang ruginya, karena tidak perlu ribet antri pesan makanan maupun tidak perlu repot saat kirim barang."
"Namun konsekuensi, harga makanan dan minuman sedikit lebih mahal karena ada tambahan ongkos kirimnya," ungkapnya.
Sementara itu, hal senada juga diungkapkan oleh Hendra Saputra (39) yang merupakan warga di Jalan Peltu Sujono, Kecamatan Sukun, Kota Malang.
"Tentunya, aktivitas masyarakat akan jadi terganggu dengan aksi mematikan aplikasi, apalagi sekarang semua bergantung pada Ojol."
"Sehingga apabila memang aksinya jadi dilaksanakan, mau enggak mau terpaksa kerja bawa mobil pribadi sendiri," jujurnya.
Hendra juga menambahkan, selama ini menggunakan layanan jasa ojek online dari Maxim karena lebih murah dibandingkan layanan sejenis lainnya.
"Harapan saya, mereka lebih bijak saat berunjuk rasa. Jangan mematikan aplikasi, tetap beraktivitas seperti biasa namun menyampaikan aspirasinya dengan cara berkirim surat ke DPR RI atau pemerintah," tandasnya.