Surabaya
Ibu Rumah Tangga di Surabaya ini Olah Biji Sengon jadi Cemilan Sehat dan Laris
Biji pohon sengon ternyata bisa diolah menjadi camilan yang enak dan berkhasiat. Itu dibuktikan oleh Satomah (49), warga Lontar, Surabaya.
SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Biji pohon sengon ternyata bisa diolah menjadi camilan yang enak dan berkhasiat.
Itu dibuktikan oleh Satomah (49), warga Lontar, Surabaya yang menyulap biji sengon menjadi Kacang Sengon.
Berkat hasil olahannya tersebut, Satomah meraup jutaan rupiah. Selain enak, kacang sengon olahannya berkhasiat menurunkan darah tinggi dan mengobati perut kembung.
Berawal dari tahun 2008, Satomah membeli biji sengon dari wanita paruh baya petugas kebersihan di wilayah perumahan di Surabaya Barat yang dibungkus dengan karung.
“Saya waktu itu coba-coba aja karena penasaran. Akhirnya saya goreng, eh kok enak rasanya,” terang Satomah, Senin (5/11/2018).
Lalu, dia berinisiatif untuk menggoreng tanaman kacang-kacangan tersebut dan memulai bisnisnya.
Kemudian, pada tahun 2012, Satomah memutuskan untuk mengikuti program Pahlawan Ekonomi (PE) hingga kini.
Ia selanjutnya diberi saran oleh Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, untuk membuat kemasan dan label yang lebih menjual.
Alhasil, kini usahanya menuai banyak respons dari masyarakat Surabaya. Bahkan saat ini produknya sudah dikenal di beberapa daerah di Indonesia, seperti Kalimantan, Palembang, Bali, dan Jakarta.
Tidak hanya nasional, kini, usahanya pernah mendapat pesanan hingga ke Singapura.
Satomah mengaku, proses mengolah kacang Sengon tidaklah mudah, butuh kesabaran dan ketelitian. Demi menjaga kualitas cemilan yang baik.
Mulanya, kacang yang terbungkus kulit itu di jemur selama satu hingga dua hari.
Setelah kulit menghitam dan kering, baru dikupas satu persatu dan dicuci dengan air bersih.
Kemudian, kacang dijemur lagi hingga kering dan barulah proses penggorengan dimulai. Proses penggorengan tidak perlu menunggu lama, hanya butuh waktu 9-10 menit. Terakhir adalah proses pengemasan.
Satomah menjelaskan untuk harga produknya ini dipatok mulai dari Rp 30 ribu hingga Rp 50 ribu.
“Kemasannya juga berbeda, ada yang kemasan kaleng, dan kemasan plastik. Itu semua berkat ikut program PE," terang Satomah.
Ke depannya ia ingin menambah lebih banyak lagi variasi rasa untuk produknya.
Meskipun sudah pernah mencoba variasi rasa lain, namun gagal dan kurang maksimal.
“Saya harap bisa diolah dengan berbagai varian rasa,” harapnya. Syamsul Arifin
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/suryamalang/foto/bank/originals/satomah-49-warga-lontar-surabaya-mengolah-biji-sengon_20181105_235203.jpg)