3 Temuan Parah Keracunan MBG: Ayam Dibeli Sabtu Dimasak Rabu, Pencucian Wadah Jorok di Air Keruh

3 Temuan parah di balik maraknya keracunan MBG: ayam dibeli Sabtu dimasak Rabu, pencucian wadah jorok pakai air keruh, cuma dibilas.

|
SURYAMALANG.COM/M Rifky Edgar
MAKAN BERGIZI GRATIS - Menu Makanan Bergizi Gratis (MBG) di SD Al Ya'Lu Kota Malang. Sejak 2003, sekolah yang terletak tak jauh dari Terminal Arjosari ini telah menerapkan MBG bagi para siswanya. Kini setelah kasus keracunan MBG marak di sejumlah daerah, ada tiga temuan parah mulai pengelolaan makan hingga pendistribusian. 

SURYAMALANG.COM, - Sedikitnya ada tiga temuan yang cukup parah dari maraknya kasus keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) di sejumlah daerah seperti di Bandung Jawa Barat hingga Pamekasan Jawa Timur. 

Beberapa temuan itu mencakup proses pengolahan makanan, pendistribusian, sampai kebersihan wadah makan MBG.

Badan Gizi Nasional (BGN) sangat kaget mengetahui lauk untuk MBG seperti ayam, dibeli empat hari sebelum akhirnya dimasak. 

Temuan lain yang juga viral adalah joroknya proses pencucian wadah makan MBG di air keruh dan hanya dibilas.

Baca juga: Ketua DPRD Kota Malang Minta Pengawasan MBG Diperketat Meski Belum Ada Kasus

Ombdusman Republik Indonesia pun telah mengungkap delapan masalah utama dari penyelenggaraan program MBG ini. 

Berikut 3 temuan parah MBG:

1. Ayam Dibeli Sabtu Dimasak Rabu

Wakil Kepala BGN, Nanik S Deyang mengatakan, kasus keracunan program MBG yang terjadi di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat di luar nalar. 

Nanik mengaku terheran-heran dengan petugas dapur MBG setempat yang menyediakan bahan baku, tapi tidak fresh.

Ayam yang kemudian dijadikan lauk untuk MBG sebenarnya sudah dibeli sejak Sabtu, namun baru dimasak hari Rabu, atau empat hari kemudian. 

"Saya juga tidak mentolerir bahan baku, bahan baku yang dipakai bila tidak fresh. Karena kejadian di Bandung ini sungguh di luar nalar," ujar Nanik di Gedung BGN, Jakarta Pusat, Jumat (26/9/2025).

"Bagaimana bahan baku dalam kondisi tidak fresh, ayam dibeli di hari Sabtu, baru dimasak di hari Rabu," katanya lagi.

Baca juga: Nasib Cucu Mahfud MD Juga Keracunan MBG, Kritik Prabowo Jangan Sederhanakan dengan Statistik

Menurut Nanik, jika ayam itu disimpan di freezer rumah, mungkin tidak apa-apa, mengingat jumlahnya sedikit.

Akan tetapi, dalam kasus ini, ayam yang akan dimasak itu disimpan di sebuah freezer yang mana jumlahnya mencapai 350 ekor. 

"Memang kalau di rumah ya enggak apa-apa itu dua ayam kita nyimpannya. Tapi, kalau 350 ayam, freezer mana yang kuat menyimpan? jadi ada berbagai hal, kami sudah mengeluarkan tindakan-tindakan," ujar Nanik.

2. Pencucian Wadah Jorok

Operasional dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Jalan Raya Tagog Munding, Desa Citatah, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, dihentikan.

Langkah ini diambil setelah viral video yang memperlihatkan joroknya proses pencucian wadah makan atau ompreng MBG

Dalam rekaman itu, sejumlah ompreng tampak hanya dicelupkan sebentar ke ember berisi air keruh tanpa menggunakan air mengalir.

Air yang digunakan terlihat kotor, berwarna keruh, dan dipakai berulang kali untuk mencuci banyak wadah sekaligus.

Wadah-wadah itu hanya digoyang sebentar dalam ember lalu ditumpuk kembali tanpa proses pembilasan layak.

"Ya mas betul ditutup. Kemarin dari Deputi Pengawasan BGN Brigjen Doni yang datang," kata Kapolsek Cipatat AKP Iwan Setiawan saat dihubungi, Kamis (1/10/2025).

Baca juga: Buntut Keracunan Pelajar Kota Batu dalam Program MBG, Dinkes dan SPPG Gelar Pertemuan, Ini Hasilnya

Iwan menjelaskan, penutupan dapur dilakukan karena pelanggaran standar operasional prosedur (SOP) kebersihan.

Proses pencucian ompreng yang sembarangan dinilai berpotensi membahayakan kesehatan ribuan siswa penerima program MBG.

"Saya dapat info dari teman-teman seperti itu (proses pencucian ompreng yang jorok)," ujar Iwan. 

Dihubungi terpisah, Kepala SPPG Citatah, Taufik membenarkan dapur saat ini tidak beroperasi.

"Kondisi saat ini dapur tidak operasi untuk sementara ini kang," ungkapnya.

Taufik menambahkan, seluruh karyawan sementara waktu diliburkan sampai ada izin baru, namun ia enggan berkomentar lebih jauh soal viralnya video pencucian ompreng tersebut. 

"(Lebih jauh), saya tidak memiliki kewenangan untuk memberikan informasi terkait dapur SPPG di Citatah," kata Taufik.

3. Dimasak 12 Jam Sebelumnya

Di SMA Negeri 3 Pamekasan, menu MBG ditemukan berulat dan ternyata didistribusikan setelah 12 jam dimasak.

Siswa menemukan ulat yang masih hidup pada makanan yang hendak dimakan pada waktu istirahat siang pukul 12.00 pada Jumat (19/8/2025).

Saat itu, menu MBG yang diterima siswa berupa nasi putih, telur bali, tahu dan buncis lengkap dengan buah jeruk.

Baca juga: UPDATE Uji Laboratorium Sampel MBG Kasus Keracunan Siswa SMP Kota Batu, Ini Kata Polisi dan Dinkes

Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Nurul Haromain Dapur Usamah, Adli Chory Nauval Safari meyakini ulat tersebut bukan berasal dari makanan yang didistribusikan. 

"Kami tidak mengetahui pasti dari mana ulat itu. Setelah saya ke sekolah wadah sudah digabung dengan ratusan ompreng lain," kata Adli pada Minggu malam (28/9/2025).

SPPG Nurul Haromain harus mendistribusikan sebanyak 2.270 porsi menu MBG setiap hari.

Petugas dapur mulai memasak pada pukul 24.00 WIB.

Setelah masakan dingin, langsung dilakukan pemorsian sekitar pukul 03.00 dini hari. 

"Kita mulai memasak sejak pukul 24.00 dan pemorsian pukul 03.00," katanya.

Soal pendistribusiannya, dilakukan dua sesi. Sesi pertama pada pagi hari.

Sementara untuk sesi kedua dilakukan siang hari dengan target istirahat siang.

"Kami distribusikan dua sesi. Pagi dan siang," ucap Adli. 

Kepala SMA Negeri Pamekasan, Wardi menyampaikan ulat yang ditemukan siswa ada pada telur bali.

"Ulatnya ada di telur bali. Tapi saat itu telurnya tidak basi, termasuk kuahnya," ucapnya.

Wardi mengatakan, jika menu MBG diberikan pada istirahat kedua pukul 12.00 WIB, maka pihaknya mengimbau siswa untuk segera memakan menu tersebut.

"Memang waktunya tidak lama. Jam 12 mereka diberi dan disuruh makan. Setelah itu siswa masuk kelas lagi," ucapnya.

Pihak sekolah mengaku sudah melakukan pemanggilan terhadap SPPG dan diingatkan supaya lebih berhati-hati.

8 Masalah Utama MBG

Ombdusman Republik Indonesia mengungkap delapan masalah utama dari penyelenggaraan program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika menjelaskan, delapan masalah utama ini ditemukan berdasarkan hasil kajian lembaganya.

Berikut delapan masalah utama penyelenggaraan program MBG menurut Ombudsman RI:

1. Kesenjangan yang lebar antara target dan realisasi capaian;

2. Maraknya kasus keracunan massal yang terjadi di berbagai daerah; 

3. Permasalahan dalam penetapan mitra yayasan dan SPPG yang belum transparan dan rawan konflik kepentingan; 

4. Keterbatasan dan penataan sumber daya manusia, termasuk keterlambatan honorarium serta beban kerja guru dan relawan; 

5. Ketidaksesuaian mutu bahan baku akibat belum adanya standar Acceptance Quality Limit (AQL) yang tegas;

6. Penerapan standar pengolahan makanan yang belum konsisten, khususnya Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP); 

7. Distribusi makanan yang belum tertib dan masih membebani guru di sekolah; serta 

8. Sistem pengawasan yang belum terintegrasi, masih bersifat reaktif, dan belum sepenuhnya berbasis data.

"Delapan permasalahan tersebut menimbulkan risiko turunnya kepercayaan publik, bahkan telah memicu kekecewaan dan kemarahan masyarakat" ujar Yeka di Kantor Ombudsman, Jakarta, Selasa (30/9/2025).

"Sehingga diperlukan langkah perbaikan yang cepat, terukur, dan transparan," sambungnya.

"Agar tujuan utama program Makan Bergizi Gratis sebagai wujud kehadiran negara dalam melindungi dan menyejahterakan rakyat tetap terjaga," jelas Yeka. 

Dalam hal ini, Ombudsman mendorong BGN untuk segera melakukan perbaikan mendasar terhadap pelaksanaan program MBG.

Perbaikan tersebut mencakup penyempurnaan regulasi kemitraan dengan menegakkan prinsip kepastian waktu, keterbukaan, dan akuntabilitas, serta penguatan sumber daya manusia dan sistem administrasi.

Ombudsman, kata Yeka, juga mendorong keterlibatan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam pengawasan keamanan pangan, distribusi, serta penggunaan anggaran, dan jaminan perlindungan serta kompensasi bagi guru yang dilibatkan dalam proses distribusi.

"Pada akhirnya keberhasilan MBG dilihat dari tata kelola yang baik, penggunaan anggaran yang akuntabel, dan penerapan sertifikasi pangan menujuzero accident di setiap SPPG," ujar Yeka.

(Kompas.com/Kompas.com/Kompas.com/Kompas.com)

Ikuti saluran SURYA MALANG di >>>>> WhatsApp 

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved